Jejak Karya

Jejak Karya

Tuesday, October 19, 2010

Kesempatan

Tuesday, October 19, 2010 0 Comments

Ketika pintu pertama tertutup dan tak bisa dibuka lagi, yakinlah masih ada pintu lain yang bisa dimasuki. Memang dibutuhkan perjuangan untuk bisa menemukan kunci yang tepat!

~Ketika harapan belum bisa bersanding dengan kenyataan, yakinlah bahwa saat itu Allah Swt tengah mengajarkan kita tentang arti kesungguhan~

Aisya Avicenna

Maaf Tuk Berpisah

Tuesday, October 19, 2010 1 Comments

“Oh, burungpun bernyanyi melepas segala rindu yang terendam malu di balik qalbu..
Oh, anginpun menari mencari arti, adakah ini fitrah ataukah hiasan nafsu.
Di dalam sunyi ia selalu hadir, di dalam sendiri ia selalu menyindir.
Kadang meronta bersama air mata, seolah tak kuasa menahan duka…”
(Menunggu di Sayup Rindu – Al Maidany)

Kalau disuruh memilih, aku tak ingin kisah ini ada. Tapi, Allah berkehendak lain. Dia menuntunku menjadi seorang tokoh sentral yang harus melakoni kisah ini. Allah memang sudah berjanji, bahwasanya Dia tidak akan menguji hamba-hambaNya di luar batas kemampuan. Pun demikian dengan rasa ini yang aku anggap sebagai ujian dari-Nya. Berawal dari sebuah interaksi yang tak disengaja dengan Kak Edo. Awalnya, kami
saling berdiskusi masalah novel. Kami memang penyuka sastra. Namaku Dira, saat ini aku tengah belajar menjadi seorang novelis. Aku banyak belajar tentang dunia menulis dari Kak Edo.

Setelah tiga bulan berkomunikasi, akhirnya kami bertemu. Sebuah pertemuan yang singkat, karena Kak Edo hanya mengambil novel milikku yang ingin dipinjamnya. Hanya beberapa kalimat yang berhasil ia sampaikan. Dalam posisi saling menunduk, kami tidak bisa mengetahui suasana hati masing-masing. Tapi, aku merasa ada sesuatu yang berbeda setelah pertemuan singkat itu. Terlebih pada diriku.

“Biarlah semua mengalir,
berikanlah kepada ikhtiar
Dan sabar untuk mengejar…”
(Menunggu di Sayup Rindu – Al Maidany)

Mencoba menjaga jarak, ternyata masih ada saja komunikasi yang harus terkuak. Entah saling komentar di status facebook, chatting via YM, dan lain sebagainya. Sempat terselip impian ingin berkolaborasi tulisan dengannya. Hingga suatu ketika, kesempatan itu datang. Sebuah kompetisi cerita mini yang akan dibukukan. Tanpa berkomunikasi sebelumnya, ada nama kami yang sama-sama menjadi nominatornya. Saat pengumuman tiba, aku hanya bisa gigit jari ketika tahu hanya namanya yang lolos. Ada rasa sedih juga karena ternyata kesempatan melahirkan karya bersama belum datang. Harus kuakui, Kak Edo memang penulis yang berbakat. Tulisannya sangat menyentuh hati. Itulah yang membuatku simpati.

“Sabarlah menunggu, janji Allah kan pasti
Hadir tuk datang menjemput hatimu
Sabarlah menanti, usahlah ragu
Kekasih kan datang sesuai dengan iman di hati
Bila di dunia ia tiada, moga di surga ia telah menunggu
Bila di dunia ia tiada, moga di surga ia telah menanti”
(Menunggu di Sayup Rindu – Al Maidany)

Salah! Jika sesuatu yang fitrah ini ternyata hanya hiasan nafsu! Aku tersadar! Allah menegurku lewat “kegagalan” masuknya tulisanku dalam kompetisi itu. Karena ada selipan asa, bahwa aku ingin menyandingkan karyaku dengan karya Kak Edo. Aku menangis dalam samudera penyesalan. Aku tak ingin kisah ini diteruskan. Hingga datanglah hari itu, suatu hari di mana aku bertemu Kak Edo untuk yang kedua kalinya. Kali ini kita berada dalam sebuah acara. Pada acara itu, Kak Edo ingin mengembalikan novel yang dipinjamnya.

Pertemuan kedua yang lebih singkat dari pertemuan sebelumnya. Rasa-rasanya ingin cepat kabur saat harus berhadapan dengan Kak Edo. Sepulang dari acara, aku buka tas berisi novel yang dipinjamnya, ternyata ada sebuah bungkusan lain yang ternyata “hadiah” darinya. Bahagia, tapi terselip perih dalam rintihan yang lirih. Rabb, aku ingin menghentikan rasa ini. Cukup!!! Setelah pertemuan itu, harapku tak ada interaksi lagi dengan Kak Edo.

Di langit senja ini, garis-garis lembayung bagai permadani tak bertepi.
Lambaian tangan itu berselimut kabut dan menjelma menjadi sungai yang mengalir deras menuju muara
Melibas segala keraguan!!!
Aku kembali pulang ke samudera cinta-Nya
~Maaf, kata untuk akhir sebuah kisah~

Maaf ya Kak Edo, jika selama ini aku salah menangkap interaksi kita. Mungkin Kak Edo menganggap ini sebagai interaksi yang biasa, seperti layaknya kakak dan adik. Maaf, jika aku menanggapinya lain.

Kau tahu tentang hatiku yang tak pernah bisa melupakanmu
Kau tahu tentang diriku yang selalu mengenangmu selamanya
Kini kusadari bahwa semua itu
Adalah salah, juga keliru
Akan membuat hati menjadi ternodai
Maafkanlah segala khilaf yang tlah kita terlewati
Tlah membawamu kedalam jalan yang melupakan Tuhan
Kita memang harus berpisah
Tuk menjaga diri
Untuk kembali mngarungi hidup
Dalam ridho Ilahi

Kutahu bahwa dirimu
Mendambakan kasih suci yang sejati
Kuyakin bahwa dirimu
Merindukan kasih sayang yang hakiki

Kini kusadari bahwa semua itu
Adalah salah, juga keliru
Akan membuat hati menjadi ternodai
Dan bila takdirnya kita bersama
Pastilah Allah akan menyatukan kita
(Maaf Tuk Berpisah – Tashiru)

Jakarta, 19 Oktober 2010
Aisya Avicenna

Monday, October 18, 2010

Ketika Guru Agama Mengajar Matematika

Monday, October 18, 2010 0 Comments

Dahulu kala, di sebuah sekolah ada guru matematika yang jarang masuk mengajar sehingga kelasnya sering kosong, seorang guru agama gndah melihat hal itu dan berpikir bahwa dia mampu mengganti mengajar matematika, masuklah ia ke kelas itu dan mulai mengajar. Murid-murid yang tidak percaya dengan ilmunya malah menanyainya :
Murid : "Pak 2x3 berapa?"
Guru : "Insya Allah 6"
Murid : "Kalau 3x4 berapa?"
Guru : "Insya Allah 12"
Muris : "Lha kalau 4x6 berapa pak?"
Guru : "insya Allah 24"
Murid :"Lho kok jawabnya pakai insya Allah to pak? Coba bapak sebutkan yang jawabannya tidak pakai insya Allah"
Guru : "Baiklah, 1+1 jawabannya 27, itu pasti, nggak pake insya Allah!"
Murid " Lho kok bisa pak?"
Guru : "Iya dong, kalau kalian sholat 1 orang ditambah 1 orang kan jadinya kan berjamaah, jadi pahalanya 27"
Murid :"Lha kalo perkalian di atas kok jawabnya pakai insya allah pak?"
Guru : "Lha iya dong, kalian tanya 2x3 saya jawab insya allah 6, kan jawabannya bisa juga 3000, 3x4 bisa jadi 5000, 4x6 isa jadi 7000"
Murid :"Kok bisa pak?"
Guru : "Lha kalian kalo cetak foto 2x3, 3x4, 4x6 berapa bayarnya?"

