Jejak Karya

Jejak Karya

Tuesday, October 19, 2010

YOUR POWER, YOUR BOOK : MAKA MENULISLAH!!!

Tuesday, October 19, 2010 0 Comments


Ahad, 17 Oktober 2010

Malam akan segera bergulir menjadi pagi…setelah menikmati khusyuknya bermunajat di sepertiga malam, kini…pagi kembali merekah. Bayangan ‘impian’ itu seperti siluet di tengah sebuah benda bulat merah jingga yang muncul pelan-pelan di kaki langit…dalam pesona cinta kabut fajar. Inilah pagi terindah yang pernah kusaksikan di bulan ini. Pagi yang istimewa…

Bersama adik kost, Keisya kembali menggoreskan kisah terindahnya hari ini…yupz, setelah sekian lama tidak kuliner di boulevard UNS…Alhamdulillah pagi ini berkesempatan menikmatinya lagi!!! Beli sarapan nasi kare, roti bakar, cakwe bandung, and empek-empek…(banyak amat ya??hihi).

Dah rapi, dah sarapan, jam 06.30 diantar adik kost yang kebetulan juga mau berangkat ke acaranya SKI FMIPA “MATRIKS” sampai di Sekarpace. Hm, naik ATMO mau ke GO Mawar. Dengan iringan nasyid menghentak dari Shoutul Harokah. Seraya lagi di Senayan (jadi inget pas liat konser April lalu). Jakarta hari ini boleh membahana, tapi Solo juga tak kalah membara semangatnya!! INI LANGKAHKU….^^v. Semangat, my supertwin….asyiknya bisa bertemu dengan Pak Anis Matta dan Fadli PADI. Pengeeennn…. Keisya juga menyempatkan SMS salah seorang adiknya yang pagi ini mau Technical Meeting Lomba Mendongeng ke Jogja. Semangat Dik!!! ^^v

Pagi ini dari jam 07.30 sampai dengan pukul 09.30 dapat amanah ngawas TRY OUT GO di ruangan VOLTA. Alhamdulillah, sampai di jam 07.10! Langsung prepare macem-macem, ngobrol dengan pengajar yang lain..jam 07.30 TO dimulai. Dapat kelas 6 UNR 22. Hihi….ada Ossa, Sekar, Ajeng, Jody. ALvian, Alfin, ‘n si twin Irfanny dan Ihsanny (SD Cemara Dua). Adik-adik kelas 6 SD yang biasa Keisya ajar di GO Veteran. Surprise abiz ketemu mereka!!! Kita dah klop soalnya…apalagi dengan si TwinZ!! Di GO kan kode ngajarnya Keisya “NM”, tapi sama si Twin Irfanny dan Ihsanny ditambahi T jadinya, Bu “NMT”…T nya Twin…hehe….mereka juga tahu kalau Keisya itu kembar…dasar kalian!!! Lucu banget lah!! ^^v.

Sambil mengawasi, Keisya menyibukkan diri dengan nulis-nulis di buku DNA. Mendokumentasikan hidup beberapa hari ini…setelah selesai, (masih sambil mengawasi dan sesekali berkeliling ngecek cara mereka mengisi LJK), Keisya lanjutkan dengan membaca sebuah buku yang sengaja tadi dia bawa dari perpustakaan pribadinya “AL FIRDAUS 2”, yaitu salah satu buku karya Bapak BAMBANG TRIM yang berjudul : “MENJADI POWERFULL DA’I DENGAN MENULIS BUKU”. Buku yang baru saja Keisya beli waktu Solo Muslim Fair tanggal 10.10.10 beberapa waktu lalu…

Lagi asyik baca, N5300 Keisya bergetar…ternyata ada SMS masuk. Baca, sapa tahu penting banget. Hm, ternyata dari Mas Aris el-Durra : “INFO urgent dan berharga khusus anggota FLP SOLO RAYA plus nama2 yg tercantum di pendaftaran PELAT PULPEN saja. Hari ini ada pertemuan mendadak dengan Mas Bambang Trim (penulis aktif, pakar perbukuan&manager Tiga Serangkai). Kumpul Ashar di Masjid UMS, habis itu langsung cabut. Ingat, Ashar sekarang sktr jam 14.30 lho. Must on time.Ok” (09:02:04).
Weikz…setengah gak percaya, wah..pengin banget ikut!!!! Langsung deh SMS dik Erny (soulmate ‘mbolang’ kalo pas ada agenda FLP.hehe). hm, jawaban dari dy : “Belum tahu mbak…”. Hiks, ku pengin banget!!! Erny SMS lagi : “Kalau nanti jadi, tak kabari lagi mbak..”. hm, masih ada harapan ada barengan…(pluz tebengan tentunya…xixixi)

Alhamdulillah, jam 09.30 tugas ngawas TO di GO usai!!! Setelah semua urusan di GO usai, pamit pulang, nyegat ATMO di depan Toga Mas then segera meluncur balik ke kost. Ada amanah lain yang sudah menanti untuk segera dikerjakan. Berhubung hari Ahad (angkun 03 lama) dan demi efisiensi waktu, akhirnya Keisya memutuskan naik becak dari Pedaringan. Hehe…jadi kangen mbecak bareng mysupertwin!!! Turun Gerbang Surya, ke ATM dulu, then jalan kaki sampai kost Pink. Hm, semangat tuntaskan amanah!!!

Jam 13.00 ada ‘meeting’ dulu sampai jam 14.30. Alhamdulillah, Erny akhirnya bias datang. Balik kost dulu pasca ‘meeting’, sholat Ashar….then nunggu Erny njemput. Mas Aris el-Durra tadi juga sudah ngasih alamat rumah Pak Bambang Trim. Jadi nanti kita langsung ke sana saja. Tak lupa membawa buku karya beliau…”MENGINSTAL NYALI” dan “MENJADI POWERFULL DA’I DENGAN MENULIS BUKU”. Pluz buku-bukunya Mas Aris yang mau Keisya kembalikan dan novel Bumi Cinta yang mau beliau pinjam.

Dan akhirnya kita pun berangkaaaattt….sempet tanya2 dulu dengan sahabat2 yang asli Solo….akhirnya kita berpetualang deh!!! Pertama, tanya arah ke Pabrik Gula Colomadu…(Keisya juga masih asing sih dengan daerah ini), then tanya Puri Alam Asri tu mana…ketemu Pak Security, hm, dikasih penjelasan kalau di situ Puri Alam Asri ada 3. Keisya tanya aja yang daerah Kartasura yang mana (sesuai SMS). Hoho…akhirnya dikasih petunjuk. Dan air mata langit pun mulai menitik…gerimis mengundang.
Hyaaaaaa…..singkat cerita Keisya dan Erny nyasar sampai Bolon. Akhirnya telp Mas Aris, dan kita pun kembali ke lokasi di daerahnya Pak Security tadi…hoho...total tadi kita tanya ke 6 orang!!! Xixixi, sama kayak waktu dulu nyasar pas mau ke rumah Mbak Afifah Afra ‘n Mas Aries Adenata.

