Jejak Karya

Jejak Karya

Monday, March 21, 2011

Muslimah vs Bidadari

Monday, March 21, 2011 0 Comments
Mengapa muslimah bs lebih cantik dari para bidadari? jawab Rasulullah : “Karena shalat, puasa dan ibadah mereka kepada Allah. Allah akan menghiasi wajah mereka dengan cahaya, tubuh mereka dengan sutera, kulit mereka putih mulus, pakaian mereka berwarna hijau, perhiasan mereka kuning mengkilap. wadah dupa mereka terbuat dari permata dan sisir mereka terbuat dari emas. (HR.Ath-Thabrani)

Seharusnya...Solusinya.... (Catatan Mas Aris El Durra)

Monday, March 21, 2011 0 Comments

Seharusnya...Solusinya....
by Aris El Durra on Sunday, March 20, 2011 at 10:59pm
Bismillah...

Sebuah kelegaan yang luar biasa saya rasakan hari ini. Hari ini saya betul-betul merasa “plong” dan lega luar biasa. Sepertinya sebuah jalan keluar sudah mulai terbentang luas saat ini.

Hari ini, Alhamdulillah....
Sedikit amanah (sebuah janji pribadi tepatnya red) yang seolah-olah sudah saya serahkan pada tempatnya. Paling tidak gambaran itu sudah jelas terpampang sekarang.
Hari ini ketua FLP Solo raya telah terpilih, mbak Asri Istiqomah. Barokallah buat mbak asri.

Bersamaan dengan itu pulalah berarti sedikit banyak saya merasakan janji pribadi saya sudah selesai saya wujudkan.

Sebuah keharuan dan kelegaan luar biasa saya rasakan hari ini.

Kalau boleh kilas balik sebentar…


Kenapa aris eldurra mau-maunya "ubet ngalor ngidul", "Diayahi dhewe".
Sebuah kejadian yang membuatku tertohok saat itu. Dan membuatku mengancam serta berjanji dalam hati tuk Justru lebih siap tempur di FLP Solo adalah kejadian ketika saya Sms seluruh anggota FLP Solo Raya dan angkatan saya untuk hadir dalam rapat membahas pelat pulpen saat itu (sebelum ramadhan tepatnya rapat diadakan red.) disebuah masjid depan as gross belakang kampus UNS, saya ingat betul kejadian ditempat itu. Bahkan aroma suasananya pun saya masih bisa saya rasakan saat ini.

Waktu itu wajar pulalah kalau saya mengharapkan paling tidak hadir sekitar 5-8 orang teman hadir, tetapi alangkah tertohoknya saya waktu itu. Yang hadir adalah saya dan mas farhan. Betul-betul hanya kami berdua, beberapa teman berhalangan hadir waktu itu dan sebagian sms menanyakan tentang jalannya rapat, Saya jawab "Alhamdulilah luar biasa, sukses".

Sejak saat itulah awal saya justru menyatakan dalam diri saya (sebuah janji pribadi), kalau saya akan fight sampai titik darah penghabisan untuk event ini. Terlepas dari semua kejadian yang saya sedikit "tidak mau tahu" dengan kondisi A-Z di FLP Solo raya saat itu. Saya berjanji akan mensukseskan acara ini.
Cukup Alloh bagiku benar-benar kutanamkan saat itu.

Ya sudah, mulai dari design pamfleat, lobi ukmi, Lazis, pin, sertifikat, bolak-balik kerumah mas aden, surat perjanjian, nego acara, siapkan pra acara (touring yogya 1, 2, Buka puasa, acara bareng kang sakti, pak BT,etc), secara umum saya kayaknya ubet dhewe "ngalor ngidul". Saya nekat mengundang semua anggota calon peserta FLP Solo Raya.
Maka tak jarang waktu itu sayapun tak begitu kenal dengan personal yang hadir satu persatu.

Semua acara itu salah satu tujuannya tidak lain supaya mereka tertarik tuk bergabung dengan FLP Solo Raya dan mengikuti pelatihan kepenulisan (pelat pulpen) sebagai pintu masuk FLP Solo Raya.

Berbagai triks pribadi saya gencarkan, termasuk mengirimi sms ke daftar telp pribadi maupun members eldurra yang saya punyai, lini-lini eldurra saya gerakkan tuk event ini. Termasuk pula terus memfollow up dan mendata satu persatu teman-teman yang ikut dalam pra event pelat pulpen. Sekedar sapa dan menanyakan kabar atau memberikan sms motivasi menulis dan sebagainya. Setiap sms yang masuk saya respon dan selalu saya balas .

Bahkan database pribadi di phone bookpun yang tidak ada hubungan dengan FLP saya hapus (maklum kapasitas phone book hape saya adalah hanya 1.000 orang). Saya terpaksa harus merelakan beberapa daftar relasi saya hapus dari phone book.

Hampir tiap hari saya sms puluhan bahkan ratusan tuk memberikan propaganda agar Teman-teman secara tidak langsung tertarik dengan FLP dan mau hadir dalam Pelat pulpen dan menjadi members FLP Solo Raya.
Setiap hari pula, saya melayani sms yang menanyakan seluk beluk pelat pulpen, FLP itu apa, kamu siap , bahkan kadang kala yang isinya agak “nyleneh” , etc.

Bahkan saya pun meluas tuk menyebarkan sms dengan beberapa kode yang sebenarnya gak ada hubungannya dengan Acara itu. Tapi bagi saya itu juga mempengaruhi FLP kedepannya.
Saya sms "T" dan kadang saya sms "S".

Sesuatu yang tiba-tiba terloncat dalam pikiran saya. Saya ingin tahu siapa diantara teman-teman yang terbiasa melaksanakan "T" dan "S" secara rutin dan tepat waktu.

Waktu itu saya tidak menjawab dari setiap sms yang masuk dan penasaran dengan maksud T dan S itu. Saya akan jawab di pelatihan kepenulisan besok, pikir saya terlontar seketika waktu itu.