(Guyonan Ustadz Bimo dari Ma'had abu Bakar AsSidiq UMS waktu ngisi pengajian tadi malam, sumber : catatan Pak Ahmad Mustaqim, SSn)

Thursday, October 14, 2010

101010

Thursday, October 14, 2010 1 Comments

Hari yang istimewa. Triple Ten euy! Subhanallah walhamdulillah, banyak kisah istimewa pula pada hari ini.
From Monas with Love
Kalau biasanya ba’da Subuh sampai jam 06.00 pagi aku ‘berkhalwat’ dengan si T-ONE (nama netbookku), kali ini aku bersiap-siap untuk pergi. Tas punggung “bodypack” aku keluarkan dari almari. Aku isi dengan mushaf, mukena coklat keemasan, sebotol air mineral, snack “egg drops”-nya Monde, sekotak susu Anlene coklat, notes kecil, bolpoin “Faster”, kamera digital, dua bateray “Alkaline” sebagai cadangan, jaket “IHMSI”, dan buku “Dalam Dekapan Ukhuwah” yang rencananya mau kuberikan kepada seorang kakak tingkat yang memesannya beberapa waktu silam. Ada yang kurang! Ya, payung! Payung merah hatiku rusak karena patah saat diterjang angin.
Pukul 06.30, aku keluar kost untuk membeli sarapan. Aku mampir sejenak di warung dekat kos. “Mbak, nasinya sudah ada?” Saat mendapat jawaban “sudah” dari pemilik warung, aku lantas berujar. “Ya sudah, nanti mampir lagi. Mau ke indomaret dulu”. Aku pun melangkah ke Indomaret yang terletak lumayan jauh dari kost. Alhamdulillah, masih ada sebuah payung yang tersisa. Sayang warna biru. Aku kan suka warna merah! Hehe, tak apalah, yang penting punya payung! Habis dari Indomaret, aku membeli dua bungkus nasi uduk. Satu untukku, satunya untuk Izzah. Sampai di kost, aku makan berdua dengan Izzah.
Pukul 06.00 aku, Izzah, dan Yuni keluar dari kost menuju kost Adzkiya menjemput dua sahabatku. Akhirnya kami berlima menuju Jalan Otista Raya. Hari sudah semakin siang. Tujuan kami : Patung Kuda Monas. Kami berlima sepakat untuk naik taksi. Hehe, untungnya patungan! Jadi tidak terlalu mahal dan lagi bisa lebih cepat sampai. Sampai di Patung Kuda Monas, sudah nampak ramai. Ada ondel-ondel, barongsai, marawis, dll. Seru! SMS kakak tingkatku yang rencananya mau mengambil pesanannya (buku DDU), ternyata beliau tidak jadi datang karena sakit. Hmm, semoga cepat sembuh!
Maher Zain melantunkan “For the Rest of My Life”-nya dari HP. Pertanda ada telepon yang masuk. Dari Mbak Ratna Unsoed. Beliau juga sudah sampai di tempat itu, hanya saja masih mencari tempat keberadaanku. Aku mengarahkan beliau menuju tempatku. Akhirnya kami bertemu juga. Selama ini kami hanya berkomunikasi lewat SMS. Beliau baru saja hijrah di Jakarta. Awalnya, aku mendapat nomor Mbak Ratna dari seorang kakak tingkat yang juga bekerja di Jakarta. Mbak Ratna ingin cari kost. Alhamdulillah, akhirnya Allah mempertemukan kami di sini. Saat tengah asyik mengobrol dengan Mbak Ratna, tiba-tiba pandangan mataku tertuju pada seorang akhwat berjilbab biru! Beliau berjalan mendekatiku. Allahu akbar! Ukhti Herlina. Alhamdulillah, aku bisa bertemu kembali dengannya. Pertama kali bertemu saat kami mengikuti DM II KAMMI yang diselenggarakan di Solo beberapa tahun silam. Beliau dari UNNES, jurusan Pendidikan Biologi angkatan 2005. Sekarang bekerja di Bank Muammalat cabang Rawamangun, Jakarta Timur. Tidak menyangka, Allah mempertemukan kami di Jakarta. Alhamdulillah, semakin banyak saja sahabat-sahabat perjuanganku di kota ini. Aku juga mendapat kenalan baru, namanya Dek Ita, mahasiswi UNJ angkatan 2010.
Tak lupa aku memperkenalkan Mbak Ratna, Ukhti Herlina, dan Dek Ita kepada keempat sahabatku yang lain. Setelah cukup lama bercakap-cakap, aku berpisah dengan Ukhti Herlina karena beliau harus membersamai temannya. Sempat bertukar nomor HP juga. Rabb, Engkau memang konektor yang luar biasa!
Pukul 08.30 acarapun dimulai. Banyak kesenian khas Jakarta dan modern yang turut meramaikan acara pagi ini. Ondhel-ondhel, Gambang Kromong, Marawis, Marching Band, Barongsai, dll. Ada pula penampilan nasyid “Gondhes” yang sangat menghibur karena lirik nasyidnya tak jauh-jauh dari sindiran untuk para bujang. Hehe... Kami melakukan ‘jalan santai’ dari Monas sampai Bundaran HI. Kebetulan tanggal 10 Oktober 2010 juga ditetapkan sebagai “Hari Jalan Kaki Sedunia”. Meski panas, tapi tak menyurutkan semangat! Pukul 09.30 sampai jualah di Bundaran HI. Foto-foto sejenak dengan ondel-ondel, kemudian pulang. Aku berpisah dengan Mbak Ratna dan Dek Ita karena mereka akan naik busway, sedangkan aku dan yang lain mau naik taksi saja. Pukul 10.00 aku sudah harus sampai di Masjid Amir Hamzah, Taman Ismail Marzuki untuk pertemuan rutin FLP Jakarta.
Alhamdulillah, impianku untuk “long march” dari Monas sampai Bundaran HI akhirnya terwujud juga!
Jalan Cinta Para Penulis
Pukul 10.00, sampai jualah di pintu gerbang TIM. Yuni, Nia, dan Wulan juga ikut turun dan berganti naik Kopaja 502. Izzah tadi sudah izin pulang duluan karena ada agenda lain. Aku masih harus berjalan masuk untuk sampai ke Masjid Mimaza. Alhamdulillah, 10 menit kemudian (jadinya tepat tanggal 10, bulan 10, tahun ‘10, jam 10 lebihnya 10 menit) sampai jua di sana. Bersamaan dengan Kang Taufan E.Prast (kepala suku FLP Jakarta) dan istrinya (Mbak Era). Teman-teman Muda 14 FLP Jakarta sudah banyak yang datang. Hmm, aku langsung bagi oleh-oleh dari Garut! Serbu!!!
Koordinator Muda 14, yakni Kang Ervan juga sudah datang. Akhirnya, pertemuanpun dimulai. Agenda pertemuan kali ini adalah pemilihan kelas untuk bimbingan dua pekanan angkatan Muda. Untuk kelompok fiksi akan dibagi menjadi kelas novel, cerpen, skenario, dll. Sedangkan untuk kelas nonfiksi akan dibagi menjadi kelas tulisan “how to”, inspirasi, artikel, dll. Pengadaan kelas akan disesuaikan dengan jumlah peserta yang berminat mengikutinya. Pada kesempatan kali ini, beberapa penulis senior yang sudah berpengalaman turut sharing informasi terkait dunia kepenulisan yang pernah mereka jalani. Ada Mbak Era, Mbak Dala, Mbak Astri, Mbak Iecha dan Kang Taufan. Setelah acara selesai, eh.. dapat buku gratis dari Mbak Iecha, judulnya “Don’t Touch Me!”. Alhamdulillah, buat tambahan koleksi di perpus Al-Firdaus. Tak lupa minta tanda tangan dari para penulisnya yang kebetulan ada 4 orang yang datang (Mbak Era, Mbak Dala, Mbak Astri, Mbak Iecha).
Pukul 12.00, saat hendak mengambil wudhu di dekat mushola, eh.. ketemu dengan Dhek Ita yang tadi pagi ikut jalan-jalan bareng dari Monas sampai HI. Surprise juga! Ternyata Dhek Ita sedang mengantar temannya yang siang itu ada acara di Masjid Amir Hamzah, TIM. Hmm, sekali lagi aku tuliskan... Allah memang konektor terbaik! Atas kehendak-Nya pula kami dipertemukan kembali.
Saatnya Berburu!!!
Setelah sholat Dhuhur berjamaah, kami (khususnya Muda angkatan 14) berdiskusi bersama. Hmm, diskusi yang seru! Setelah itu, aku dan beberapa rekan-rekan FLP Jakarta (Mawah, Fitri, Mbak Yathi, Mbak Nunung, Mbak Dwi, Mbak Nain, Soson, Arief, Ikal, Azzam, Naufal, dan Sumarlan) makan siang bersama di kantin samping planetarium TIM. Kemudian sebagian dari kami berangkat ke Indonesia Book Fair 2010 di Gelora Bung Karno. Rombongan pertama aku, Mbak Yathi, Fitri, Mbak Nain, dan Azzam. Kami naik Blue Bird. Hehe, patungan! Trus, rombongan kedua Soson, Ikal, Naufal, dan Sumarlan. Mereka naik angkot. Weleh... Sampai di IBF bertemu dengan Mbak Anisa dan Deasy yang memang sudah berangkat duluan naik motor. Setelah sholat Asar, kedua rombongan tadi baru bertemu. Lanjut hunting buku bareng deh! Eh, selain ketemu Upin dan Ipin (badutnya), kami juga ketemu rekan-rekan FLP Jakarta juga (Kang Taufan, Mbak Era, Mbak Iecha, dan Pak Arya).
Hasil hunting buku hari ini : My Wife My Princess, Be Pede Please!, Asmaul Husna untuk Anak, Juz Amma untuk Anak, 75 Celoteh Anak, Serial Lazuardi : Ketika Bumi Menangis, Serial Lazuardi : Langit Merah Saga, Buku Tes CPNS, dan Bright Mom. Mmm, memang sedang pengin nambah koleksi buku tentang anak dan parenting. Sebenarnya pengin beli Riyadhus Shalihin jilid 2, tapi sayang penerbitnya ternyata tidak turut serta dalam IBF kali ini, nunggu Jakarta Islamic Book Fair aja kali ya!
Pukul 17.00, pulang bareng Mbak Nain. Rekan-rekan yang lain juga pulang ke istana masing-masing.
Alhamdulillah, hari yang luar biasa!
Jakarta, 141010_05:55
Aisya Avicenna