Alhamdulillah, meski basah tapi gak pake kuyup, sampai juga di rumah Pak Bambang Trim…(Mas Ariiiiiiiiiisssssssssss, tanggung jawab membuat kita tersesat…hehehe…). Subhanallah, keren lah!!! (termasuk koleksi buku-bukunya…). Keisya masih setengah percaya bisa ketemu dengan Pak Bambang Trim. Jadi inget dengan buku MENGINSTAL NYALI (buku yang Keisya baca mulai tanggal 6 Februari 2010 di NH IC UNS, saat nunggu mulainya syuro’..hehe…), yang akhirnya membuat keberanian Keisya berlipat-lipat untuk mewujudkan salah satu impiannya menginjakkan kaki di ITB pasca Sidang Sastra Intelektual (penceplokan_red!). Ya, buku itulah yang berhasil membakar semangat Keisya yang pada akhirnya buku itu menjadi sahabat petualangan Keisya di Bandung dan berangkat ke ITB sendirian (mbolang.com) untuk menemui salah seorang sahabat terbaiknya yang kebetulan kuliah disana. Masih ada beberapa tulisan penyemangat diri sendiri yang Keisya ‘orek-orekkan’ di buku itu…

“SATU KATA DALAM SATU KOTA BANDUNG”
“LANJUT S2 ke ITB!!!” (Ya Rabb…semoga bisa!!! ^^)
ITB : Impian.Totalitas.Berani
ITB : Inspirasi.Tanpa.Batas
[I]ngin sukses??? [T]eruslah [B]ersemangat!!!
[I]ngin kaya??? [T]eruslah [B]erusaha dan berdoa!!!
[I]ngin cerdas??? [T]eruslah [B]erkreasi!!!


Betapa besar dulu keinginan Keisya untuk sekedar silaturahmi ke kampus Ganesha. Dan Alhamdulillah terwujud juga!!! (bulan April 2010)
Kembali ke cerita…


Alhamdulillah, dapat ilmu banyak banget dari Pak Bambang Trim….termasuk motivasi dan metode2, meski singkat namun sangat dahsyat!! Menulis memang butuh proses. Merangkai tulisan yang menghibur dan tentunya bermanfaat…Menulis buku dengan research!! (wow, ayo NungmaResearcholic…let’s move!!!). Buku yang mempunyai EKSISTENSI dan mampu ‘menjual dirinya sendiri’. Buku yang mempunya DAYA!! Ketakutan utama penulis : BENTUK TANGGUNG JAWAB KITA TERHADAP BUKU ITU!!! Wow, membahas tentang insting editor, metode matriks dalam penulisan, bagaimana kita harus mencintai buku/naskah, mencari ide baru, dll….SERU banget lah!!!
Selengkapnya buka notenya Pak Bambang Trim…..^^V

Diskusi seru antara para ‘pejuang tinta’ FLP SOLO RAYA dengan Pak Bambang Trim…
Akhir kisah luar biasa sore ni..Keisya minta tanda tangan dan motivasi di 2 buku yang tadi dy bawa…asyik!!!

“SEMOGA MENJADI JALAN UNTUK BERANI DAN SUKSES BERLARI!!!
[di buku MENGINSTAL NYALI]
“YOUR BOOK. YOUR POWER. MAKA MENULISLAH!!!”
[di buku “MENJADI POWERFULL DA’I DENGAN MENULIS BUKU”]
Hm….so sweet…

Tak lupa menyampaikan salam mysupertwin, Etika Aisya Avicenna ke Pak Bambang Trim…”O, kalian kembar to??” hehe..(nyengir.com). “Kok jauh banget, Jakarta-Solo?’ hehe…(nyengir.com lagi). Terima kasih buuuuaaaaannnyyyaaaaaakkkkkk Pak Bambang!!! Siippp…d^^b

Epilognya, Keisya barteran buku dengan Mas Aris (hm, pake acara manggil dengan sebuatan ‘Ipin’ pula…awas ya!!!). then pulang deh…(ohya, ada Kang Casofa Fachmy ternyata!!! Hihihi..peace…). Menikmati senja di sepanjang perjalanan pulang. Senja yang benar-benar Keisya rindukan!!!

Ya Rabbi, terima kasih atas scenario-Mu untuk Keisya hari ini…scenario yang indah…SANGAT INDAH!!!

Banyak kejutan hari ini dan semoga besok dan seterusnya akan banyak kejutan-kejutan lain yang luar biasa dan membahagiakan. Amin
[Zona Nostalgia Romantic Keisya Avicenna, 17 Oktober 2010…LET’S WRITE TO FIGHT!!!]

Epilog: Doa seorang Akhwat yang merindukan jodohnya ^_^

Tuesday, October 19, 2010 0 Comments



Ya Allah….
Aku berdoa untuk seorang pria yang menjadi bagian hidupku
Seorang yang sungguh mencintai-Mu lebih dari segala sesuatu
Seorang pria yang hidup bukan untuk dirinya sendiri, tetapi untuk-Mu
Dan mengetahui bagi siapa dan untuk siapa ia hidup,
Sehingga hidupnya tidaklah sia-sia
Seorang yang memiliki hati bijak bukan hanya otak yang cerdas,
Seseorang yang tidak hanya memujaku, tetapi dapat juga menasehatiku bila salah,
Seorang pria yang mencintaiku bukan karena kecantikanku, tetapi karena hatiku,
Seorang pria yang dapat menjadi sahabat terbaikku dalam tiap waktu dan situasi
Seorang pria yang dapat membuatku merasa dihargai sebagai seorang wanita kala berada di sisinya,
Aku tidak meminta seorang pria yang sempurna,
Namun aku meminta seorang pria yang tidak sempura sehingga aku dapat membuatnya sempurnya di mata-Mu

Ya Allah….
Buatlah aku menjadi seorang lelaki yang dapat membuat seorang wanita bangga
Berikan aku sebuah hati yang sungguh mencintai-Mu, sehingga aku dapat mencintainya dengan cinta-Mu,
Bukan mencintainya dengan sekedar cintaku
Berikanlah aku mata-Mu, sehingga aku dapat melihat banyak hal dalam dirinya
Berikanlah aku mulut-Mu yang penuh dengan kata-kata bijak dan pemberi semangat,
Sehingga aku selalu dapat mendukungnya setiap hari
Berikanlah aku bibir-Mu, dan aku akan selalu tersenyum kepadanya
Kami bersyukur kepada-Mu yang telah mempersatukan kami
Telah memberi kami seorang yang dapat melengkapi hidup kami menjadi sempurna
Dan Engkau mempertemukan kami pada waktu yang tepat,
Yang akan membuat segalanya indah pada waktu yang Engkau tentukan.

Ya Rabbana, jika aku jatuh hati, jagalah hatiku paanya agar tidak berpaling dari hati-Mu
Ya Allah, jika aku jatuh cinta, cintakanlah aku pada seseorang yang melabuhkan cintanya pada-Mu
agar bertambah kekuatanku untuk mencintai-Mu
Ya Allah, jika aku jatuh hati, izinkanlah aku menyentuh hati seseorang yang hatinya tertaut pada-Mu,
agar tidak terjatuh aku dalam jurang cinta semu
Ya Allah, Engkau mengetahui bahwa hati ini telah berhimpun dalam cinta pada-Mu,
telah bersatu salam dakwah pada-Mu, telah berpadu dalam membela syariat-Mu,
kukuhkanlah ya Allah ikatannya, kekalkanlah cintanya, tunjukkanlah jalan-jalannya,
penuhilah hati kami ini dengan Nur-Mu yang tiada pernah pudar,
Lapangkanlah dada kami dengan limpahan keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal di jalan-Mu

Aku adalah bintang terang
Melintas diantara ribuan cahaya
Aku adalah matahari
Hangatkan jiwa yang beku
Andai kau tau
Tubuhku disiram kasih sayang
Ku bagi hangatnya
Lihat aku…
Bahasa hatiku terdengar merdu
Senandung berirama
Terdengar dari puncak bahagia