Beberapa teman sudah bisa menebak kalau T disana maksudnya adalah Tahajud dan S adalah Subuh.
Kalau mengingat kejadian pra event itu saya sedikir merasakan unik dan lucu juga.

Tak tahu sudah berapa ribuan sms saya keluarkan tuk propaganda itu.

Dan Alhamdulillah acara pelat pulpenpun dengan berbagai kekurangan yang ada saya katakan lumayan sukses tuk mendatangkan sekitar 250 an orang. Padahal biasanya acara pelat pulpen jumlah peserta, misalnya tuk angkatan saya adalah 30 orang.

Setelah acara pelat pulpen itu, saya pikir mulai selesai urusan saya tuk “ngalor-ngidul” berkaitan dengan FLP.

Ternyata oh ternyata..
Masalah berlanjut satu demi satu, mau dikemanakan Peserta Pelat Pulpen kemarin ??.

Kepala saya pening sekali memikirkan hal itu. Dan Akhirnya keputusan dibuat dengan membentuk ranting-ranting. FLP UNS, UMS, STAIN, Pelajar dan Umum.

Jujur….Ide itu memang terlontar setelah pelaksanaan Pelat pulpen itu (sepertinya yang disampaikan mas aries adenata tadi red). Dan saya tahu betul…Bahwa secara personal kita belum siap tuk hal ini. (saya dan angkatan saya adalah bukan pengurus FLP Solo Raya red.).

Maka pantas dan wajar saja, kalau ada masalah disana-sini. Dan komentar dari peserta yang bersautan disana-sini. Dan yang pertama kali terkena dan dapat informasi adalah saya. Maklum informasi dan komentar langsung masuk ke hape saya.

Pertanyaan mas kapan pertemuan lanjutan setelah Pelat Pulpen selalu masuk bertubi-tubi ke hape saya. Dan jujur saya mau jawab gimana lumayan bingung juga.

Saya terus mensuport dan memberikan argument kalau emang kita butuh waktu 1-2 bulan untuk menenangkan diri setelah diadakan pelat pulpen kemarin. Padahal dalam pikiran saya, kita masih bingung mau dikemanakan FLP Solo raya.
Sebulan kemudian saya sms meminta mas Aden tuk segera gelar rapat. Dan Alhamdulillah rapat bisa diadakan di markas gizone waktu itu dan yang hadir adalah saya, mas aden, mbak yatik, sotya, erny dan tetra.

Salah satu kesepakatan yang penting adalah dibentuk Pembina atau pembimbing tuk masing-masing ranting.Mbak Tetra usul namanya bukan Pembina atau pembimbing tapi adalah fasilitator saja. Karena memang kita hanya seorang fasilitator saja. Dan kitapun sepakat untuk menggunakan nama ini.

Mau tidak mau diluar mas Aden semua menjadi fasilitator. Maka sayapun mengajukan tuk fasilitator UNS (karena posisi kerja yang dekat dengan UNS), mbak Yatik STAIN, Sotya UMS, Tetra pelajar dan Erny Umum.

Nach waktu itu kita masih bingung konsep acara seperti apa yang akan kita bentuk atau buat. Maka disepakati waktu itu, pokoknya kita resmikan FLP masing-masing ranting habis itu kewajiban FLP Solo Raya adalah mengadakan acara Sebulan sekali. Tuk event selebihnya menjadi tanggung jawab dari masing-masing ranting.

Satu persatu ranting mulai dibentuk dan mulailah sekarang bermunculan gaya FLP masing-masing ranting seiring dengan berbagai permasalahan yang dihadapinya pula dan Alhamdulilah paling tidak titik solusi sudah mulai bisa dibicarakan bersama seiring dengan adanya pengurus nanti.

Lalu seharusnya seperti apa…

Sekarang inilah waktunya tuk menyatakan “seharusnya”…..

Seharusnya Ada Agenda rapat Rutin Bulanan tuk FLP Solo ray. Solusinya adalah buat agenda minimal sekali sebulan tuk rapat. Semakin banyak intensitas pertemuan akan mengurangi berbagai fitnah, kesalahan komunikasi diantara pengurus.

Seharusnya ada divisi yang menangani hal-hal yang bersifat “sensitive”..Dalam kacamata saya seperti divisi tabayun, dimana divisi inilah yang akan menangani dan menengahi setiap fitnah, salah informasi, maupun pembicaraan diluar forum yang tidak seharusnya diungkapkan. Divisi inilah yang akan mengkonfirmasi hal-hal yang bersifat “ngembosi” atau bersifat personal yang perlu diklarifikasi, ketidak aktifan seseorang di komunitas, komentar miring dan lain sebagainya yang terlontar secara langsung maupun tidak langsung adalah menjadi tugas divisi in tuk menyelesaikannya. Solusinya bentuk divisi ini. Sangat urgent sekali divisi ini.

Seharusnya setiap tahun ada refresh kepengurusan yang telah ada. Maklum di tengah perjalanan itu akan ada personel yang tidak aktif lagi bisa dikarenakan factor pekerjaan, keluarga ataupun hal-hal pribadi lainnya. Maka solusinya setelah satu tahun berjalan maka masing-masing pengurus ditanyai komitmen dan kesanggupannya.