Curhat Jalan Raya : Hampir Saja!

Thursday, October 14, 2010 0 Comments

Selasa, 12 Oktober 2010, ba’da Isya aku baru bisa pulang karena ada satu pekerjaan yang harus diselesaikan, yakni rekapitulasi data importir yang jumlahnya ribuan! Alhamdulillah, karena dibantu seorang mahasiswa yang sedang magang., akhirnya selesai juga. Pukul 19.30, aku berjalan keluar kantor sendirian, sudah sepi. Akhirnya ada Kopaja 502 juga, tapi tetap saja aku tidak dapat tempat duduk. Sampai di daerah RSCM, baru ada seorang penumpang yang turun dan tempat duduknya bisa aku pakai. Alhamdulillah…
Tumben malam ini tak ada satupun pengamen yang mengadakan konser di Kopaja ini. Aku sedikit mengantuk. Tapi aku paksa mata ini untuk tetap terbuka. Kopaja 502 ini melaju dengan sangat kencang. Sampai di daerah Gang Kelor.. Bruk!!! Sepertinya Kopaja ini menabrak sesuatu. Benar saja, ada motor yang terserempet di sebelah kiri badan Kopaja. Untung tidak sampai jatuh. Dua orang pengendara sepeda motor itu mengumpat sambil teriak-teriak. Astaghfirullah, kontan semua pedagang kaki lima yang berjualan di sepanjang Gang Kelor berdiri dengan penuh emosi. Mereka turut memaki-maki. Aku panik, kurapalkan doa memohon perlindungan-Nya. Kopaja tetap berjalan, meski massa hampir saja mengamuk. Alhamdulillah, Allah masih menyelamatkan kami karena akhirnya Kopaja yang aku tumpangi tidak jadi diamuk massa.

Rabb, lindungi hamba-Mu ini ya… selalu!
Aamiin…
Hamba-Mu yang lemah,
Aisya Avicenna

Tuesday, October 12, 2010

KO

Tuesday, October 12, 2010 0 Comments

Seperti biasa, ba’da Subuh sampai jam 06.00 pagi adalah waktu yang tepat bagiku untuk menulis. Demikian halnya hari ini (11 Oktober 2010). Akan tetapi, saat pukul 06.00 tatkala diri ini hendak beranjak untuk bersiap berangkat ke kantor tiba-tiba rasa lemas menyerang tubuh. Sempoyongan. Astaghfirullah, badanku juga panas. Akhirnya aku memutuskan untuk tidak berangkat ke kantor saja. Hari ini ngantornya di RedZone! Aku hubungi pimpinan dan beberapa teman di kantor. Alhamdulillah, dapat izin!

Pukul 07.00, aku keluar kost untuk membeli sarapan. Bubur ayam, dua ribu rupiah, dengan sedikit sambal! Hehe.. murah meriah, tapi sudah cukup kenyang! Makan bubur di depan TV sambil melihat berita terkini dan sedikit diskusi pagi dengan teman-teman kost. Pukul 08.00 kost mulai sepi karena teman-teman sudah berangkat ke kantor masing-masing. Tinggal aku dan ibunya Aisah. Beliau juga nge-kos bareng aku. Beliau menderita stroke ringan dan karena tak ada yang merawatnya, maka Aisah membawanya ke Jakarta dan ngekost bersama kami.

Kehadiran ibu Aisah di kost ini, memberi “warna” tersendiri dalam hidupku. Hari ini Allah memberiku banyak kesempatan untuk lebih dekat dengan beliau. Karena di lain hari, aku hanya bertemu beliau di kala pagi sebelum aku berangkat ke kantor dan jarang menyapa beliau di waktu malam. Karena beliau sudah tidur saat aku pulang dari kantor. Tiap pagi, sebelum berangkat ke kantor, aku selalu mencium tangan beliau. Beliau sudah aku anggap keluarga sendiri. Pagi ini, aku bisa mengawasi aktivitas beliau dan turut menjaganya. Setelah berjemur di teras lantai dua (dekat kamarku), beliau berjalan menuju kamar untuk menunaikan sholat dhuha. Subhanallah, aku kagum dengan beliau. Kekagumanku bertambah karena hari itu beliau juga berpuasa. Setelah sholat Dhuha, beliau tidur.

Meski tidak masuk kantor, tetap tidak boleh malas-malasan! Akhirnya aku memutuskan untuk menginvetaris buku-buku yang belum terdata di perpustakaan “AL FIRDAUS”, kebetulan kemarin (101010) juga habis membeli buku lagi. Pukul 10.00, sholat Dhuha lanjut tilawah. Lagi asyik tilawah, eh... tetangga sebelah menyetel “Menunggu”-nya Ridho Rhoma. Malah ada anak kecil yang menirukannya. Hafal. Ck ck ck... pengaruh media pada anak memang dahsyat ya!

Ba’da sholat Dhuhur dan makan siang, aku melongok ke kamar ibu Aisah. Beliau masih tidur. Aku pun memutuskan untuk tidur siang. Pukul 14.00, aku terbangun. Kulihat ibu Aisah duduk di kursi, masih mengenakan mukena putihnya, dan tengah mengaji. Aku kembali menata buku yang belum selesai. Alhamdulillah, badanku sudah tidak panas lagi. Hanya saja masih sedikit pusing. Saat melintas di depan kamar beliau, beliau memanggilku. “Neng Tika, punya buku yang bagus? Ibu pengin baca. Bukunya Aa’Gym ibu suka” kata beliau terbata-bata.

“Ada, Bu. Tapi punyanya Ustadz Yusuf Mansur” kataku.

“Gak papa deh Neng” kata ibu Aisah lagi

Akhirnya aku mengambilkan buku “Wisata Hati” bersampul merah karangan Ustadz Yusuf Mansur.

Ahh, beliau membuat hatiku terguyur hujan!

Ba’da Asar, setelah tilawah aku menyapu. Ibu Aisah memanggilku.

“Neng, ibu minta tolong ya. Tolong bantu ibu memakai ini.”

Akupun membantu beliau memakaikannya.

Sekuat tenaga aku menahan agar air mata tak jatuh apalagi saat beliau berkata, “Ibu kayak bayi saja ya...”


Rabb...
Meski lagi sakit dan tidak bisa berangkat ke kantor, hari ini Etika banyak belajar! Terutama belajar untuk lebih berbakti pada orang tua! Terima kasih ya Rabb...