Persembahan hati satu dari kesetiaan diri
Dituang dalam cawan cinta
Diteguk para bidadari
Bila kau teguk isi dari cawan itu
Maka mereka menuntutmu ke taman bunga
Aku disini, ada untukmu
Raih pundakku, kau akan rasakan betapa aku sayang kamu
Tatap mataku, lihatlah didalamnya terdapat cinta

Ya Allah, andai Engkau berkenan, limpahkan kepada kami,
cinta yang menjadikan pengikat rindu antara Rasulullah dan Khadijah Al-Qubro,
yang Engkau jadikan mata air kasih sayang antara Ali, RA dan Fatimah Az-Zahra,

Ya Allah, andai hal itu layak bagi kami, maka cukuplah doa kami dengan ridho-Mu
untuk jadikan kami sebagai suami istri yang saling mencintai dikala dekat,
saling menjaga kehormatan dikala jauh,
saling mengingatkan dikala senang,
saling menyempurnakan dalam ibadah,
saling mendoakan dalam kebaikan dan ketaqwaan

ya Allah sempurnakanlah kebahagiaan kami dengan menjadikan pernikahan ini
sebagai ibadah kepada-Mu dan bukti cinta kami kepada sunah Rasul-Mu

Ya Allah…
Aku tidak meminta orang yang sempurna,
namun aku meminta seorang yang tidak sempurna,
sehingga aku dapat membuatnya menjadi sempurna di mata-Mu

Seorang yang membutuhkan dukunganku sebagai peneguhnya
Seorang yang membutuhkan doaku untuk kehidupannya
Seorang yang membutuhkan senyumku untuk mengatasi kesedihannya
Seorang yang membutuhkan diriku untuk membuat hidupnya menjadi sempurna

Ya Allah…
Terima kasih Engkau telah menciptakan dia
Terima kasih Engkau telah mempertemukan aku dengannya
Terima kasih untuk saat-saat indah yang dapat kami nikmati bersama
Terima kasih untuk setiap pertemuan yang dapat kami lalui bersama

Sucikan hatiku ya Allah,
sehingga aku dapat melaksanakan kehendak dan rencana-Mu dalam hidupku
Semoga Engkau ridhoi kami untuk bersatu mengarungi sisa umur kami

Betapa Maha Besarnya Engkau karena telah memberikan kepadaku
pasangan yang dapat membuat hidupku menjadi sempurna

BIDADARI-BIDADARI BUMI

Tuesday, October 19, 2010 0 Comments

“Menikah ?”
“Ya..”
“Tentu”, jawab Ayesha tanpa ragu.
“Pertimbangkan dulu. Jangan cepat ambil keputusan.”
Bibinya berkata benar. Ayesha sedikit tersipu, tangannya membenahi abaya yang dipakainya dengan rikuh.
“Dengan siapa, Ammah ?”
Wajah lembut itu tiba-tiba mengeras. Kedua matanya mendadak meyembung.

Mungkin karena air mata yang siap turun, entah kenapa. Luapan bahagiakah,karena keponakannya yang diurus sejak kecil ini akhirnya ada yang meminang ?

Ayesha menunggu jawaban dari ammahnya. Tapi beberapa kejap hanya dilalui gelombang senyap.
“Ammah….dengan siapa ?”
Pandangan tajam wanita berumur itu menembus bola mata Ayesha. Seperti menimbang-nimbang kesiapan keponakan yang dicintainya itu, menikah.
Ayesha membalas pandang, lebih karena ia tak mengerti kenapa pernikahan, kalau memang itu yang akan terjadi padanya, tak disambut ammah dengan riang, seperti pernikahan pada umumnya.
“Dengan Ayyash !”
Ayyash ?
Ammah mengangguk. Wajahnya pucat, namun terkesan lega.

Biarlah…..biarlah Ayesha yang memutuskan….ini hidupnya.
Suara hati wanita itu bicara.

Di depannya tubuh Ayesha seperti kaku. Seolah tak percaya. Senang, tapi …juga tahu apa yang akan dihadapinya. Berita itu mungkin benar. Yang jadi pertanyaan, siapakah dia ?

“Kau pikirkan dulu, ya ? Ia memberi waktu sampai tiga hari. Katanya lebih cepat lebih baik.”

Ayesha masih tak bergerak. Pandangannya menembus jendela, meyisiri rumah-rumah di lingkungannya, dan debu tebal yang terembus di jalan.

Pernikahan….sungguh penantian semua gadis. Dengan Ayyash pula, siapa yang keberatan ? Tapi semua pun tahu, apa arti sebuah pernikahan di Palestina.

Tantangan, perjuangan lain yang membutuhkan kesiapan lebih besar. Terutama bagi setiap gadis, yang menikahi pemuda pejuang macam Ayyash!
***

Dulu sekali, sewaktu kecil, ia tak memungkiri, kerap memperhatikan Ayyash dan teman-temannya dari balik kerudung yang biasa ditutupkan ke wajah, jika mereka kebetulan berpapasan. Mereka bertetangga. Begitulah Ayesha mengenal Ayyash, dan melihat bocah lelaki yang usianya lebih tua lima tahun darinya, tumbuh dewasa.

Ayah Ayyash salah satu pemegang pimpinan tertinggi di Hamas, sebelum tewas dalam aksi penyerangan markas tentara Israel. Ibunya, memimpin para wanita Palestina dalam berbagai kesempatan, mencegat, dan mengacaukan barisan tentara Yahudi, yang sedang melakukan pengejaran atas pejuang intifadah. Mereka biasa muncul tiba-tiba dari balik tikungan yang sepi, atau memadat di pasar-pasar, dan menyulitkan pasukan Israel yang mencari penyusup.

Bukan tanpa resiko, karena semua pun tahu, para tentara itu tak menaruh kasihan pada perempuan, atau anak-anak. Para perempuan yang bergabung, menyadari betul apa yang mereka hadapi. terkena tamparan atau tendangan, bahkan popor senapan, hingga tubuh mengucurkan darah, bahkan terlepas nyawa, adalah taruhannya.

Ayesha sejak lima tahun yang lalu, tak pernah meninggalkan satu kalipun aksi yang diadakan. Ia iri dengan para lelaki yang mendapat kesempatan lebih memegang senjata. Itu sebabnya gadis berkulit putih kemerahan itu, tak ingin kehilangan kesempatan jihadnya, sejak usia belia.

Tiga tahun lalu, ketika ibunda Ayyash syahid, dalam satu aksinya, setelah sebuah peluru mendarat di dahinya, mereka semua datang, juga Ayesha, untuk menyalatkan wanita pejuang itu.

Pedihnya kehilangan ummi, Ayesha menyadari perasaan berduka yang
bagaimanapun memang manusiawi. Begitu kagumnya ia melihat ketegaran Ayyash, mengatur semua prosesi, hingga tanah menutup dan memisahkannya dari ibunda tercinta. Tak ada sedu sedan, tak ada air mata. Hanya doa yang terucap tak putus. begitulah Ayyash menghadapi kehilangan abi, saudara-saudara lelakinya, adik perempuannya yang paling kecil, lalu terakhir ummi yang dikasihi. Begitu pula yang dipahami Ayesha, cara pejuang menghadapi kematian keluarga yang mereka cintai.