Seharusnya ada ranting baru yang bisa menengahi personel dengan karakter yang berbeda dan lintas generasi yaitu Ranting Umida ( Umi dan Abi Muda). Ranting inilah yang tepat tuk karakter siapapun dia orang baru atau lama yang sudah menikah tuk berkumpul disini. Karena saya merasakan perbedaan gaya gerak dan pola pikir dari anggota ketika dia sudah menikah. Diranting inilah berkumpul semua personel baik itu pengurus lama, pengurus baru maupun members baru yang sudah menikah. Pertemuannyanya pun disesuaikan dengan gaya mereka sendiri. Apakah dalam bentuk arisan bulanan atau dua bulanan atau refreshing keluarga atau apalah. Suatu saat semua teman-teman akan masuk ke ranting umida ini. Kenapa members baru juga dilibatkan ??..Members baru yang sudah berkeluarga dilibatkan dan diharapkan masuk ke ranting ini karena memang disanalah gaya mereka bisa berkembang, tetapi secara personal tuk meningkatkan bobot kemampuan individunya maka diharapkan personal itu tetap diminta tuk bergabung pula di FLP ranting umum (pelangi). Solusinya paling tidak ini menjadi wacana pemikiran kita. Bahwa tak selamanya kita bisa mengikuti gaya seperti sekarang di masing-masing ranting yang kita ikuti. Tapi kalau bisa dibentuk sejak dini lebih baik.

Seharusnya semua peserta pelat pulpen kemarin direfresh dan ditanyai komitmentnya tuk gabung di FLP. Mau jadi members aktif atau pasif yang hanya mengikuti event isidental saja. atau bahkan yang ketiga tidak bisa aktif di keduanya (paling tidak tiga tipe ini yang muncul). Solusinya dibuat suatu pertemuan akbar semua anggota FLP Solo raya semacam upgrading cabang.

Dan lain sebagainya yang mungkin tidak bisa diwakili dengan kata-kata. Karena kadang kalau kita lupa bahwa ada hal-hal yang tidak bisa diwakili lewat tulisan kita. Sebaik-baik komunikasi adalah dengan komunisi secara langsung. Ada respon balik. Ada ekspresi yang bisa dilihat dan ada perkataan yang tidak bisa diwakilkan dengan mengetik dalam tulisan.
Mungkin empat hal ini saja yang saya usulkan lewat tulisan..

Selebihnya kita berjalan bersama-sama tuk memperbaiki FLP Solo Raya ini..
Bismillah…..
Jazakumulloh buat keluargaku FLP Solo Raya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.


nb :

*Mungkin lewat tulisan inilah saya ingin membuat komitmen pribadi agar saya sendiri punya arah yang jelas dalam menulis sebuah karya, saya nyatakan setahun lagi jikalau saya tidak bisa menerbitkan sebuah buku meskipun hanya buku indie, maka dengan hormat ijinkan saya untuk mengundurkan diri sejenak dari FLP Solo Raya. Mohon pemaklumannya karena sudah 1,5 tahun ini saya lewati tahap ini dan memang target saya adalah 1,5 tahun mencoba meraba-raba , setahun kemudian pasang target ( 20 maret 2011 sampai 20 Maret 2012).

*Spesial terima kasih buat teman-teman yang telah mendukung propaganda saya "menolak aris eldurra sebagai calon ketua flp solo raya", dan memang demikianlah saya teman. Sayalah yang lebih paham terhadap diri saya pribadi. Kalau mau saya tetap aktif bergerak di FLP maka jadikan aku yang kedua, ketiga dan seterusnya.

Barokallah fiikum....


Komen Kang Fahmi :

bro, karya tak harus berbentuk buku. jika seperti itu, tentu tak ada muhammadiyah, al-ikhwan, nu, persis, ataulah majelis adz-dzikra. ente lebih dari sekadar legenda. lebih dari sekadar panutan. lebih dari sekadar inspirasi bagi kawan-kawan. ente jauh hari sudah membuktikan, lelaku lebih menyelesaikan persoalan daripada rerentet kata yang berbusa-busa itu.

bergerak lagi kawan. it's just d'beginning. saya kira tak ada yang boleh mundur --atau mungkin beristirahat sejenak--. ketua baru telah terpilih. ikon semangat baru harus dibrand dan dishare ke semua. itu artinya, banyak nian yang harus jad...i komporisnya. tak ada yang boleh di luar sistim. sekadar mengamati, ataupun sekadar mengkritisi. semua harus di dalam. menyelesaikan pekerjaan. ada sekian anggota yang kemampuannya masih harus dilesatkan. biarlah semua berperan. biarlah semua membantu asri menyelesaikan pekerjaanya. yang lihai melesatkan bakat itu, supportlah ia dengan senyum dari semua. yang pandai manajerial, bantulah ia sekuat raga. ini saatnya revival. butuh banyak pilar. atau akan tumbang lagi seperti saat chaos dulu. biarlah lelah kita usung bersama. biarlah senyum kita kembangkan sehangat-hangatnya. tak ada yang boleh berhenti. atau akan sulit lagi untuk memulai. tak ada yang boleh mundur. atau satu persatu akan juga mundur tak teratur. ini baru permulaan. mari memulainya dengan rangkulan terhebat yang pernah kita punya.

Thursday, March 17, 2011

Ananda, Cinta Bunda Tak Bertepi

Thursday, March 17, 2011 0 Comments
ALLAHU AKBAR!!!

Assalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Selamat pagi Ananda tersayang.

Selamat berjumpa lagi dengan hari yang baru.

Selamat merangkai karya dengan senantiasa meluruskan niat untuk Allah semata.


Semoga Ananda senantiasa menjadi pribadi yang pandai bersyukur agar kenikmatan dan karunia-Nya senantiasa berlimpah. Semoga Ananda menjadi umat tersayang dari Baginda Rasulullah Saw yang syafa'atnya turut pula dihadiahkan kepada kita sebagai umatnya. Aamiin Ya Rabbal'alamiin.


Ananda tersayang, ini surat Bunda yang pertama untuk Ananda. Maafkan Bunda ya, bukan berarti Bunda tak mau menyempatkan waktu barang sejenak untuk menuliskannya, tapi memang terasa sulit untuk mengungkapkan isi hati Bunda lewat kata-kata. Rangkaian kata ini belum cukup mewakili cinta Bunda pada Ananda. Rangkaian kata ini belum mampu menggambarkan apa yang membuncah di hati Bunda.