(bersambung)


Sekelumit catatan harian Aisya Avicenna

Jakarta, 121010

Untaian Doa

Tuesday, October 12, 2010 1 Comments
Ya Allah
Tak ada satupun debu yang terbang tanpa izin-Mu
Tak ada satupun daun yang gugur tanpa izin-Mu
Tak ada setetes embun yang jatuh tanpa izin-Mu
Tak ada satu manusiapun yang lahir ke dunia ini tanpa izin-Mu
Tak ada jantung yang berdenyut tanpa izin-Mu
Tak ada paru-paru yang berdegup tanpa kuasa-Mu
Tak ada manusia yang mendapat hidayah tanpa kehendak-Mu

Ya Allah
Engkau yang menggerakkan kami
Engkau yang menggerakkan tangan dan kaki kami
Engkau yang menggerakkan semua jantung
Karena itu ya Allah
Engkau mengetahui
Apabila ada tiga yang keempat adalah Engkau
Apabila ada lima yang keenam adalah Engkau


Ya Allah kami rundukkan kepala kami
Kami berdoa memohon pada Engkau ya Allah
Agar Engkau memberi hidayah kepada kami

Ya Allah
Berilah kebaikan di awal hidup kami
Di tengah hidup kami
Di akhir hidup kami
Ya Allah wafatkan kami dalam keadaan Islam
Dan kumpulkan kami dengan orang –orang yang shaleh

Ya Allah
Kami manusia
Yang hina di hadapan-Mu
Engkau yang mengetahui siapa diri kami
Engkau mengetahui apa yang kami lakukan
Yang tidak diketahui oleh ayah dan ibu
Engkau mengetahui diri kami
Yang tidak diketahui oleh adik dan kakak kami
Engkau mengetahui diri kami
Yang tidak diketahui oleh suami/istri kami
Tapi Engkau ya Allah tahu siapa kami
Tapi Engkau memberi kami kesempatan
Hingga Engkau tutupi semua aib – aib kami


Ya Allah
Kami rundukkan kepala kami
Kami berdoa dengan sepenuh hati
Kami meminta
Agar Engkau memberi kesempatan
Agar hati kami diberi keyakinan seperti Musa
Agar hati kami diberi keyakinan seperti Ibrahim
Agar hati kami diberi keyakinan seperti Nabi Muhammad
Agar hati kami dipenuhi keyakinan akan Engkau ya Allah
Agar kita hanya mengenal-Mu sepenuh hati

Ya Allah beri kami kebaikan di dunia
Beri kami kebaikan di akherat
Engkaulah pemilik segala kebaikan

Aamiin Ya Rabbal 'Alamiin

Saturday, October 09, 2010

[C]obalah.[P]erjuangkan.[N]ikmati.[S]yukuri

Saturday, October 09, 2010 0 Comments



Yups, CPNS!!! Ini merupakan salah satu keyword Keisya di bulan Oktober yang bertemakan [O]ptimalkan [K]ompetensi diri, [TO]talitas dalam [BER]amanah!!!.

Bulan Oktober merupakan bulan yang penuh dengan “Audisi Abdi Negara”, begitu saudara kembar saya pernah menyampaikan. Nah, dalam audisi ini pun saya ingin turut berpartisipasi dalam rangka mewujudkan salah satu impian saya juga, salah satu impian terbesar Babe dan Ibu (terutama Babe). Meskipun CPNS bukan menjadi orientasi utama. Tetapi saya tetap berusaha semaksimal mungkin dalam memperjuangkannya…Saya tetap berpegang teguh bahwasanya “Sebaik-baik rencana kita, jauh lebih baik rencana Allah SWT untuk kita.” KEEP FIGHT!!! Bismillah, dengan berbekal kata motivasi dari rangkaian huruf CPNS, akhirnya saya pun mulai disibukkan juga dengan persiapan macem2, registrasi online, memilih formasi yang sesuai dengan jurusan dan kompetensi saya tentunya…

Ada cerita menarik bagi saya waktu mengumpulkan berkas-berkas yang dipersyaratkan di salah satu kementerian. Hm, saya mau berbagi cerita nih. [NO]stalgia [R]o[MA]ntic lagi…

Kamis, 7 Oktober 2010
Setelah semalem menembus kepekatan dan dinginnya malam bersama Mas Dhody, pulang ngajar dari GO, ke Matahari Singosaren bentar then mudik motoran mpe Wonogiri…pagi ini pegel2 nya masih kerasa. Hm, saatnya riyadhoh pagi dengan Bunda. Ke warung di kompleks sebelah. Sambil cerita-cerita seru tentunya!!

Jam 8 bersiap sama Babe…jalan kaki dulu ke rumah pakdhe Trimo buat pinjem motor (motor di rumah masih trouble. Insya Allah, SUPERTWIN akan berjuang beli motor sendiri…^^v). Hari ini Nung dikawal Babe tercinta akan menjelajah dan silaturahmi ke beberapa tempat di Wonogiri. Pertama, Puskesmas Wonogiri. Bikin surat keterangan sehat. Huhu…berat badan turun, Hb rendah, 90/60…hehe...sate kambing lagi yuk!!! Yupz, akhir-akhir ini memang kondisi fisik agak ngedrop, ayo Nung…terus semangat dengan program peningkatan berat badan!! ^^v.

Di Puskesmas, proses cukup cepat sekaligus bonus doa dari bapak-bapak dan ibu-ibu yang notabene dah kenal ma Babe…sip, tabungan doa untuk meniti tangga kesuksesan. Amin…dari Puskesmas, ke kantor Kelurahan Wonoboyo. Mampir bentar di TK Mardiputro 1 (TK nya SUPERTWIN jaman imut-imut dulu…^^v), menyapa para tetangga yang sedang asyik menunggu buah hatinya. Then, masuk kantor, ngurus legalisir KTP n KK. Ketemu mantan Pak RT, yang ngurus langsung beliau. Paling seneng n bikin semangat di dalam diri ini semakin bergelora tatkala mendengar lantunan senandung yang mengalun di ruangan yang cukup lebar dan agak ramai itu…hm, Shoutul Harokah…”INI LANGKAHKU!!!”. Seolah menjadi pemantik dan pemacu semangatku!!! LUAR BIASA DAHSYAT!!! (Kelurahanku suka nasyidan euy…)

****
“INI LANGKAHKU”
Aaa... Ini langkahku
Aaa... Terus melaju
Aaa... Ini langkahku
Aaa... Bangkitkan jihad

Ini Langkahku yang kan kuayun
Walaupun payah tak akan jera
Ini langkahku kan trus melaju
Setegar karang bangkitkan jihadku

Aral rintangan datang menghadang
Tapi syurga di bawah kilatan pedang
Hancurkan kedzaliman
Tegakkan keadilan

Pastikan langkahmu wahai pejuang
Dengan Al-Qur'an menjadi pedoman
Hembuskanlah angin pembaharuan
Karena kita khalifaturrahman

****
Pas pulang, nyapa Pak Lurah dulu (Pak Djoko Prasetyo). Sempet gojekan ‘n bernostalgia ma Babe. Tempat selanjutnya yang menjadi objek silaturahim Nung n Babe..Riyadhi photo di kompleks Pasar Kota Wonogiri. Nyapa semua yang ada di situ. Dah kayak saudara sendiri n dah langganan sejak jaman TK dulu. Xixixi. Afdruk foto sekalian banyak. Jam 11 jadi!!! Kilat eksprezz…Alhamdulillah, dapat kortingan 7.500…lumayan!! ni juga gara-gara Babe…(bolo dewe critane…^^v)

Sambil nunggu biar fotonya jadi, kita silaturahim dulu ke Kantor Catatan Sipil. Mau legalisir akte kelahiran. Lagi-lagi banyak yang kenal ma Babe termasuk para kepala n pimpinan disana. Kita malah dapat pelayanan special, disuruh masuk ruangan, tetapi tetap sambil nunggu. Nungma n Babe bagi tugas, Babe legalisisr KK sekaligus mau ketemu sobatnya..hehe…saya ngobrol dengan Pak Haryanto (Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan SIpil Bidang Pencatatan Sipil). Hoho, nanti kalau mau nikah n bikin akta kelahiran pasti juga akan berurusan dengan beliau. Ahihihihi…ngobrol banyak dengan beliau sambil nunggu Babe. Mulai dari HP sampai CPNS. Legalisiran akte diserahkan kepada adik-adik yang lagi pada PKL.

Sampai akhirnya, Nungma menangkap sosok seseorang yang wajahnya gak asing banget. Nung langsung tanya dengan pak Har…”Pak, di sini ada yang namanya Catur gak Pak?”. Weikz, Pak Har malah langsung manggil…”Catur, iki lho enek sing nggoleki…”. Gubrak, padahal cuma pengin memastikan. E, Mas Catur Yuniarto malah menghampiri. Gak nyangka, ternyata beliau bekerja disini. Mas Catur dulu mantan Ketua Osis SMP 1 Wonogiri, kakak kelas SMA juga, bolonya Mas Latief cs (kakak kelas yang lucu2…sama-sama di OSIS juga). Hehe, mas Catur agak pangling gitu. Kan sekarang pake jilbab. Malah crito akeh banget. Jadi mengenang masa SMP-SMA. N beliau juga cerita sohib2nya yang konyol-konyol itu…hihi. Dapat doa n semangat juga dari Mas Catur. Ingat, harapan besar SMP 1 Wonogiri : CPB!!! Calon Pemimpin Bangsa!!! SUKSES buatmu juga Mas….