Dan kini, Ayesha dua puluh dua tahun. masih menyimpan pendar kekaguman dan simpati yang sama bagi Ayyash. Bocah lelaki bermata besar itu sudah menjelma menjadi lelaki gagah, dengan kulit merah kecoklatan, hidung bangir, dan mata setajam elang. Semangat perjuangan dan ketabahan lelaki itu sungguh luar biasa. Sewaktu kedua abangnya melakukan aksi bom syahid, meledakkan gudang logistik Israel, ia hanya mengucapkan innalillahi, sebelum bangkit dan menggemakan Allahu Akbar, saat memasuki rumah dan mengabarkan berita itu pada umminya.

Lalu ketika Fatimah, adiknya yang berpapasan dengan tentara, diperkosa, dan dibunuh sebelum dilemparkan ke jalan dengan tubuh tercabik-cabik.
Ayyash masih setabah sebelumnya. Padahal siapapun tahu, cintanya pada Fatimah, bungsu di keluarga mereka.

Ayesha tak mengerti terbuat dari apa hati lelaki itu. Setelah semua kehilangan, tak ada dendam yang lalu membuatnya membabi buta atau meluapkan amarah dengan makian kotor. Ayyash menerima semua itu dengan keikhlasan luar biasa. Hanya matanya yang sesekali masih berkilat, saat ada yang menyebut nama adiknya. Di luar itu, hanya keshalihan, dan ketaatannya pada koordinasi gerak Hamas, yang kian bertambah. Begitu, dari hari ke hari.
****

Mereka berhadapan. Pertama kali dalam hidupnya ia bisa bebas menatap wajah lelaki itu dari jarak dekat. Ayyash yang tenang. Hanya bibirnya yang menyunggingkan senyum lebih sering, sejak ijab kabul diucapkan, meresmikan keberadaan keduanya.

Ayyash yang tenang dan hati Ayesha yang bergemuruh. Bukan saja karena kebahagiaan yang meluap-luap, tapi oleh sesuatu yang lain. Sebetulnya hal itu ingin disampaikannya pada lelaki yang kini telah menjadi suaminya.

Namun saat terbayang apa yang telah dihadapi Ayyash, dan senyum yang dilihatnya pertama kali begitu cerah. Batin Ayesha urung. Biarlah….nanti-nanti saja, atau tidak sama sekali, pikirnya. Ia tak mau ada yang merisaukan hati lelaki itu, terlebih karena waktu yang mereka miliki tak banyak. Bahkan sebentar sekali.

Dua hari lalu, Ayyash sendiri yang meyampaikan kebenaran berita itu, niatan lelaki berusia dua puluh tujuh tahun, yang sudah selama dua pekan ini dibicarakan dari mulut ke mulut.
“Ayyash mencari istri ?”
“Ia akan menikah secepatnya, akhirnya ”
“Tapi siapa yang akan menerima pernikahan berusia sehari semalam ?”
Percakapan gadis-gadis di lingkungan mereka. Awalnya Ayesha tak mengerti.
“Kenapa sehari semalam ?”, tanyanya pada ammahnya.
“Sebab, lelaki itu sudah menentukan hari kematiannya, Ayesha. Kini tinggal sepekan lagi. Waktunya hampir habis.”

Ayesha ingat ia tiba-tiba menggigit bibir menahan sesak yang tiba-tiba melanda. Ayyash pasti sudah menyanggupi melakukan aksi bom bunuh diri,seperti dua saudaranya dahulu. Cuma itu alasan yang bisa diterima, kenapa pejuang yang selama ini terkesan tak peduli dan tak pernah memikirkan untuk menikah, tiba-tiba seolah tak sabar untuk segera menikah.

“Saya ingin menghadap Allah, yang telah memberi begitu banyak kemuliaan pada diri dan keluarga saya, dalam keadaan sudah menyempurnakan separuh agama.
Kalimat panjang lelaki itu, wajahnya yang menunduk, dan rahangnya yang terkatup rapat. Menunggu jawaban darinya.

Ayesha merekam semua itu dalam ingatannya. Dua hari lalu, saat khitbah dilangsungkan.
“Ya….”jawabannya memecah kesunyian. Ammah serta merta memeluknya dengan wajah berurai air mata. Bahagia berbaur kesedihan atas keputusan Ayesha.

Membayangkan keponakannya yang selalu dibanggakan karena semangatnya yang tak pernah turun, akan menjalani pernikahan. Yang malangnya, bahkan lebih pendek dari umur jagung.
Berganti-ganti Ayesha melihat wajah ammah yang basah air mata, lalu senyum dari bibir Ayyash yang tak henti melantunkan hamdalah.

Di depan Ayesha, Ayyash tampak begitu bahagia, karena tiga hari, sebelum tugas itu dilaksanakan, ia berhasil menemukan pengantinnya. Seorang bidadari dalam perjuangan yang ia hormati, dan kagumi kekuatan mental maupun fisiknya. Ya, Ayesha.

Mereka masih bertatapan. Saling menyunggingkan senyum. Ayesha yang
Wajahnya masih sering bersemu dadu, tampak sangat cantik di mata Ayyash.
Pengantinnya, bidadarinya…..kata-kata itu diulangnya berkali-kali dalam hati. Namun betapapun cantiknya Ayesha, Ayyash tak hendak melanggar janji yang ditekadkan jauh dalam sanubarinya.
“Ayesha…..saya tak menginginkanmu, bukan karena saya tak menghormatimu.”
Senyum Ayesha surut. Matanya yang gemintang menatap Ayyas tak berkedip, menunggu kelanjutan kalimat lelaki itu. Ini malam pertama mereka, dan setelah ini, tak akan ada malam-malam lain. Besok selepas waktu dhuha,lelaki itu akan menemukan penggal akhir hidupnya, menemui kekasih sejati.
Allah Rabbul Izzati. Tak layakkah Ayesha memberikan yang terbaik baginya ?
Bagi ia yang akan menjelang syahid ?

Pendar di mata Ayesha luluh. Ayyash mendongakkan dagunya, tangannya yang lain menggenggam jari-jari panjang Ayesha, seakan mengerti isi hati istrinya.

“Saya mencintaimu, Ayesha. Dan saya meridhai semua yang telah dan akan Ayesha lakukan selama kebersamaan ini dan setelah saya pergi. Saya percaya dan berdoa, Allah akan memberimu seorang suami yang lebih baik, selepas kepergian saya.”

Ayesha tersenyum. Menyembunyikan hatinya yang masih gemuruh. Seandainya ia bisa menceritakannya pada Ayyash. Tapi ia tak sanggup. “Tak apa. Saya mengerti.” Cuma itu yang bisa dikatakannya pada Ayyash.

Suasana sekitar hening. Langit tanpa bulan tak mempengaruhi kebahagiaan di hati Ayyash. Bulan, baginya, malam ini telah menjelma pada kerelaan dan keikhlasan istrinya.

“Saya ingin, Ayesha bisa mendapatkan yang terbaik.” Lelaki itu melanjutkan kalimatnya. “Dan karenanya saya merasa wajib menjaga kehormatanmu. Kita bicara saja, ya ? Ceritakan sesuatu yang saya tak tahu, Ayesha.”

Ayesha menatap mata Ayyash, lagi. Disana ia bisa melihat kegarangan dan keteduhan melebur satu. Sambil ia berpikir keras apa yang bisa ia ceritakan pada lelaki itu ? Tak lama dari bibir wanita itu meluncur cerita-cerita lucu tentang masa kecil mereka. Canda teman-teman mainnya, dan kegugupannya saat pertama berhadapan dengan Ayyash. Juga jari-jari tangannya yang berkeringat saat ia mencium tangan Ayyash pertama kali.

Betapa ia hampir terjatuh karena kram, akibat duduk terlalu lama, ketika mencoba bangun menyambut orang-orang yang datang menyalami mereka tadi pagi.

