Tamu Tak Diundang
Keisya Avicenna
Monday, November 29, 2010
0 Comments
Senin, 29 November 2010. Sekitar pukul 00.30 alhamdulillah aku terbangun. Segera bangkit dan mengambil wudhu di kamar mandi lantai 1. Sebelum turun ke lantai 1 sempat berpapasan dengan Bu Hanum (ibu salah satu teman penghuni kos kami). Beliau baru selesai mandi. Hiks, aku kalah bangun duluan dari beliau. Biasanya sehabis mandi beliau sholat tahajud. Beliau sekarang memang kos bersama anaknya karena habis terkena stroke dan memang hanya anak perempuan satu-satunya lah yang bisa merawat (kisah ini sudah pernah saya ceritakan). Lanjut, saat turun ke lantai 1, memang merasa ada ‘sesuatu yang tidak biasa’. Tapi saya enyahkan ‘rasa aneh’ itu.
Setelah wudhu, kembali lagi ke Redzone (kamarku yang terletak di lantai 2). Lanjut sholat tahajud. Saat tengah khusyuk dalam doa, Gemini-ku bergetar. Biasanya kalau bergetar ada 5 pertanda :
1.SMS
2.Telepon
3.BBM
4.YM
5.Notifikasi FB
Aku selesaikan doaku. Kemudian bergeser meraih si Gemini. Sebuah SMS dari salah seorang teman kos. Nurul. Aku buka SMS-nya.
“Bangun! Kayaknya ada maling dibwh, nunggu sepi, Dy udah nyabut kunci bwh kyknya. Ayo kita serbu.”
Aku balas SMS-nya, “Hah? Nyerbunya gimana?”
“Dia lg dbwh jemuran nunggu sepi. Km siap-siap pakai jilbab trus ntar ke bwah kalau sudah aku kasih isyarat.” Balasan SMS Nurul membuatku semakin waspada.
Astaghfirullah. Langsung deg-degan juga. Tegang. Aku langsung memandang sekeliling kamar. Senjata apa ya yang bisa dipakai? Aha, kemoceng! satu-satunya ‘senjata’ yang cukup representatif untuk sekedar dipakai memukul sang maling. Hehe...
“Emang tahumu gimana ciri-ciri kalau itu maling? Waduw, ni yang dah bangun sapa ja ya?” SMS-ku lagi.
Nurul membalas, “Ada suara kresek-kresek. Kuncinya dah kecabut. Aku pikir Nizar. Soale kemarin Nizar pulang malam juga. Ni yang bangun kita berdua saja tik. Km bisa lihat dari atas gak? Tapi hati-hati buka pintunya!”
Nizar itu anaknya bapak Kos yang masih SMA. Hmm, aku memutuskan untuk mengaji saja sambil menunggu isyarat dari Nurul. Alhamdulillah, sudah masuk Q.S. Ar-Rad. Sampai juga di ayatnya yang ke-28. “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah, hati akan menjadi tentram.” Subhanallah, serasa Allah mengingatkanku langsung lewat ayat ini. Dan memang menjadi tenang setelah mengaji. Sebenarnya, aku ingin keluar dan melihat kondisi di bawah. Tapi, kalau aku keluar. Pintuku mendecitnya cukup keras, bisa kabur duluan tuh si maling!
Selang berapa lama, tidak ada SMS lagi dari Nurul. Aku telepon dia. Tulalit. Sepertinya tidak ada sinyal di lantai 1. Aku coba lagi. Tersambung! Diangkat Nurul. Aku bertanya bagaimana kondisi di bawah. Kami telepon-teleponan sambil berbisik-bisik! Lucu kalau diingat lagi ^^v.
Nurul SMS lagi, “Ngantuk. Dia sedang gelisah menunggu sepi, lha sibuk menarik kursi.”
Aku balas, “Jangan tidur dulu! Emangnya ada kursi deket jemuran to? Ayo kita timpuk saja!”
Sudah jam 2 lebih. Selesai mengaji, aku menatap netbookku. Mulai menulis. Tiba-tiba, Krek! Seperti ada yang membuka pintu bawah. Dan memang benar. Maling itu mencoba masuk! Nurul berteriak memanggil namaku. Aku langsung berdiri, dan berlari menuju lantai 1 masih dengan mengenakan mukena merah hatiku. Halah.. merah! ^^v. Aku lupa membawa kemoceng yang sejatinya sudah aku persiapkan sebagai senjata. Waduh...
Sampai di bawah, Nurul sudah berdiri di depan pintu. Maling berhasil kabur membawa kunci pintu kos kami. Kata Nurul, si maling adalah seorang laki-laki jangkung dan kurus yang mengenakan jaket dan celana jeans tiga perempat. Dia berhasil melompat pagar pintu kos kami. Mmm, sepertinya harus ekstra hati-hati nih! Pasalnya, dia sudah berhasil mengatahui cara membuka pintu kos yang begitu rumit. Padahal pak kos sudah memasang gerendel pintu yang cukup canggih untuk bisa membuka pintu itu dan hanya anak-anak kos saja yang tahu.
***
Ya Allah, tiada tempat berharap selain kepada-Mu. Penuhilah seluruh harapan kami dengan Kau bimbing kami ke jalan-Mu yang lurus, dengan Kau tuntun kami istiqomah dalam ketaatan dan terjatuh dari kemaksiatn, agar kami bisa meraih limpahan rahmat dan kasih sayang-Mu untuk akhirnya kami bisa berlabuh damai dalam rengkuhan ridho-Mu.. Aamiin..
Jakarta, 29 November 2010
Aisya Avicenna