Babe akhirnya menyelesaikan tugasnya dengan sukses dan happy ending.hihi. babe ngobrol lagi dengan Pak Har. Pembahasan sekarang mengenai kondisi penduduk terutama di daerah tanah kelahiran Babe. Sampai dunia “ayam jago, babon, menthog, sakwadyabalane…” Lucu lah!!!. Hm, banyak dapat doa dan motivasi juga disini…

Tempat kelima yang kita datangi…kantin Bu Juki di sebelah kanan kantor Babe dulu (sekarang Babe dah pensiun). Babe ketemu temen-temen kerjanya dulu di Kantor Dinas Kesejahteraan Sosial (DINKESOS) kabupaten Wonogiri. Wah, jadi tambah rame ni warung Bu Juki. Selama kurang lebih 45’ menit di warung Bu Juki, menikmati pisang goreng dan teh manis. Ibu SMS, memantau perkembangan, kelengkapan, dan posisi. Hehe. Luv u mom…beliau juga mengingatkan kalau pergi-pergi sama Babe jangan lupa diingatkan untuk minum dan makan…(jangan sampai telat). Ok, Mom!! Kondisi aman dan terkendali…^^v

Setelah selesai bersilaturahmi di warung Bu Juki, kita kembali ke Riyadhi photo untuk ngambil. Alhamdulillah, dah jadi!!! Foto Nung disimpen ya Pak…sapa tahu kapan2 afdruk lagi…^^v. kembali ke Warung Bu Juki lagi…kacamata Babe ketinggalan. Dasar Babeeeeeee………..Petualangan kita happy ending deh…Jam 11.15 Nung dianter Babe ke cegatan bis dan balik ke Solo…paling terharu saat Babe menyiapkan roti buat bekal Nungma…duh, so sweet banget lah…

Lagi-lagi Nung banyak dapat pelajaran berharga dari Babe hari ini…jadi orang itu kudu “seneng srawung marang liyan”, ben link nya banyak, kenalane akeh, berusaha untuk terus menebar kebermanfaatan dan kebaikan untuk orang lain, kalo kita ‘ngajeni’ orang, orang lain pun juga akan ‘ngajeni’ kita…Babe ku yang super duper istimewa. Supel, ramah sama semua orang, humoris, berwibawa, bersyukur banget lah punya Babe kayak beliau!!! BABEKU, JUARA SATU SELURUH DUNIA…LAKI-LAKI PERTAMA YANG MENCINTAIKU!!!


“YANG TERBAIK BAGIMU”


Teringat masa kecilku kau peluk dan kau manja
Indahnya saat itu buatku melambung
Disisimu terngiang hangat napas segar harum tubuhmu
Kau tuturkan segala mimpi-mimpi serta harapanmu
Kau inginku menjadi yang terbaik bagimu
Patuhi perintahmu jauhkan godaan
Yang mungkin ku lakukan dalam waktu ku beranjak dewasa
Jangan sampai membuatku terbelenggu jatuh dan terinjak

Tuhan tolonglah sampaikan sejuta sayangku untuknya
Ku terus berjanji tak kan khianati pintanya
Ayah dengarlah betapa sesungguhnya ku mencintaimu
Kan ku buktikan ku mampu penuh maumu
Andaikan detik itu kan bergulir kembali

Ku rindukan suasana basuh jiwaku
Membahagiakan aku yang haus akan kasih dan sayangmu
Tuk wujudkan segala sesuatu yang pernah terlewati


[Keisya Avicenna, 9 Oktober 2010…GIVE THE BEST = GET THE BEST!!! Bersiap mewujudkan impian-impian dahsyat selanjutnya…dan prepare ‘mbolang’ dari tanggal 22-30 Oktober 2010….Ya Rabbi, berikanlah hamba kemudahan dan petunjuk dalam menempuh perjalanan dan perjuangan ini!!!Amin…DNA = Dream ‘N Action!!!]

“Mencoba bertahan sekuat hati, layaknya karang yang dihempas sang ombak…Jalani hidup dengan penuh semangat!!! Karena semua kisah pasti ada akhir yang harus dilalui…tapi akhir kisah ini yakinku INDAH!!! Salam TEPAT dan TERBAIK!!!”
[Keisya Avicenna_SUPERTWIN]

Pemenang
tiba saat kita bangkit
berlari ke pentas dunia
batuh dan jatuh itu
hal yg biasa terjadi

bersiaplah, bersiaplah
tanpa pandang warna kulit
atau belahan dunia
semua punya kesempatan
lakukan yg terbaik
bersiaplah, bersiaplah
berjuang tuk menjadi pemenang
bersiaplah, bersiaplah
persaingan di depan semakin berat
jangan sampai mereka
jatuhkan nyali kita
tunjukkan pada mereka
siapa diri kita

Friday, October 08, 2010

MEMBINGKAI SURGA DALAM RUMAH TANGGA

Friday, October 08, 2010 0 Comments
Mendesain Rumah Islami

Posted by Ummu Khansa on 5:35 PM / Comments: (0)
Dirangkum dari majalah Nikah, vol 6 Nov 2007

Punya rumah itu impian semua orang, apalagi bagi yang sudah berumah tangga. Rasanya belum lengkap kalau belum punya rumah.

Sebagai seorang muslim, hendaknya kita memperhatikan beberapa aturan Islam dalam menata atau mendesain rumah. Juga memperhatikan lingkungannya.

Rumah ibarat cermin penghuninya
Rumah adalah cermin bagi penghuninya. Bagi mereka yang menyukai kebersihan, maka akan tampak keadaan rumahnya selalu bersih. Bagi mereka yang suka seni dan keindahan, maka akan tampak bangunan rumahnya berarsitektur indah dan dikelilingi oleh aneka rupa bunga dan ornamen2 lain yang bernilai seni dan keindahan. Demikian juga bagi mereka yang mempunya ghirah Islam dan mencintai sunnah, maka akan tampak desain dan ornamen2 rumahnya sedikit banyak akan tersentuh corak Islam dan mengikuti gaya sunnah.

Jangan bermegah-megahan
Bagi seorang muslim, janganlah rumah dijadikan wahana ajang pamer dan gengsi sehingga menjadikan sibuk berlomba2 dalam mempermegah rumah. Janganlah melalaikan dan melupakan berlomba2 yang lebih baik dari itu, yaitu berlomba2 dalam kebaikan dan takwa. Hal ini sebagaimana firman Allah, 'bermegah2an telah melalaikan kamu."

Cara mendesain rumah islami
Walaupun Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam sendiri tidak memberikan contoh dalam mendesain rumah, tapi dari sunnah2 yang ada, hendaknya itu dijadikan acuan/pegangan kita dalam membuat dan mendesain sebuah rumah.
Diantara hal2 yang harus diperhatikan adalah:

1. Tidak perlu meminta petunjuk dari orang pintar/paranormal untuk menentukan hari dan tanggal yang baik dalam membuat rumah karena semua hari dan tanggal itu baik disisi Allah. Mempercayai hal2 yang berbau takhayul bisa membuat kita jatuh dalam perbuatan syirik.

2. Karena rumah adalah kehormatan dan rahasia, maka jangan membuat rumah yang banyak kaca tembus pandangnya hingga memungkinkan orang luar bisa melihat ke dalam rumah kita. Hal ini untuk menjaga rahasia dan aurat keluarga kita.

3. Akan lebih baik jika kita membuat rumah dengan kamar yang banyak sehingga kita bisa memisahkan kamar anak laki2 dan perempuan. Juga jika sewaktu2 ada tamu yang ingin bermalam, kita bisa membantunya menyediakan kamar. Tapi hendaknya kamar untuk tamu terpisah dari ruang keluarga sehingga tidak memungkinkan tamu bisa melihat dengan bebas ruang keluarga.

4. WC atau toilet hendaknya dibuat tidak menghadap/membelakangi kiblat karena ada larangan Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam. Meskipun ada khilaf, jika tertutup dengan bangunan maka diperbolehkan. tapi untuk kehati2an lebih baik menghadap ke arah lain.

5. Jangan meninggikan bangunan, karena itu termasuk tanda2 hari kiamat sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam ketika ditanya oleh malaikat jibril.