Di antara senyum dan derai tawa suaminya, Ayesha masih berpikir tentang lelaki yang duduk di hadapannya. Sungguh, ia ingin membahagiakan Ayyash,dengan cara apapun. Melihat kebahagiaan yang terpancar di wajah Ayyash,membuat Ayesha tak habis pikir. Kenapa kebahagiaan orang lain, bisa membuatnya begitu bahagia ? Tapi inilah kebahagiaan itu, bisiknya sesaat setelah mereka menyelesaikan sholat malam dan tilawah bersama. Kali pertama dan terakhir. Kebahagiaan bukan pada umurnya, tapi pada esensi kata bahagia. Dan Ayesha belum pernah sebahagia itu sebelumnya.

Mereka masih belum bosan menatap satu sama lain, dan berpegangan tangan.
Saat ia merebahkan diri di dada Ayyash setelah sholat subuh, lelaki itu tak menolak.
“Biarkan saya berbakti padamu, Ayyash”
Ia ingat Ayyash menundukkan wajah dalam, seperti berpikir keras, sebelum kemudian mengangguk dan menerimanya.

Beberapa jam lagi, Ayesha menghitung dalam hati. Kedua matanya memandangi wajah Ayyash yang pulas di depannya. Tinggal beberapa jam lagi, dan mereka akan tinggal kenangan. Dirinya dalam kenangan Ayyash, Ayyash dalam kenangan orang-orang sekitarnya.

Ketika fajar mulai menampakkan diri, Ayesha yang telah rapi, kembali menatap Ayyash yang tertidur pulas, mencium kening dan tangan lelaki itu, sebelum meninggalkan rumah dengan langkah pelan.

***

Ayyash terbangun oleh gedoran di pintu. Pukul setengah tujuh pagi. Kerumunan di depan rumahnya. pagi pertama pernikahan mereka. Ada apa ?
“Ayyash….istrimu, Ayesha.”
Ada titik air meruah di wajah ammah Ayesha. Lalu suara-suara gemang berdengung. Saling meningkahi, semua seperti tak sabar menyampaikan berita itu padanya.
“Setengah jam yang lalu, Ayyash. Ledakan…Ayesha yang melakukannya…”
“Gudang peluru itu. Bunyi…bagaimana kau bisa tak mendengar ?”
Ayyash merasa tubuhnya mengejang. Istrinya…..Ayesha mendahuluinya ?
Kepalan tangannya mengeras. Mengenang semua keceriaan dan kejenakaannya,serta upaya Ayesha membahagiakannya semalam. Jadi….Masya Allah !
Istrinya kini….benar-benar bidadari.

Pikiran itu menghapuskan rasa sedih yang sesaat tadi mencoba menguasai hatinya. meski senyum kehilangan belum lepas dari wajah lelaki itu, sewaktu ia undur diri, dari kerumunan di depan rumah.
Keramaian yang sama masih menantinya dengan sabar, ketika tak lama kemudian lelaki itu berkemas, lalu dengan ketenangan yang tak terusik, melangkahkan kakinya meninggalkan rumah.

Waktunya tinggal sebentar. Tentara Israel pasti akan melakukan patroli kemari, sesegera mungkin, setelah apa yang dilakukan Ayesha. Ia harus segera pergi. Ayyash mempercepat langkahnya. teman-temannya sudah menunggu di dalam jip terbuka yang membawa mereka berempat.

Sepanjang jalan, tak ada kata-kata. semua melarutkan diri dalam zikir dan memutihkan niatan. Opearsi hari ini rencananya akan menghancurkan salah satu pusat militer Israel di daerah perbatasan. Memimpin paling depan, langkah Ayyash sedikitpun tak digelayuti keraguan, saat diam-diam mereka menyusup. Allah memberinya bidadari, dan tak lama lagi, ia akan menyusulnya.

Pikiran bahagianya bicara. Ayyash tersenyum, mengaktifkan alat peledak yang meliliti badannya. Ini, untuk perjuangan…

Dan bumi yang terharu atas perjuangan anak-anaknya, pun meneteskan air mata.
Hujan pertama pagi itu, untuk Ayyash dan Ayesha.

Story by Asma Nadia

INILAH MAHARKU...

Tuesday, October 19, 2010 0 Comments


Inilah maharku untukmu..
Seperti ini ku mampu
Sepenuh hatiku berikan
Sbagai wujud cintaku

Maharku untukmu tulus kuserahkan
Kepada dirimu satu yg kupilih
Maharku untukmu aku karunia
Yg Allah berikan padaku untukmu...

Terimalah sebaris doa
Semoga engkau bahagia
Dan kunyanyikan lagu ini..
Persembahan cinta suci..

Maharku untukmu tulus kuserahkan
Kepada dirimu satu yg kupilih
Maharku untukmu aku karunia
Yg Allah berikan padaku untukmu...
Untukmu.. Untukmu.... (Nasyid Alief)

|OH AKHWAT!!!

Tuesday, October 19, 2010 0 Comments


Oh akhwat
By ust.Fatur Rahman

Oh… Akhwat
Wanita anggun pembasmi maksiat
Busananya rapi menutup aurat
Paling anti pake pakaian ketat
Katanya sich, ini salah satu ciri muslimah yang taat

Oh… Akhwat
Rajin mengaji dan tahajud dimalam yang pekat
Alasannya, biar selamat dunia dan akhirat

Ngga lupa dia doa dan munajat
Agar mendapat teman sejati dalam waktu cepat


Oh… Akhwat
Aktivitasnya begitu padat
Kuliah, organisasi sampe-sampe sehari 3 x ngikutin rapat
Ada juga yang ngajar TPA dan ngajar privat
Demi Allah, semua dilakukan dengan semangat

Oh… Akhwat Tapi hari ini kok seperti kurang sehat?
Badan lesu dan muka keliatan pucat
Jalannya lunglai dibawah terikan matahari yang menyengat
Ooo.. ternyata dia, magh nya lagi kumat
(Abis… waktu sarapan cuma makan sepotong kue donat!)



Oh… Akhwat Banyak juga yang berjerawat
Dari yang kecil-kecil sampe yang segede tomat
Padahal sudah nyobain semua sabun dan juga obat
( Sabar… sering wudhu lama2 juga ilang, Wat!)

Oh… Akhwat Sering betul kirim SMS buat para sahabat
Isinya kalo ngga ngundang syuro, ya.. ngasih tausiyah atau nasihat
Walau kadang terasa bikin pulsa ngga’ bisa hemat

Oh… Akhwat Seneng banget kalo makan coklat
Nggak sadar kalo gigi udah pada berkarat
Gara-gara sebulan sekali baru disikat
(Hiii… jorok nian kau, Wat!)

Oh… Akhwat Paling seru waktu kumpul sesama akhwat
Ngobrolin dakwah sampe hal-hal yang kadang kurang manfaat
Apalagi kalau sudah pada saling curhat
Bisa-bisa air mata mengalir begitu lebat
( Wiih, curhat apaan tuh, Wat!)

Oh… Akhwat Paling berani kalo di ajak debat
Siap bertahan sampe lawan bicaranya mulai sekarat
1 jam.. 2 jam.. 3 jam.. Wuiih dia masih kuat..!
4 jam….? Woy berenti…! waktunya sudah masuk sholat..!!