Ananda tercinta, kehadiran Ananda menjadikan hidup Bunda semakin diliputi perasaan bahagia. Menjadi ibu adalah karunia dari-Nya yang begitu luar biasa. Membuat hidup Bunda terasa lengkap karena kehadiran Ananda di tengah keluarga kita. Ya, keluarga kita yang insya Allah penuh dengan kebahagiaan. Sakinah, mawadah, warahmah. Bunda bangga karena mempunyai gelar baru sebagai seorang ibu. Alhamdulillah, senangnya hati Bunda. Panggil ibumu ini dengan sebutan “Bunda” ya.


Ananda belum mengenal Bunda ya? Izinkan Bunda memperkenalkan diri dulu ya. Biar Ananda makin sayang dengan Bunda. Etika Suryandari, itulah nama Bunda yang diberikan oleh ayah Bunda, kakek Ananda tercinta. Bunda diberi nama "Etika" karena Bunda diharapkan dapat menjadi orang yang berakhlak baik (beretika), "Surya" berarti matahari. Bunda diharapkan menjadi pribadi yang bermanfaat untuk banyak orang layaknya matahari yang banyak menebarkan manfaat pada semua makhluk. Dan "ndari" berasal dari bahasa Jawa "ndadari" yang berarti bersinar terang. Bunda diharapkan menjadi cahaya bagi sekitar, mampu memberi inspirasi pada orang lain. Nama ini adalah tanggung jawab, Anandaku sayang. Semoga Bunda dapat menjadi seperti apa yang diharapkan ibu dan ayah Bunda. Aamiin Ya Rabbal'alamiin.

Oh ya, Bunda sekarang beraktivitas sebagai calon Statistisi di Kementerian Perdagangan Jakarta. Statistisi? Pasti Ananda belum tahu ya maksudnya. Statistisi adalah orang yang pekerjaannya berhubungan dengan data. Banyak berhubungan dengan Matematika juga. Ya, karena Bunda sarjana Matematika, Sayang. Bunda berharap kelak Ananda juga menyukai pelajaran Matematika karena kebanyakan anak-anak tidak menyukai pelajaran ini. Bunda akan membimbing dan mengajari Ananda dengan sepenuh hati! Kita akan belajar bersama ya Sayang. Meski Bunda bekerja di kantor, Bunda berjanji tetap akan memprioritaskan urusan keluarga karena Bunda ingin selalu memberikan yang terbaik pada keluarga.

Selain beraktivitas di kantor, kini Bunda juga aktif di Forum Lingkar Pena (FLP) Jakarta. Di komunitas inilah Bunda belajar banyak untuk menjadi seorang penulis. Hmm, Bunda memang memiliki impian untuk menjadi penulis, Ananda sayang. Bahkan Bunda memiliki impian untuk menjadikan keluarga kita adalah keluarga penulis. Suatu saat nanti, Bunda ingin bisa melahirkan karya kita bersama. Sebuah buku karya Bunda, Ayah, dan juga Ananda. Subhanallah, alangkah bahagianya jika mimpi itu benar-benar terealisasi. Semoga saja Allah memberi kemudahan ya Sayang... aamiin..

Saat Bunda menulis surat ini, Ananda memang belum lahir. Bunda bahkan belum bertemu Ayah. Bunda akan terus berusaha melakukan yang terbaik untuk Ananda dengan memilih Ayah yang sholeh, yang bisa menjadi imam kita kelak. Sudah tertanam dalam diri Bunda bahwa pernikahan Bunda dengan Ayah nanti bervisi untuk mewujudkan pernikahan sebagai penyempurna agama yang bukan sekedar untuk mencari bahagia, tapi menuai keberkahan di dunia dan akhirat, bersama menuju surga-Nya. Ya, kita akan berjuang bersama menuju surga-Nya. Al-Firdaus, surga tertinggi dambaan setiap muslim sejati. Ananda adalah kunci surga bagi Bunda. Maka, Bunda akan terus menjaga kunci itu sebaik-baiknya.


Sebuah konsep keluarga SMART akan Bunda bangun bersama Ayah Ananda kelak. Semoga kami bisa membimbing Ananda menjadi mujahid-mujahidah tangguh kebanggaan dien ini, Islam yang mulia. Ananda ingin tau apa itu keluarga SMART? Inilah keluarga impian Bunda yang kelak akan Bunda wujudkan bersama Ananda dan bersama Ayah tentunya. (* SMART-nya sengaja disensor! ^^v *)

Ananda tersayang, mari kita wujudkan bersama impian besar ini ya...


Menjadi seorang ibu memang tak mudah. Tapi Bunda akan terus melakukan yang terbaik untuk Ananda. Karena Ananda adalah amanah dari-Nya. Amanah yang luar biasa. Bunda akan membimbing Ananda menjadi generasi Qur’ani, generasi yang cinta Al-Qur’an. Mari membaca Al Qur'an dengan tartil, memahami artinya, menghafalnya, dan saling mengingatkan dengan mengamalkannya dalam kehidupan kita sehari-hari. Sehingga di suatu masa nanti saat Bunda menghadap-Nya, Bunda akan memakai mahkota berkilauan. Ya, itu hadiah dari Ananda pada Bunda sebagai seorang anak yang cinta Al-Qur’an.


Ananda tercinta, jadilah cahaya bagi Bunda. Pilihlah kata terbaik, pilihlah sikap terpuji saat berinteraksi dengan Bunda dan yang lainnya. Karena dengan begitu, Bunda akan semakin bahagia dan bangga pada Ananda. Karena Bunda inginkan anak-anak Bunda adalah anak-anak yang sholeh dan sholehah. Surga berada di telapak kaki Ibu. Semoga Allah Swt juga berkenan meletakkan surga-Nya pada diri Bunda. Bunda ingin menjadi ibu terbaik untuk Ananda kelak.