Jadi... rumah yang baik bukanlah rumah mewah yang berarsitektur tinggi dan mahal, tetapi rumah yang didesain dengans entuhan sunnah nabi. Yang tak kalah penting, jangan lupa membangun keimanan kita agar lebih mantap dan tidak goyah oleh2 gelombang2 perusak iman.
Pendidikan Anak dalam Islam

Posted by Ummu Khansa on 12:25 PM / Comments: (0)
Pendidikan anak adalah perkara yang sangat penting di dalam Islam. Di dalam Al-Quran kita dapati bagaimana Allah menceritakan petuah-petuah Luqman yang merupakan bentuk pendidikan bagi anak-anaknya. Begitu pula dalam hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kita temui banyak juga bentuk-bentuk pendidikan terhadap anak, baik dari perintah maupun perbuatan beliau mendidik anak secara langsung.

Seorang pendidik, baik orangtua maupun guru hendaknya mengetahui betapa besarnya tanggung-jawab mereka di hadapan Allah ‘azza wa jalla terhadap pendidikan putra-putri islam.
Tentang perkara ini, Allah azza wa jalla berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu”. (At-Tahrim: 6)

Dan di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Setiap di antara kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban”

Untuk itu -tidak bisa tidak-, seorang guru atau orang tua harus tahu apa saja yang harus diajarkan kepada seorang anak serta bagaimana metode yang telah dituntunkan oleh junjungan umat ini, Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Beberapa tuntunan tersebut antara lain:

1. Menanamkan Tauhid dan Aqidah yang Benar kepada Anak

Suatu hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa tauhid merupakan landasan Islam. Apabila seseorang benar tauhidnya, maka dia akan mendapatkan keselamatan di dunia dan akhirat. Sebaliknya, tanpa tauhid dia pasti terjatuh ke dalam kesyirikan dan akan menemui kecelakaan di dunia serta kekekalan di dalam adzab neraka. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan mengampuni yang lebih ringan daripada itu bagi orang-orang yang Allah kehendaki” (An- Nisa: 48)

Oleh karena itu, di dalam Al-Quran pula Allah kisahkan nasehat Luqman kepada anaknya. Salah satunya berbunyi,

يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

“Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar”.(Luqman: 13)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri telah memberikan contoh penanaman aqidah yang kokoh ini ketika beliau mengajari anak paman beliau, Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam At-Tirmidzi dengan sanad yang hasan. Ibnu Abbas bercerita,

“Pada suatu hari aku pernah berboncengan di belakang Nabi (di atas kendaraan), beliau berkata kepadaku: “Wahai anak, aku akan mengajari engkau beberapa kalimat: Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya engkau akan dapati Allah di hadapanmu. Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah. Jika engkau meminta tolong, minta tolonglah kepada Allah. Ketahuilah. kalaupun seluruh umat (jin dan manusia) berkumpul untuk memberikan satu pemberian yang bermanfaat kepadamu, tidak akan bermanfaat hal itu bagimu, kecuali jika itu telah ditetapkan Allah (akan bermanfaat bagimu). Ketahuilah. kalaupun seluruh umat (jin dan manusia)berkumpul untuk mencelakakan kamu, tidak akan mampu mencelakakanmu sedikitpun, kecuali jika itu telah ditetapkan Allah (akan sampai dan mencelakakanmu). Pena telah diangkat, dan telah kering lembaran-lembaran”.

Perkara-perkara yang diajarkan oleh Rasulllah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Ibnu Abbas di atas adalah perkara tauhid.

Termasuk aqidah yang perlu ditanamkan kepada anak sejak dini adalah tentang dimana Allah berada. Ini sangat penting, karena banyak kaum muslimin yang salah dalam perkara ini. Sebagian mengatakan bahwa Allah ada dimana-mana. Sebagian lagi mengatakan bahwa Allah ada di hati kita, dan beragam pendapat lainnya. Padahal dalil-dalil menunjukkan bahwa Allah itu berada di atas arsy, yaitu di atas langit.

Dalilnya antara lain,

“Ar-Rahman beristiwa di atas ‘Arsy” (Thaha: 5)
Makna istiwa adalah tinggi dan meninggi sebagaimana di dalam riwayat Al-Bukhari dari tabi’in.

Adapun dari hadits,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada seorang budak wanita, “Dimana Allah?”. Budak tersebut menjawab, “Allah di langit”. Beliau bertanya pula, “Siapa aku?” budak itu menjawab, “Engkau Rasulullah”. Rasulllah kemudian bersabda, “Bebaskan dia, karena sesungguhnya dia adalah wanita mu’minah”. (HR. Muslim dan Abu Daud).

2. Mengajari Anak untuk Melaksanakan Ibadah

Hendaknya sejak kecil putra-putri kita diajarkan bagaimana beribadah dengan benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Mulai dari tatacara bersuci, shalat, puasa serta beragam ibadah lainnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي

“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat” (HR. Al-Bukhari).

“Ajarilah anak-anak kalian untuk shalat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka ketika mereka berusia sepuluh tahun (bila tidak mau shalat-pen)” (Shahih. Lihat Shahih Shahihil Jami’ karya Al-Albani).

Bila mereka telah bisa menjaga ketertiban dalam shalat, maka ajak pula mereka untuk menghadiri shalat berjama’ah di masjid. Dengan melatih mereka dari dini, insya Allah ketika dewasa, mereka sudah terbiasa dengan ibadah-ibadah tersebut.

3. Mengajarkan Al-Quran, Hadits serta Doa dan Dzikir yang Ringan kepada Anak-anak

Dimulai dengan surat Al-Fathihah dan surat-surat yang pendek serta doa tahiyat untuk shalat. Dan menyediakan guru khusus bagi mereka yang mengajari tajwid, menghapal Al-Quran serta hadits. Begitu pula dengan doa dan dzikir sehari-hari. Hendaknya mereka mulai menghapalkannya, seperti doa ketika makan, keluar masuk WC dan lain-lain.

4. Mendidik Anak dengan Berbagai Adab dan Akhlaq yang Mulia

Ajarilah anak dengan berbagai adab Islami seperti makan dengan tangan kanan, mengucapkan basmalah sebelum makan, menjaga kebersihan, mengucapkan salam, dll.
Begitu pula dengan akhlak. Tanamkan kepada mereka akhlaq-akhlaq mulia seperti berkata dan bersikap jujur, berbakti kepada orang tua, dermawan, menghormati yang lebih tua dan sayang kepada yang lebih muda, serta beragam akhlaq lainnya.

5. Melarang Anak dari Berbagai Perbuatan yang Diharamkan

Hendaknya anak sedini mungkin diperingatkan dari beragam perbuatan yang tidak baik atau bahkan diharamkan, seperti merokok, judi, minum khamr, mencuri, mengambil hak orang lain, zhalim, durhaka kepada orang tua dan segenap perbuatan haram lainnya.

Termasuk ke dalam permasalahan ini adalah musik dan gambar makhluk bernyawa. Banyak orangtua dan guru yang tidak mengetahui keharaman dua perkara ini, sehingga mereka membiarkan anak-anak bermain-main dengannya. Bahkan lebih dari itu –kita berlindung kepada Allah-, sebagian mereka menjadikan dua perkara ini sebagai metode pembelajaran bagi anak, dan memuji-mujinya sebagai cara belajar yang baik!

Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda tentang musik,

لَيَكُونَنَّ مِنْ أُمَّتِي أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّونَ اَلْحِرَ وَالْحَرِيْرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ

“Sungguh akan ada dari umatku yang menghalalkan zina, sutra, khamr dan al-ma’azif (alat-alat musik)”. (Shahih, HR. Al-Bukhari dan Abu Daud).

Maknanya: Akan datang dari muslimin kaum-kaum yang meyakini bahwa perzinahan, mengenakan sutra asli (bagi laki-laki, pent.), minum khamar dan musik sebagai perkara yang halal, padahal perkara tersebut adalah haram.

Dan al-ma’azif adalah setiap alat yang bernada dan bersuara teratur seperti kecapi, seruling, drum, gendang, rebana dan yang lainnya. Bahkan lonceng juga, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Lonceng itu serulingnya syaithan”. (HR. Muslim).

Adapun tentang gambar, guru terbaik umat ini (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) telah bersabda,

كُلُّ مُصَوِّرٍ فِي النَّارِ، يَجْعَلُ لَهُ بِكُلِّ صُوْرَةٍ صَوَّرَهَا نَفْسًا فَتُعَذِّبُهُ فِي جَهَنَّمَ

“Seluruh tukang gambar (mahluk hidup) di neraka, maka kelak Allah akan jadikan pada setiap gambar-gambarnya menjadi hidup, kemudian gambar-gambar itu akan mengadzab dia di neraka jahannam”(HR. Muslim).