Oh… Akhwat
Sore-sore makan soto babat
rame-rame bareng temen satu liqo’at
Maklum, hari itu ada yang baru punya hajat
Baru wisuda… walaupun wisudanya bareng adek2 tingkat

Oh… Akhwat
Nonton konser Izzis sambil lompat-lompat
Tak terasa badan mulai capek dan mulai berkeringat
Sampai nggak sadar kalo ada copet yang mulai mendekat
( Tenang…. Si Ukhti kan sudah belajar silat..!!)

Akhwat… Akhwat…
Pergi kuliah di hari Jumat
Buru-buru karena takut datangnya telat
Padahal hawa kantuk masih terasa melekat
Gara-gara Facebookkan tengah malem sampe jam 1 lewat
( So.. What gitu Wat ?!)

Oh… Akhwat Banyak yang nggak mau dimadu,
apalagi jadi istri ke empat
( Waduh, kalau yang ini ane nggak berani nerusin, Wat!)

Oh… Akhwat Mau lebaran bantuin ibu buat ketupat
Hati gembira karena mau ketemu sanak kerabat
Tapi kesel saat ditanya… Lebaran ini masih sendiri, Wat?

Oh… Akhwat Berharap sang pengeran datang tidak terlambat
Untuk menjemput ke hidup baru yang penuh rahmat
Namun apa daya saat proses ta’aruf jadi tersendat
Gara-gara sang Ikhwan, malah akhirnya ngurungin niat
( Huuu.. reseh banget tuh Ikhwan, Wat!)

Oh… Akhwat Masih Banyakkah yang seperti Fatimah Binti Muhammad?
Yang memilih pendamping bukan kerena harta, tahta dan martabat
Atau hanya tertarik pada gemerlap dunia yang sesaat
Tapi… Agama dan Akhlak itulah yang ia lihat
Wah.. kalau ada… ane pesen satu Wat! *peace* ( Please dong akh, Wat! )

Oh… Akhwat Hidup memang tak selamanya nikmat
Kadang ringan kadang juga terasa berat
Tapi teruslah Istiqomah kau di setiap saat
Karena engkaulah…. Bidadari Harapan Ummat!

Maap ya.. Wat! Kalau ada kata-kata salah yang didapat
Maklum, yang buat bukannya Akhwat
Udah dulu ya.. yang buat matanya udah 5 Watt!

HIDUP AKHWAT!!!

Kesempatan

Tuesday, October 19, 2010 0 Comments

Ketika pintu pertama tertutup dan tak bisa dibuka lagi, yakinlah masih ada pintu lain yang bisa dimasuki. Memang dibutuhkan perjuangan untuk bisa menemukan kunci yang tepat!

~Ketika harapan belum bisa bersanding dengan kenyataan, yakinlah bahwa saat itu Allah Swt tengah mengajarkan kita tentang arti kesungguhan~

Aisya Avicenna

Maaf Tuk Berpisah

Tuesday, October 19, 2010 1 Comments

“Oh, burungpun bernyanyi melepas segala rindu yang terendam malu di balik qalbu..
Oh, anginpun menari mencari arti, adakah ini fitrah ataukah hiasan nafsu.
Di dalam sunyi ia selalu hadir, di dalam sendiri ia selalu menyindir.
Kadang meronta bersama air mata, seolah tak kuasa menahan duka…”
(Menunggu di Sayup Rindu – Al Maidany)

Kalau disuruh memilih, aku tak ingin kisah ini ada. Tapi, Allah berkehendak lain. Dia menuntunku menjadi seorang tokoh sentral yang harus melakoni kisah ini. Allah memang sudah berjanji, bahwasanya Dia tidak akan menguji hamba-hambaNya di luar batas kemampuan. Pun demikian dengan rasa ini yang aku anggap sebagai ujian dari-Nya. Berawal dari sebuah interaksi yang tak disengaja dengan Kak Edo. Awalnya, kami
saling berdiskusi masalah novel. Kami memang penyuka sastra. Namaku Dira, saat ini aku tengah belajar menjadi seorang novelis. Aku banyak belajar tentang dunia menulis dari Kak Edo.

Setelah tiga bulan berkomunikasi, akhirnya kami bertemu. Sebuah pertemuan yang singkat, karena Kak Edo hanya mengambil novel milikku yang ingin dipinjamnya. Hanya beberapa kalimat yang berhasil ia sampaikan. Dalam posisi saling menunduk, kami tidak bisa mengetahui suasana hati masing-masing. Tapi, aku merasa ada sesuatu yang berbeda setelah pertemuan singkat itu. Terlebih pada diriku.

“Biarlah semua mengalir,
berikanlah kepada ikhtiar
Dan sabar untuk mengejar…”
(Menunggu di Sayup Rindu – Al Maidany)

Mencoba menjaga jarak, ternyata masih ada saja komunikasi yang harus terkuak. Entah saling komentar di status facebook, chatting via YM, dan lain sebagainya. Sempat terselip impian ingin berkolaborasi tulisan dengannya. Hingga suatu ketika, kesempatan itu datang. Sebuah kompetisi cerita mini yang akan dibukukan. Tanpa berkomunikasi sebelumnya, ada nama kami yang sama-sama menjadi nominatornya. Saat pengumuman tiba, aku hanya bisa gigit jari ketika tahu hanya namanya yang lolos. Ada rasa sedih juga karena ternyata kesempatan melahirkan karya bersama belum datang. Harus kuakui, Kak Edo memang penulis yang berbakat. Tulisannya sangat menyentuh hati. Itulah yang membuatku simpati.

“Sabarlah menunggu, janji Allah kan pasti
Hadir tuk datang menjemput hatimu
Sabarlah menanti, usahlah ragu
Kekasih kan datang sesuai dengan iman di hati
Bila di dunia ia tiada, moga di surga ia telah menunggu
Bila di dunia ia tiada, moga di surga ia telah menanti”
(Menunggu di Sayup Rindu – Al Maidany)

Salah! Jika sesuatu yang fitrah ini ternyata hanya hiasan nafsu! Aku tersadar! Allah menegurku lewat “kegagalan” masuknya tulisanku dalam kompetisi itu. Karena ada selipan asa, bahwa aku ingin menyandingkan karyaku dengan karya Kak Edo. Aku menangis dalam samudera penyesalan. Aku tak ingin kisah ini diteruskan. Hingga datanglah hari itu, suatu hari di mana aku bertemu Kak Edo untuk yang kedua kalinya. Kali ini kita berada dalam sebuah acara. Pada acara itu, Kak Edo ingin mengembalikan novel yang dipinjamnya.

Pertemuan kedua yang lebih singkat dari pertemuan sebelumnya. Rasa-rasanya ingin cepat kabur saat harus berhadapan dengan Kak Edo. Sepulang dari acara, aku buka tas berisi novel yang dipinjamnya, ternyata ada sebuah bungkusan lain yang ternyata “hadiah” darinya. Bahagia, tapi terselip perih dalam rintihan yang lirih. Rabb, aku ingin menghentikan rasa ini. Cukup!!! Setelah pertemuan itu, harapku tak ada interaksi lagi dengan Kak Edo.

Di langit senja ini, garis-garis lembayung bagai permadani tak bertepi.
Lambaian tangan itu berselimut kabut dan menjelma menjadi sungai yang mengalir deras menuju muara
Melibas segala keraguan!!!
Aku kembali pulang ke samudera cinta-Nya
~Maaf, kata untuk akhir sebuah kisah~

Maaf ya Kak Edo, jika selama ini aku salah menangkap interaksi kita. Mungkin Kak Edo menganggap ini sebagai interaksi yang biasa, seperti layaknya kakak dan adik. Maaf, jika aku menanggapinya lain.