Ananda terkasih, Bunda menyadari bahwa Ananda hanyalah titipan. Ananda bukan milik Bunda. Ananda juga bukan milik Ayah. Tapi, Ananda milik Allah Swt. Bunda tidak akan menuntut balas budi Ananda atas pengorbanan Bunda yang telah mengandung, melahirkan, menyusui, dan merawat Ananda. Bunda hanya ingin Ananda berbakti sepenuhnya pada Allah Swt. Menjadi hamba-Nya yang beriman dan beramal sholeh.


Tak terasa, bagaskara kian meninggi. Sudah saatnya Bunda mempersiapkan diri untuk merangkai karya. Bunda akan mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk mencukupi kebutuhan Ananda kelak. Doakan Bunda ya, semoga setiap rezeki yang Bunda terima adalah rezeki yang halal dan penuh kebarokahan dari Allah Swt karena Bunda selalu inginkan yang terbaik untuk Ananda.. Sudah dulu ya, sekian surat dari Bunda.


Ananda, cinta Bunda tak bertepi.

Wassalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Jakarta, 30 September 2010_06:13

Bunda yang sangat mencintaimu,

Aisya Avicenna


*Surat ini pernah diikutkan dalam lomba menulis surat dari calon Bunda pada Ananda, tp gak tau kabarnya... ^^v

MENUNGGU HINGGA SUNYI YANG SEMPURNA

Thursday, March 17, 2011 0 Comments



Saat detik merangkak menyambut waktu Subuh…
Ada sosok yang tengah berpikir di kolong langit
Mengeja konstelasi bintang
Mencoba cari petunjuk
‘tuk temukan jawaban

Ada setitik keraguan, menjadi sandungan bagi tekadnya
Bersama sebuah kisah yang mengembara sendirian, tanpa berkawan

Hening melintas menggulirkan waktu
Kembali batinnya mengeja angka
Hatinya mendesah…
Betapa berlikunya jalan menuju keikhlasan
Betapa berat menjaga suasana hati yang sudah terkondisi agar tidak terkotori

Membuat jiwanya semakin ‘kaya’ (semoga…)
Batinnya pun mengamini
“Bahwa hidup menawarkan warna lain dari yang selama ini ia jalani”

Mendamba sebuah ketegaran
Ketegaran yang tidak mudah menguap oleh waktu
Berharap temukan sebuah senyum
Senyuman paling melegakan sepanjang hidup…

“Ya Rabb, inikah kebahagiaan yang Kau ‘tunda’ untuknya?”

***
“Kesediahn tak perlu diberi nama
Dan kebahagian itu kita sendiri yang menciptakannya…
Karena Tuhan mencintaimu lebih dari yang kamu perlu”

Saat langit malam terlukis sinar bintang dengan kecemerlangan yang tak berbanding…

[Keisya Avicenna, 15 Maret 2011…Jelang Peristiwa Subuh di Masjid Perjuangan NH IC]

Tergesa-gesa atau Menyegerakan

Thursday, March 17, 2011 0 Comments

Selama Proses itu Berlangsung....


Proses pernikahan ada yang berlangsung cepat, ada pula yang membutuhkan waktu lama. Mengenai waktu yang dibutuhkan selama proses, saya teringat kepada doa keluar rumah yang artinya,

"Dengan menyebut nama Allah atas jiwaku, hartaku, dan agamaku. Ya Allah, jadikanlah aku ridha dengan apa yang Engkau tetapkan dan jadikanlah barakah apa yang telah Engkau takdirkan. Sehingga, tidak kepingin aku untuk menyegerakan apa yang Engkau tunda, dan menunda apa yang Engkau segerakan."

Ada satu catatan. Pernikahan termasuk salah satu dari tiga perkara yang dianjurkan untuk disegerakan. Jika tidak ada hal yang merintangi, mempercepatnya adalah lebih baik. Mempercepat proses pernikahan termasuk salah satu kebaikan dan lebih dekat dengan kemaslahatan, barakah, dan ridha Allah. Insya-Allah, pertolongan Allah sangat dekat. Apa-apa yang menghalangi langkah untuk menyegerakan, akan dimudahkan dan dilapangkan. Sesungguhnya Allah tidak zalim terhadap apa-apa yang diserukan-Nya. Allah tidak zalim terhadap hamba-Nya, betapa pun Allah Mutlak Kekuasaan-Nya. Kitalah yang sering zalim kepada Allah.



Laa ilaaha illa Anta, subhanaka innii kuntu minazh-zhalimin. Rabbana zhalamna anfusana waillam taghfirlana lanaa kuunanna minal khosirin.

Ya Allah, ampunilah hamba atas kezaliman hamba sendiri.

Mempercepat proses pernikahan adalah lebih baik, tetapi hendaknya tidak terjatuh pada sikap tergesa-gesa. Selama proses berlangsung, kita membutuhkan informasi dan pembicaraan berkaitan dengan rencana pernikahan. Adakalanya, kita mendapatkan informasi mengenai beberapa hal dari keluarga calon, perantara, atau orang lain. Adakalanya, kita mendapatkan keterangan tentang beberapa hal dari calon pendamping secara langsung.



Masa menjelang nikah adalah masa yang sensitive. Apa yang berlangsung selama masa ini, bagaimana memaknainya, mempengaruhi bagaimana kedua manusia itu kelak akan menghayati pernikahannya. Proses antara pinangan dengan pelaksanaan akad, hingga detik-detik akadnya, bisa menjernihkan niat-niat yang masih keruh sehingga pada saat keduanya melakukan shalat berjama'ah segera setelah akad, mereka banyak beristighfar, memohon pertolongan Allah untuk melimpahkan kebarakahan dan menjauhkan dari keburukan, serta merasakan syukur yang dalam karena telah terhindar dari ancaman maksiat. Tetapi, proses menuju pernikahan bisa juga mengeruhkan niat-niat, sekalipun sekilas tampak mendapat pembenaran agama. Padahal manusia mendapatkan hasil dari perbuatannya sesuai dengan apa yang diniatkan. Rasulullah menasehatkan:


"Mintalah fatwa dari hatimu. Kebaikan itu adalah apa-apa yang tenteram jiwa padanya dan tenteram pula dalam hati. Dan dosa itu adalah apa-apa yang syak dalam jiwa dan ragu-ragu dalam hati, walaupun orang-orang memberikan fatwa kepadamu dan mereka membenarkannya."