إِنِّ أَشَدَّ النَّاسِ عَذَاباً عِنْدَ اللهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ اَلْمُصَوِّرُوْنَ

“Sesungguhnya orang-orang yang paling keras siksanya di sisi Allah pada hari kiamat adalah para tukang gambar.” (HR. Muslim).

Oleh karena itu hendaknya kita melarang anak-anak kita dari menggambar mahkluk hidup. Adapun gambar pemandangan, mobil, pesawat dan yang semacamnya maka ini tidaklah mengapa selama tidak ada gambar makhluk hidupnya.

6. Menanamkan Cinta Jihad serta Keberanian

Bacakanlah kepada mereka kisah-kisah keberanian Nabi dan para sahabatnya dalam peperangan untuk menegakkan Islam agar mereka mengetahui bahwa beliau adalah sosok yang pemberani, dan sahabat-sahabat beliau seperti Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali dan Muawiyah telah membebaskan negeri-negeri.

Tanamkan pula kepada mereka kebencian kepada Yahudi dan orang-orang zhalim. Tanamkan bahwa kaum muslimin akan membebaskan Al-Quds ketika mereka mau kembali mempelajari Islam dan berjihad di jalan Allah. Mereka akan ditolong dengan seizin Allah.

Didiklah mereka agar berani beramar ma’ruf nahi munkar, dan hendaknya mereka tidaklah takut melainkan hanya kepada Allah. Dan tidak boleh menakut-nakuti mereka dengan cerita-cerita bohong, horor serta menakuti mereka dengan gelap.

7. Membiasakan Anak dengan Pakaian yang Syar’i

Hendaknya anak-anak dibiasakan menggunakan pakaian sesuai dengan jenis kelaminnya. Anak laki-laki menggunakan pakaian laki-laki dan anak perempuan menggunakan pakaian perempuan. Jauhkan anak-anak dari model-model pakaian barat yang tidak syar’i, bahkan ketat dan menunjukkan aurat.

Tentang hal ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

“Barangsiapa yang meniru sebuah kaum, maka dia termasuk mereka.” (Shahih, HR. Abu Daud)

Untuk anak-anak perempuan, biasakanlah agar mereka mengenakan kerudung penutup kepala sehingga ketika dewasa mereka akan mudah untuk mengenakan jilbab yang syar’i.

Demikianlah beberapa tuntunan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam mendidik anak. Hendaknya para orang tua dan pendidik bisa merealisasikannya dalam pendidikan mereka terhadap anak-anak. Dan hendaknya pula mereka ingat, untuk selalu bersabar, menasehati putra-putri Islam dengan lembut dan penuh kasih sayang. Jangan membentak atau mencela mereka, apalagi sampai mengumbar-umbar kesalahan mereka.

Semoga bisa bermanfaat, terutama bagi orangtua dan para pendidik. Wallahu a’lam bishsawab.

Diringkas oleh Abu Umar Al-Bankawy dari kitab Kaifa Nurabbi Auladana karya Syaikh Muhammad Jamil Zainu dan hadits-hadits tentang hukum gambar ditambahkan dari Hukmu Tashwir Dzawatil Arwah karya Syaikh Muqbil bin Hadi.
Segenap Asa dalam Sebuah Nama

Posted by Ummu Khansa on 12:08 PM / Comments: (0)
Sumber: Blog Anak Muslim
Penulis: Ummu 'Abdirrahman Anisah bintu 'Imran

Memberikan nama yang baik adalah salah satu tugas orang tua bagi anaknya yang baru lahir. Ada aturan-aturan yang harus diikuti orang tua agar nama anak bisa memberikan kebaikan dan berkah bagi pemiliknya.

Sosok mungil itu telah ada dalam dekapan hangat sang ibu. Tibalah saat dia mendengar sapaan sang ayah yang penuh kasih sayang, memanggilnya dengan nama yang diberikan baginya. Nama yang indah, disertai dengan harapan yang membuncah, semoga perjalanan hidup si buah hati kelak akan sebaik nama yang disandangnya.

Barangkali jauh hari sebelum si kecil lahir ke dunia, tak kurang banyaknya nama yang dirancang oleh ayah dan ibu, dilatari oleh sekian banyak pertimbangan. Ada yang ingin menamai anaknya dengan nama tokoh yang dikagumi disertai harapan, anaknya akan sehebat tokoh itu. Ada yang membuat nama dari petikan suatu peristiwa penting untuk mengenang peristiwa itu. Ada pula yang sekedar mempertimbangkan faktor "keren dan enak didengar".

Si kecil tumpuan harapan, sudah semestinya ayah bunda memberikan nama yang terbaik bagi dirinya, nama yang dicintai oleh Rabb semesta alam. Tidak ada jalan lain untuk mendapatkannya, kecuali menelaah kembali, bagaimana Allah dan Rasul-Nya Shallallahu 'Alaihi Wasallam menerangkan seputar seluk-beluk nama kepada kita.

Pada hari pertama hadirnya buah hati di dunia, sang ayah boleh memberikan nama padanya. Kita bisa menyimak kisah pemberian nama Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pada putranya, Ibrahim.

"Semalam telah lahir anak laki-lakiku, maka aku beri nama dia dengan nama
ayahku, Ibrahim." (HR. Muslim no. 2315)

Al Imam An Nawawi menjelaskan bahwa kisah ini menunjukkan bolehnya memberikan nama anak pada hari kelahirannya. (Syarh Shahih Muslim, 15/75)

Juga kisah-kisah lainnya ketika para sahabat membawa anaknya yang baru lahir ke hadapan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, beliau memberikan nama pada hari itu juga.

Kita lihat dalam kisah kelahiran 'Abdullah bin Az Zubair ketika Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mentahniknya: "Kemudian beliau mengusapnya dan mendoakan kebaikan baginya, serta memberinya nama 'Abdullah." (HR. Muslim no. 2146)

Demikian pula dalam kisah lahirnya 'Abdullah bin Abi Thalhah z, ketika Anas bin Malik z membawanya ke hadapan beliau: "Kemudian beliau mentahniknya dan memberinya nama 'Abdullah." (HR. Muslim no.2144)

Juga ketika Abu Usaid membawa putranya kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pada hari kelahirannya: "Maka pada hari itu beliau memberinya nama Al-Mundzir." (HR. Al Bukhari no. 6191 dan Muslim no. 2149)

Begitu pula penuturan Abu Musa Al Asy'ari:
"Telah lahir anak laki-lakiku, lalu aku membawanya kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, maka beliau memberinya nama Ibrahim dan mentahniknya dengan kurma." (HR. Muslim no. 2145)

Namun di sisi lain, kita dengar penjelasan bahwa seorang anak diberi nama pada hari ketujuh, sebagaimana yang dikatakan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam melalui lisannya yang mulia:
"Setiap anak tergadai dengan aqiqahnya, maka pada hari ketujuh disembelih hewan, dicukur rambutnya dan diberi nama." (HR. Abu Dawud no. 2838)

Untuk memahami dua sisi ini, kita buka penjelasan Al Hafidz Ibnu Hajar Al 'Asqalani. Beliau mengatakan bahwa anak yang tak hendak diaqiqahi, maka pemberian namanya tidak ditangguhkan hingga hari ketujuh, sebagaimana yang terjadi dalam kisah Ibrahim bin Abi Musa, 'Abdullah bin Abi Thalhah, demikian pula Ibrahim putra Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan 'Abdullah bin Az-Zubair, karena tidak ada penukilan yang menyatakan bahwa salah seorang di antara mereka diaqiqahi. Sedangkan anak yang hendak diaqiqahi, maka pemberian namanya ditangguhkan hingga hari ketujuh sebagaimana yang ada dalam hadits-hadits lain. (Fathul Bari, 9/501)

Pun ayah bunda tak lupa memilihkan nama terbaik bagi anaknya. Namun toh semua itu tetap tak lepas dari tinjauan syariat, ketika Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah memberikan tuntunan.

"Sesungguhnya nama yang paling dicintai oleh Allah adalah 'Abdullah dan 'Abdurrahman." (HR. Muslim no. 2132)

Ucapan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam ini menunjukkan keutamaan kedua nama itu atas seluruh nama, demikian dijelaskan oleh Al Imam an-Nawawi. (Syarh Shahih Muslim, 14/113 )

Ayah dan ibu pun bisa memilihkan nama dari deretan nama-nama para nabi. Bahkan demikian yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bagi putranya, dan demikian pula yang beliau berikan kepada anak-anak sahabatnya. Beliau berikan nama Ibrahim kepada anak Abu Musa Al Asy'ari, dan Yusuf kepada anak 'Abdullah bin Salam, sebagaimana dikisahkan sendiri oleh Yusuf bin 'Abdillah bin Salam:

"Rasulullah memberiku nama Yusuf dan mendudukkan aku di pangkuan beliau serta mengusap kepalaku." (HR Bukhari dalam Al Adabul Mufrad, dikatakan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Shahih Al Adabul Mufrad no. 282 bahwa isnadnya shahih)

Tak layak dilalaikan, ada nama-nama yang haram disandang. Kita bisa melihat penjelasan Rasulullah mengenai hal ini.