Kau tahu tentang hatiku yang tak pernah bisa melupakanmu
Kau tahu tentang diriku yang selalu mengenangmu selamanya
Kini kusadari bahwa semua itu
Adalah salah, juga keliru
Akan membuat hati menjadi ternodai
Maafkanlah segala khilaf yang tlah kita terlewati
Tlah membawamu kedalam jalan yang melupakan Tuhan
Kita memang harus berpisah
Tuk menjaga diri
Untuk kembali mngarungi hidup
Dalam ridho Ilahi

Kutahu bahwa dirimu
Mendambakan kasih suci yang sejati
Kuyakin bahwa dirimu
Merindukan kasih sayang yang hakiki

Kini kusadari bahwa semua itu
Adalah salah, juga keliru
Akan membuat hati menjadi ternodai
Dan bila takdirnya kita bersama
Pastilah Allah akan menyatukan kita
(Maaf Tuk Berpisah – Tashiru)

Jakarta, 19 Oktober 2010
Aisya Avicenna

Monday, October 18, 2010

Ketika Guru Agama Mengajar Matematika

Monday, October 18, 2010 0 Comments

Dahulu kala, di sebuah sekolah ada guru matematika yang jarang masuk mengajar sehingga kelasnya sering kosong, seorang guru agama gndah melihat hal itu dan berpikir bahwa dia mampu mengganti mengajar matematika, masuklah ia ke kelas itu dan mulai mengajar. Murid-murid yang tidak percaya dengan ilmunya malah menanyainya :
Murid : "Pak 2x3 berapa?"
Guru : "Insya Allah 6"
Murid : "Kalau 3x4 berapa?"
Guru : "Insya Allah 12"
Muris : "Lha kalau 4x6 berapa pak?"
Guru : "insya Allah 24"
Murid :"Lho kok jawabnya pakai insya Allah to pak? Coba bapak sebutkan yang jawabannya tidak pakai insya Allah"
Guru : "Baiklah, 1+1 jawabannya 27, itu pasti, nggak pake insya Allah!"
Murid " Lho kok bisa pak?"
Guru : "Iya dong, kalau kalian sholat 1 orang ditambah 1 orang kan jadinya kan berjamaah, jadi pahalanya 27"
Murid :"Lha kalo perkalian di atas kok jawabnya pakai insya allah pak?"
Guru : "Lha iya dong, kalian tanya 2x3 saya jawab insya allah 6, kan jawabannya bisa juga 3000, 3x4 bisa jadi 5000, 4x6 isa jadi 7000"
Murid :"Kok bisa pak?"
Guru : "Lha kalian kalo cetak foto 2x3, 3x4, 4x6 berapa bayarnya?"

(Guyonan Ustadz Bimo dari Ma'had abu Bakar AsSidiq UMS waktu ngisi pengajian tadi malam, sumber : catatan Pak Ahmad Mustaqim, SSn)