Tanda-tanda Perumpamaan

“Menyegerakan atau tergesa-gesa?”



Kalau suatu saat Anda naik motor dan menjumpai tikungan tajam, apa yang Anda lakukan? Apakah Anda akan segera membelokkan kemudi tanpa mengurangi kecepatan karena ingin cepat sampai? Atau, Anda mengurangi kecepatan sedikit, menelikung dengan miring, dan sesudah berbelok baru menambah kecepatan sedikit demi sedikit?



Jika Anda memilih yang pertama, sangat mungkin Anda terpental sendiri. Anda terjatuh, sehingga harus berhenti sejenak atau agak lama. Baru kemudian dapat meneruskan perjalanan. Keinginan Anda untuk cepat sampai di tempat tujuan dengan tidak mengurangi kecepatan, apalagi justru dengan menambah kecepatan, tidak membuat Anda lebih cepat sampai dengan tenang, tenteram, dan aman. Bisa-bisa, kalau kecepatan Anda tetap antara sebelum berbelok dengan saat-saat berbelok, Anda justru terpental. Antara gaya sentrifugal dan gaya sentripetal, tidak seimbang.



Jika Anda memilih yang kedua, insya-Allah Anda akan dapat sampai lebih cepat. Awalnya memang mengurangi kecepatan, tapi sesudah betul-betul memasuki tikungan dengan baik, Anda bisa menambah kecepatan. Jika Anda mengurangi kecepatan lebih banyak lagi, Anda bahkan dapat membelok tanpa harus memiringkan badan banyak-banyak.



Jalan yang lempang adalah tamsil dari masa melajang, masa ketika masih sendiri. Belokan adalah proses peralihan menuju status baru, menikah dan berumah tangga. Sedang jalan berikutnya yang dilalui setelah berbelok, adalah kehidupan keluarga setelah menikah. Pilihan pertama adalah sikap tergesa-gesa untuk menikah, sedangkan pilihan yang kedua adalah menyegerakan.



Dari Anas r.a., Rasulullah Saw. bersabda,

"Siapa yang menikahi seorang wanita karena kedudukannya, Allah hanya akan menambah kehinaan kepadanya; siapa yang menikahinya karena kekayaan, Allah hanya akan memberinya kemiskinan; siapa yang menikahi wanita karena bagus nasabnya, Allah akan menambah kerendahan padanya. Namun, siapa yang menikah karena ingin menjaga pandangan dan nafsunya atau karena ingin mempererat kasih-sayang, Allah akan senantiasa membarakahi dan menambah kebarakahan itu kepadanya."

(HR Ath-Thabrani)



Artikel hasil copas dari:


e- book KADO PERNIKAHAN


[Mohammad Fauzil Adhim]

Tuesday, March 15, 2011

Keputusan

Tuesday, March 15, 2011 1 Comments

"Pikirkanlah secara mendalam sebelum membuat kputusan akhir atau menentukan langkah pertama" 
(Syaikh Aidh bin Abdullah Al Qarni)

~Keputusan adakalanya harus disegerakan, namun ada kalanya pula kita harus mengambil jeda waktu untuk berpikir. Tergantung persoalan yang sedang kita hadapi. Ada saatnya kita boleh mengulur waktu, ada saatnya pula kita tidak boleh terlambat, walau sejenak. Semoga Allah ridho pada setiap keputusan kita. Aamiin~

“MEMBENTANGKAN HARAPAN PADA JEJAK-JEJAK PERJALANAN”

Tuesday, March 15, 2011 0 Comments



Sekali lagi aku ingin membiarkan aksara ini menemaniku, menjadi saksi perjalanan hidupku.

Seperti hari Selasa-Selasa sebelumnya, pagi ini aku pun berangkat menuju salah satu tempat di mana tersandar harapan besar untuk diriku sendiri. Aku ingin lebih dekat dan lebih dekat lagi dengan Al Qur’an. Yupz, tempat dimana aku juga menemukan sosok kakak-kakak yang luar biasa, seperti Mbak Nury dan Mbak Ivon. Dua “mbak” ku di FLP Pelangi yang menjadi inspirator sekaligus motivatorku juga.

Ahay, setelah semalam mabit bersama orang-orang luar biasa di masjid perjuangan Nurul Huda UNS, jam 05.15, aku balik kost untuk bersiap, tanpa sarapan, kemudian berangkat. Dengan langkah ringan, jam 06.15 kembali ku gendhong tas ‘backpacker’ hitam manisku menuju gerbang Surya. Naik angkun kuning menuju Sekarpace, ‘nongkrong’ di situ sambil nunggu NUSA B. Transportasi menuju PPQ Al Mahir memang hanya dilewati oleh kendaraan tertentu, kalau naik NUSA B cuma sekali jalan, langsung sampai Colomadu. Tapi kalau naik bis kota Setia Rini harus turun Manahan kemudian ganti angkun 08.

Hm, menikmati hilir mudik kendaraan yang berlalu lalang. Terekam banyak hal aktivitas pagi segelintir orang. Mulai dari pelajar, tukang becak, pengemis, sampai pegawai kantoran. Aha…saatnya mengasah kepekaan jiwa. Sumber ide bikin cerita itu bisa berasal dari banyak hal. Bahkan dari peristiwa yang terjadi di sekeliling kita yang terkadang tidak kita sadari itu bisa jadi sumber inspirasi.