"Sesungguhnya nama yang paling hina di sisi Allah adalah seseorang yang bernama Malikul Amlak (raja dari seluruh raja)." Ibnu Abi Syaibah menambahkan dalam riwayatnya: "Tidak ada raja kecuali Allah." Al Asy'atsi berkata bahwa Sufyan mengatakan: "Seperti Syahan Syah." (HR. Al Bukhari no.6206 dan Muslim no. 2143)

Kita simak ucapan Al Imam An Nawawi ketika menjelaskan hadits ini. Beliau mengatakan bahwa pemakaian nama ini haram, demikian pula memakai nama-nama Allah yang khusus bagi diri-Nya, seperti Al Quddus (Yang Maha Suci), Al Muhaimin (Yang Maha Memelihara), Khaliqul Khalq (Pencipta seluruh makhluk), dan sebagainya. (Syarh Shahih Muslim, 14/122)

Penamaan yang terlarang ini tidak hanya mencakup dalam lafadz bahasa Arab, namun lafadz dalam bahasa lain apabila maknanya demikian pun terlarang. Kita lihat dalam hadits di atas, Sufyan bin 'Uyainah memasukkan nama Syahan Syah – yang bukan berasal dari lafadz bahasa Arab namun bermakna serupa dengan Malikul Amlak – dalam larangan ini.

Hal ini dijelaskan oleh Imam Al Mubarakfuri. Beliau menyatakan bahwa Sufyan bin 'Uyainah memberikan peringatan bahwa nama yang tercela ini tidak terbatas pada Malikul Amlak saja. Akan tetapi, seluruh nama yang menunjukkan makna tersebut dengan bahasa apa pun termasuk dalam larangan ini. (Tuhfatul Ahwadzi, 8/102)

Begitu pula nama-nama yang mengandung tazkiyah ataupun nama-nama yang buruk, sehingga didapati kisah-kisah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengganti nama-nama itu dengan nama yang lebih baik. Inilah penuturan 'Abdullah bin 'Umar, mengungkapkan apa yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam:

"Anak perempuan 'Umar bin Al Khaththab bernama 'Ashiyah (wanita yang suka bermaksiat), maka Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam memberinya nama Jamilah (wanita yang cantik)." (HR. Muslim no. 2139)

Ibnul Atsir mengatakan –dalam penjelasan beliau yang dinukil di dalam 'Aunul Ma'bud– bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengganti nama 'Ashiyah tersebut karena syi'ar seseorang yang beriman adalah taat kepada Allah, sementara kemaksiatan adalah lawan dari ketaatan. ('Aunul Ma'bud, 13/201)

Selain itu, ada pula putri Abu Salamah yang semula bernama Barrah (wanita yang suci) kemudian diganti oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dengan nama Zainab. Dia mengisahkan sendiri peristiwa ini:
"Dulu aku bernama Barrah, kemudian Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam memberiku nama Zainab." (HR. Muslim no. 2142)

Bahkan kedua istri beliau, Zainab bintu Jahsy dan Juwairiyah bintu Al Harits, semula bernama Barrah, kemudian beliau mengganti nama mereka berdua. (HR .Muslim no. 2140 dan 2141)

Al Imam An Nawawi memberikan penjelasan bahwa hadits-hadits di atas mengandung makna penggantian nama yang jelek atau nama yang dibenci menjadi nama yang baik. Telah pasti pula adanya hadits-hadits yang menerangkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengganti nama banyak sahabat. Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjelaskan pula bahwa alasan penggantian nama ini ada dua, yaitu karena mengandung tazkiyah (pensucian) atau dikhawatirkan terjatuh pada tathayyur. (Syarh Shahih Muslim, 14/120-121)

Kita lihat dalam kisah Ibnu 'Umar di atas, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam tidak mengganti nama putri 'Umar bin Al Khaththab menjadi Muthi'ah (wanita yang taat) – padahal lawan dari kata 'Ashiyah adalah Muthi'ah – karena ditakutkan nama tersebut mengandung tazkiyah. ('Aunul Ma'bud, 13/201)

Ada satu hal yang perlu diketahui, dalam Islam disyariatkan memanggil seseorang dengan nama kunyah walaupun orang itu belum memiliki anak. Demikian pula yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam kepada seorang anak kecil, seperti yang kita dengar dalam penuturan oleh Anas bin Malik:

"Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam adalah orang yang paling baik akhlaknya, dan aku mempunyai saudara laki-laki yang telah disapih bernama Abu 'Umair. Apabila Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam datang kemudian melihatnya, beliau biasanya mengatakan: 'Wahai Abu 'Umair! Apa yang dilakukan burung kecilmu?' Dia biasa bermain-main dengan burung kecil itu." (HR. Muslim no. 2150)

Perbuatan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam ini menunjukkan bolehnya memberikan nama kunyah kepada seseorang yang belum memiliki anak atau kepada anak-anak, dan ini bukan termasuk dusta. Demikian dijelaskan oleh Al Imam An Nawawi ketika membicarakan hadits ini. (Syarh Shahih Muslim, 14/129)

Manakala telah gamblang tuntunan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, apakah selayaknya seorang ayah atau seorang ibu –yang ingin mempersembahkan seluruh kebaikan bagi putra-putrinya yang mengemban segenap harapan mereka– akan melalaikan hal ini? Karena bagaimanapun, sebaik-baik tuntunan adalah tuntunan Nabi Shallallahu 'Alaihi wasallam.

Wallahu ta'ala a'lamu bish-shawab.

FREKUENSI JODOH

Friday, October 08, 2010 0 Comments
Frekuensi Jodoh
by Arga Kusuma on Thursday, October 7, 2010 at 9:04am

Frekuensi Jodoh



Mengapa laki-laki dan perempuan mempunyai naluri untuk saling mendekat??

Mungkin uneg-uneg ilmiah populer dari saya akan sedikit menelaahnya (sok tau bangat euy !!).

Kita tahu bahwa para ahli fisika kuantum, manusia dikatakan sebagai salah satu sumber elektromagnetik yang besar dan setiap medan magnetik mempunyai dua kutub positif dan negatif.



Untuk lebih sederhananya kita umpamakan perempuan adalah sumber medan magnet positif dan laki-laki adalah sumber medan magnet negatif .. tentu saja jika berdekatan akan timbul gaya tarik menarik antar kedua kutub yang berbeda .. tanpa diajaripun gaya tarik-menarik antar keduanya akan terjadi ..



Contohnya jika ada seorang perempuan mempunyai daya tarik magnet yang kuat maka dengan mudahnya menarik laki-laki di sekitar ruang medan magnetnya .. begitupun sebaliknya, hanya saja laki-laki lebih aktif dalam mencari dan mendekat dikarenakan muatan negatifnya lebih dominan.



Tapi mengapa jika mereka secara naluriah saling tarik-menarik .. tidak semua kutub berbeda tidak dapat sembarangan disatukan atau dijodohkan .. ?? ..



Paling tidak ada tiga frekuensi manusia .. yaitu frekuensi nafsu, frekuensi akal, dan frekuensi hati .. dalam tataran frekuensi "nafsu" (berbeda lho dengan nafsu amarah) kedua kutub dapat mudah disatukan karena jangkauannya sangat luas dan sangat mudah untuk disamakan.



Selanjutnya adalah frekuansi akal .. disini mulai muncul kesulitan dalam manyatukan kedua frekuensi .. perbedaan frekuensi dalam akal akan terlihat jika ada benturan pemikiran dan benturan alur logika antar kedua kutub. Jadi .. walaupun kecocokan dalam frekuensi nafsu (cocok bukan berarti sama tapi klop salng melengkapi) tetapi dalam frekuensi akal berbeda tetap akan sulit disatukan ..



Terakhir adalah frekuensi hati .. frekuensi ini sangat sulit dipahami, tapii saya hanya berani menyatakan bahwa menyamakan frekuensi dalam tataran ini cukup sulit dan beruntunglah jika suatu kutub menemukan kutub lainnya dalam frekuensi ini dan pastilah akan bertemu ... Luar biasa jika kedua kutub mengalir dan klop dalam tiga tingkatan frekuensi yang sama ... Inilah Frekuensi Jodoh. (n_n)

hihihihihii .......



Salam Clometan