Thursday, October 14, 2010

101010

Thursday, October 14, 2010 1 Comments

Hari yang istimewa. Triple Ten euy! Subhanallah walhamdulillah, banyak kisah istimewa pula pada hari ini.
From Monas with Love
Kalau biasanya ba’da Subuh sampai jam 06.00 pagi aku ‘berkhalwat’ dengan si T-ONE (nama netbookku), kali ini aku bersiap-siap untuk pergi. Tas punggung “bodypack” aku keluarkan dari almari. Aku isi dengan mushaf, mukena coklat keemasan, sebotol air mineral, snack “egg drops”-nya Monde, sekotak susu Anlene coklat, notes kecil, bolpoin “Faster”, kamera digital, dua bateray “Alkaline” sebagai cadangan, jaket “IHMSI”, dan buku “Dalam Dekapan Ukhuwah” yang rencananya mau kuberikan kepada seorang kakak tingkat yang memesannya beberapa waktu silam. Ada yang kurang! Ya, payung! Payung merah hatiku rusak karena patah saat diterjang angin.
Pukul 06.30, aku keluar kost untuk membeli sarapan. Aku mampir sejenak di warung dekat kos. “Mbak, nasinya sudah ada?” Saat mendapat jawaban “sudah” dari pemilik warung, aku lantas berujar. “Ya sudah, nanti mampir lagi. Mau ke indomaret dulu”. Aku pun melangkah ke Indomaret yang terletak lumayan jauh dari kost. Alhamdulillah, masih ada sebuah payung yang tersisa. Sayang warna biru. Aku kan suka warna merah! Hehe, tak apalah, yang penting punya payung! Habis dari Indomaret, aku membeli dua bungkus nasi uduk. Satu untukku, satunya untuk Izzah. Sampai di kost, aku makan berdua dengan Izzah.
Pukul 06.00 aku, Izzah, dan Yuni keluar dari kost menuju kost Adzkiya menjemput dua sahabatku. Akhirnya kami berlima menuju Jalan Otista Raya. Hari sudah semakin siang. Tujuan kami : Patung Kuda Monas. Kami berlima sepakat untuk naik taksi. Hehe, untungnya patungan! Jadi tidak terlalu mahal dan lagi bisa lebih cepat sampai. Sampai di Patung Kuda Monas, sudah nampak ramai. Ada ondel-ondel, barongsai, marawis, dll. Seru! SMS kakak tingkatku yang rencananya mau mengambil pesanannya (buku DDU), ternyata beliau tidak jadi datang karena sakit. Hmm, semoga cepat sembuh!
Maher Zain melantunkan “For the Rest of My Life”-nya dari HP. Pertanda ada telepon yang masuk. Dari Mbak Ratna Unsoed. Beliau juga sudah sampai di tempat itu, hanya saja masih mencari tempat keberadaanku. Aku mengarahkan beliau menuju tempatku. Akhirnya kami bertemu juga. Selama ini kami hanya berkomunikasi lewat SMS. Beliau baru saja hijrah di Jakarta. Awalnya, aku mendapat nomor Mbak Ratna dari seorang kakak tingkat yang juga bekerja di Jakarta. Mbak Ratna ingin cari kost. Alhamdulillah, akhirnya Allah mempertemukan kami di sini. Saat tengah asyik mengobrol dengan Mbak Ratna, tiba-tiba pandangan mataku tertuju pada seorang akhwat berjilbab biru! Beliau berjalan mendekatiku. Allahu akbar! Ukhti Herlina. Alhamdulillah, aku bisa bertemu kembali dengannya. Pertama kali bertemu saat kami mengikuti DM II KAMMI yang diselenggarakan di Solo beberapa tahun silam. Beliau dari UNNES, jurusan Pendidikan Biologi angkatan 2005. Sekarang bekerja di Bank Muammalat cabang Rawamangun, Jakarta Timur. Tidak menyangka, Allah mempertemukan kami di Jakarta. Alhamdulillah, semakin banyak saja sahabat-sahabat perjuanganku di kota ini. Aku juga mendapat kenalan baru, namanya Dek Ita, mahasiswi UNJ angkatan 2010.
Tak lupa aku memperkenalkan Mbak Ratna, Ukhti Herlina, dan Dek Ita kepada keempat sahabatku yang lain. Setelah cukup lama bercakap-cakap, aku berpisah dengan Ukhti Herlina karena beliau harus membersamai temannya. Sempat bertukar nomor HP juga. Rabb, Engkau memang konektor yang luar biasa!
Pukul 08.30 acarapun dimulai. Banyak kesenian khas Jakarta dan modern yang turut meramaikan acara pagi ini. Ondhel-ondhel, Gambang Kromong, Marawis, Marching Band, Barongsai, dll. Ada pula penampilan nasyid “Gondhes” yang sangat menghibur karena lirik nasyidnya tak jauh-jauh dari sindiran untuk para bujang. Hehe... Kami melakukan ‘jalan santai’ dari Monas sampai Bundaran HI. Kebetulan tanggal 10 Oktober 2010 juga ditetapkan sebagai “Hari Jalan Kaki Sedunia”. Meski panas, tapi tak menyurutkan semangat! Pukul 09.30 sampai jualah di Bundaran HI. Foto-foto sejenak dengan ondel-ondel, kemudian pulang. Aku berpisah dengan Mbak Ratna dan Dek Ita karena mereka akan naik busway, sedangkan aku dan yang lain mau naik taksi saja. Pukul 10.00 aku sudah harus sampai di Masjid Amir Hamzah, Taman Ismail Marzuki untuk pertemuan rutin FLP Jakarta.
Alhamdulillah, impianku untuk “long march” dari Monas sampai Bundaran HI akhirnya terwujud juga!
Jalan Cinta Para Penulis
Pukul 10.00, sampai jualah di pintu gerbang TIM. Yuni, Nia, dan Wulan juga ikut turun dan berganti naik Kopaja 502. Izzah tadi sudah izin pulang duluan karena ada agenda lain. Aku masih harus berjalan masuk untuk sampai ke Masjid Mimaza. Alhamdulillah, 10 menit kemudian (jadinya tepat tanggal 10, bulan 10, tahun ‘10, jam 10 lebihnya 10 menit) sampai jua di sana. Bersamaan dengan Kang Taufan E.Prast (kepala suku FLP Jakarta) dan istrinya (Mbak Era). Teman-teman Muda 14 FLP Jakarta sudah banyak yang datang. Hmm, aku langsung bagi oleh-oleh dari Garut! Serbu!!!
Koordinator Muda 14, yakni Kang Ervan juga sudah datang. Akhirnya, pertemuanpun dimulai. Agenda pertemuan kali ini adalah pemilihan kelas untuk bimbingan dua pekanan angkatan Muda. Untuk kelompok fiksi akan dibagi menjadi kelas novel, cerpen, skenario, dll. Sedangkan untuk kelas nonfiksi akan dibagi menjadi kelas tulisan “how to”, inspirasi, artikel, dll. Pengadaan kelas akan disesuaikan dengan jumlah peserta yang berminat mengikutinya. Pada kesempatan kali ini, beberapa penulis senior yang sudah berpengalaman turut sharing informasi terkait dunia kepenulisan yang pernah mereka jalani. Ada Mbak Era, Mbak Dala, Mbak Astri, Mbak Iecha dan Kang Taufan. Setelah acara selesai, eh.. dapat buku gratis dari Mbak Iecha, judulnya “Don’t Touch Me!”. Alhamdulillah, buat tambahan koleksi di perpus Al-Firdaus. Tak lupa minta tanda tangan dari para penulisnya yang kebetulan ada 4 orang yang datang (Mbak Era, Mbak Dala, Mbak Astri, Mbak Iecha).
Pukul 12.00, saat hendak mengambil wudhu di dekat mushola, eh.. ketemu dengan Dhek Ita yang tadi pagi ikut jalan-jalan bareng dari Monas sampai HI. Surprise juga! Ternyata Dhek Ita sedang mengantar temannya yang siang itu ada acara di Masjid Amir Hamzah, TIM. Hmm, sekali lagi aku tuliskan... Allah memang konektor terbaik! Atas kehendak-Nya pula kami dipertemukan kembali.
Saatnya Berburu!!!
Setelah sholat Dhuhur berjamaah, kami (khususnya Muda angkatan 14) berdiskusi bersama. Hmm, diskusi yang seru! Setelah itu, aku dan beberapa rekan-rekan FLP Jakarta (Mawah, Fitri, Mbak Yathi, Mbak Nunung, Mbak Dwi, Mbak Nain, Soson, Arief, Ikal, Azzam, Naufal, dan Sumarlan) makan siang bersama di kantin samping planetarium TIM. Kemudian sebagian dari kami berangkat ke Indonesia Book Fair 2010 di Gelora Bung Karno. Rombongan pertama aku, Mbak Yathi, Fitri, Mbak Nain, dan Azzam. Kami naik Blue Bird. Hehe, patungan! Trus, rombongan kedua Soson, Ikal, Naufal, dan Sumarlan. Mereka naik angkot. Weleh... Sampai di IBF bertemu dengan Mbak Anisa dan Deasy yang memang sudah berangkat duluan naik motor. Setelah sholat Asar, kedua rombongan tadi baru bertemu. Lanjut hunting buku bareng deh! Eh, selain ketemu Upin dan Ipin (badutnya), kami juga ketemu rekan-rekan FLP Jakarta juga (Kang Taufan, Mbak Era, Mbak Iecha, dan Pak Arya).
Hasil hunting buku hari ini : My Wife My Princess, Be Pede Please!, Asmaul Husna untuk Anak, Juz Amma untuk Anak, 75 Celoteh Anak, Serial Lazuardi : Ketika Bumi Menangis, Serial Lazuardi : Langit Merah Saga, Buku Tes CPNS, dan Bright Mom. Mmm, memang sedang pengin nambah koleksi buku tentang anak dan parenting. Sebenarnya pengin beli Riyadhus Shalihin jilid 2, tapi sayang penerbitnya ternyata tidak turut serta dalam IBF kali ini, nunggu Jakarta Islamic Book Fair aja kali ya!
Pukul 17.00, pulang bareng Mbak Nain. Rekan-rekan yang lain juga pulang ke istana masing-masing.
Alhamdulillah, hari yang luar biasa!
Jakarta, 141010_05:55
Aisya Avicenna

Curhat Jalan Raya : Hampir Saja!

Thursday, October 14, 2010 0 Comments

Selasa, 12 Oktober 2010, ba’da Isya aku baru bisa pulang karena ada satu pekerjaan yang harus diselesaikan, yakni rekapitulasi data importir yang jumlahnya ribuan! Alhamdulillah, karena dibantu seorang mahasiswa yang sedang magang., akhirnya selesai juga. Pukul 19.30, aku berjalan keluar kantor sendirian, sudah sepi. Akhirnya ada Kopaja 502 juga, tapi tetap saja aku tidak dapat tempat duduk. Sampai di daerah RSCM, baru ada seorang penumpang yang turun dan tempat duduknya bisa aku pakai. Alhamdulillah…
Tumben malam ini tak ada satupun pengamen yang mengadakan konser di Kopaja ini. Aku sedikit mengantuk. Tapi aku paksa mata ini untuk tetap terbuka. Kopaja 502 ini melaju dengan sangat kencang. Sampai di daerah Gang Kelor.. Bruk!!! Sepertinya Kopaja ini menabrak sesuatu. Benar saja, ada motor yang terserempet di sebelah kiri badan Kopaja. Untung tidak sampai jatuh. Dua orang pengendara sepeda motor itu mengumpat sambil teriak-teriak. Astaghfirullah, kontan semua pedagang kaki lima yang berjualan di sepanjang Gang Kelor berdiri dengan penuh emosi. Mereka turut memaki-maki. Aku panik, kurapalkan doa memohon perlindungan-Nya. Kopaja tetap berjalan, meski massa hampir saja mengamuk. Alhamdulillah, Allah masih menyelamatkan kami karena akhirnya Kopaja yang aku tumpangi tidak jadi diamuk massa.

Rabb, lindungi hamba-Mu ini ya… selalu!
Aamiin…
Hamba-Mu yang lemah,
Aisya Avicenna