Alhamdulillah, sampai di pertigaan dekat SMK Penerbangan, aku sempatkan sarapan. Nyoto dulu. Sudah ketiga kalinya aku sarapan di warung ini sebelum ke “bhepomany”. Sesekali ngobrol dengan ibu pemilik warung. Menikmati soto sambil berinspirasi dan mengagumi nuansa pagi. Selesai sarapan, kembali aku lanjutkan perjalanan. Sampai depan SMK, ada seorang ibu bejilbab dan berseragam PNS dengan “sepeda motor tuanya” berhenti di dekatku. Kemudian beliau menawarkan tumpangannya. Subhanallah, aku gak bisa berkata apa-apa lagi selain ucapan terima kasih. Padahal sebelumnya aku sempat menolak karena jarak PPQ AL Mahir juga sudah dekat. Tapi dengan wajahnya yang tulus, ibu itu “sedikit memaksaku”, alasan beliau karena jalannya juga searah. Jadi sekalian saja. Aku pun “mbonceng” ibu itu…^^

Ingatanku pun melayang tepat seminggu yang lalu. Kejadiannya waktu aku pulang. Keluar gerbang PPQ Al Mahir, aku bertemu dengan seorang Ibu. Akupun berkenalan dengan beliau dan kita ngobrol sepanjang perjalanan. Ibu itu juga bertanya banyak hal tentang aktivitasku, asalku dari mana, kuliah dimana, dll. Beliau seorang dosen UMS, pemilik sebuah panti asuhan dan TKIT pluz SDIT. Asli Flores tapi sudah lama tinggal di Boyolali. Ibu tadi akan menjemput “anak asuhnya” yang sudah “mondok tahfidz” di Al Mahir. Ceritanya, ibu tadi menjemput sang anak yang nantinya akan diamanahi untuk menjadi guru di SDIT milik beliau. Ah, Subhanallah…

Di tengah jalan, ibu itu mendekati sebuah taxi yang sopirnya sedang berteduh di bawah pohon Muntingia calabura (talok_red) sambil baca koran. Beliau bilang ke aku, kalau tadi dari Boyolali juga naik taxi itu. Akhirnya, beliau mengajak aku naik taxi itu kemudian balik lagi ke arah Al Mahir untuk menjemput anak asuhnya tadi yang beliau tinggal karena masih melakukan “perpisahan” dengan rekan-rekannya. Ibu itu harus buru-buru ke UMS karena ada rapat. Yasudah, karena bertemu taxi yang tadi, beliau memutuskan untuk naik taxi saja. Singkat cerita, aku turun di depan UMS. Mencium tangan ibu itu dan mengucapkan terima kasih. Beliau juga memberikanku no.telp dan menyuruhku kapan-kapan silaturahim ke panti asuhannya. Insya Allah ya Bu…Pertemuan yang cukup singkat namun sangat membekas! 30’ obrolan luar biasa terjadi di dalam taxi. Terima kasih ya, Bu.

***
Selalu saja banyak peristiwa luar biasa, mengejutkan dan tak terduga tiap hari Selasa.

Betapa aku sangat menikmati “sebuah perjalanan”. Dan mulai Senin kemarin, hari ini, dan hari-hari berikutnya…aku akan menikmati masa-masa untuk pulang kerja tanpa dijemput dan tanpa teman menikmati makan malam. Sangat berbeda dengan waktu-waktu lalu saat Mas Dhody masih bekerja di Solo. Setiap hari dia menjemputku dan biasanya kita langsung wisata kuliner, yang nraktir gantian. Sekarang, lelaki kedua yang sangat mencintaiku itu memutuskan untuk fokus berwirausaha di Wonogiri. SUKSES ya BRO!!! Aku pasti akan merindukan saat-saat nunggu jemputanmu ‘n saat kita makan malam bareng, terutama di warung BEBEK BAKAR PRESTO di jalan Urip Soemohardjo.

***
Bismillah, semoga setiap perjalanan yang aku lalui senantiasa menempa diriku untuk menjadi pribadi yang mandiri, pantang mengeluh dan tahan banting. Karena sampai sekarang pun aku masih teguh memegang prinsip, selama aku masih bisa melakukan sesuatu sendiri, sesuai dengan kemampuan yang aku miliki, aku tak akan pernah merengek minta bantuan orang lain atau merepotkan orang lain.

Harapanku di tahun ini aku berani menaklukkan jalan raya lagi, ah…kecelakaan 16 Agustus 2006 silam masih terekam manis di memory otakku. Kejadian yang membuatku merasakan trauma untuk naik sepeda motor (lagi)…hehehe… Meskipun sempat “mubeng-mubeng” di kampus naik motor tapi keberanianku belum full 100%. Tapi gakpapa lah. Dalam segala keterbatasanku sebagai seorang manusia, Allah Swt telah memberikanku banyak hal. Termasuk anugerah kedua kaki yang membuatku senantiasa bersyukur, setiap langkah kaki yang semoga selalu menuju pada kebaikan. Selalu dalam rangka mencari ridho-Nya. Karena kelak kedua organ inipun akan menjadi saksi atas apa yang sudah aku perbuat selama ini.

***
Hidup itu berpikir, berjalan, dan menemukan…

Kemenangan hari ini adalah kelapangan hati untuk bisa menerima tantangan. Ya, hidup ini memang penuh dengan tantangan. Bukan perjuangan namanya jika tanpa ada aral yang melintang. Memang, tak selamanya hari berhias sinaran mentari. Adakalanya guntur dan petir pun menghiasi. Memang, liku perjuangan juga tak ayal akan menemukan batu sandungan. Tapi perjuangan ku tak kan luntur hanya karena kerikil kecil yang sempat melukai kaki dalam menapaki langkah perjuangan ini.

Aku telah, masih, dan akan terus tegak berdiri. Memang belum banyak yang mampu aku persembahkan untuk orang-orang di sekelilingku, orang-orang yang sangat aku cintai. Tapi inilah yang terbaik yang mampu aku lakukan. Dan aku akan terus berusaha mempersembahkan yang terbaik. Aku hanya ingin seperti matahari bagi bumi, yang memberikan cahaya tanpa mengenal kata berhenti…

[Keisya Avicenna, “MEMBENTANGKAN HARAPAN PADA JEJAK-JEJAK PERJALANAN”. 15 Maret 2011 @Zona NOstalgia RoMAntic : belajar nulis tanpa berhenti selama satu jam (11.00-12.00). Aku mulai dengan mengisahkan apa yang aku alami hari ini sekaligus mereview peristiwa beberapa waktu lalu. Bonus renungan untuk diriku sendiri yang semoga bisa menginspirasi orang lain…SEMANGAT!!!]

Monday, March 14, 2011

Saat Kang Tef dan Kang Arul Bersanding

Monday, March 14, 2011 0 Comments
FLP Jakarta in Action (Aisya => jilbab merah di barisan kedua dari belakang)

Ahad pagi yang indah. Alhamdulillah, kondisi tubuh sudah kembali stabil meski belum 100% setelah nge-drop hari Jumat. Awalnya, Aisya berencana tidak datang ke pertemuan FLP Jakarta kali ini. Mengingat semalam ia pulang larut karena menghadiri “Indonesia Nasheed Award” di Jakarta Islamic Book Fair. Jadi, rada capek dan mengantuk. Teringat akan beberapa pesanan teman-teman FLP Jakarta, Aisya putuskan untuk tetap datang. Pesanan itu antara lain:
-Novel “NIBIRU” buat Soson
-Novel “Bumi Cinta” dan “Galaksi Kinanthi” buat Mbak Ayu
-“Something” buat Mbak Ria
-Oleh-oleh dari Wonogiri dan Solo berupa kacang mete dan emping melinjo buat Kang Tef (pada khususnya) dan teman-teman FLP Jakarta (pada umumnya)
Walhasil, bawaan Aisya pagi itu superberat! Hmm… Sampai di halaman masjid At-Tauhid Arif Rahman Hakim UI Salemba, Aisya bersua dengan Yuda dan seorang temannya. Kami sempat kebingungan waktu mau masuk karena pintu gerbang untuk masuk ke masjid dikunci. Untungnya ada pak satpam yang baik hati memberitahu kami kalau harusnya kami lewat jalan samping. Ternyata di lantai dasar sedang digelar acara Walimatul ‘Ursy dengan nuansa dekorasi warna MERAH HATI. Pas banget dengan kostum yang Aisya kenakan. Sebelum masuk masjid, sempat bersua juga dengan Mbak Dina dan Mbak Iecha yang katanya mau beli minuman buat pembicara.
“Ada Kanjeng tuh di atas!” kata Mbak Iecha
Akhirnya, Aisya dan Yuda naik ke lantai 3.
“Eh, Merah!” kata Kang Arul waktu Aisya tiba-tiba duduk di sampingnya. Surprise juga karena ada beliau hari itu. Setelah sesaat duduk di dekat Kang Arul, Aisya pindah posisi duduk di dekat Mbak Era yang hari itu kayak jeruk (baca : pakai gamis dan jilbab warna oranye). Acara sudah dimulai. Kang Tef (Kang Taufan E. Prast, ketua FLP Jakarta) sudah unjuk gigi. Didampingi Mbak Rurie dan Ikal. Awalnya Aisya pengin nulis yang disampaikan Kang Tef, tapi kalah dengan deru kendaraan. Alhasil, hanya beberapa kata yang terdokumentasi. Itupun sepotong-sepotong.
Mbak Dina pindah duduk di samping Aisya. Tiba-tiba Mbak Dina mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Taraaaa!!! Bolpoin yang ‘sekujur tubuh’nya berwarna merah (kecuali tintanya yang berwarna hitam), akhirnya sah menjadi milik Aisya. Makasih ya Mbak Dina… Tahu aja sih kalau Aisya suka banget warna merah!
Beberapa saat kemudian, Kang Arul yang tadi ‘adem-ayem’ di belakang, berdiri dan melangkah ke depan. Gantian Kang Arul nih yang bagi-bagi motivasi. Oh ya, pada pertemuan kali ini mengangkat tema : “Penulis, Media, dan Dunia Penerbitan”. Aisya sempat menulis beberapa potong materi dari Kang Arul di buku diary merahnya ^^. Sosok di sampingnya juga serius menulis dengan gaya khasnya. Aisya mencoba meniru cara menulisnya malah ketawa sendiri. Ahh, bu dosen ini memang unik! Satu hal lagi, dia berujar bahwa hanya dirinyalah yang bisa membaca tulisannya sendiri. Walhasil, Aisya ‘copy-paste’ saja tulisan dari bu dosen (baca : Mbak Dina) yang diposting pagi ini di FB.
Berikut adalah resume materi yang disampaikan oleh kedua pemateri. Selamat menikmati...
Untuk menjadi penulis yang sukses diperlukan proses di dalamnya dan tidak simsalabim begitu mudahnya. Selain berdoa yang tak putus kepada Allah Swt juga diperlukan beberapa hal yang sebaiknya dikuasai oleh penulis. Usaha apa sajakah? Usaha tersebut adalah (calon) penulis sebaiknya mengetahui bagaimana cara menulis yang baik, memahami anatomi penulisan, mempunyai kemauan dan kemampuan menulis, mendisiplinkan diri dan meluangkan waktu untuk menulis (misalnya, sehari meluangkan waktu menulis selama 2-3 jam, sehari menulis tiga kali setelah atau sebelum makan, ataupun seminggu sekali menulis), serta memiliki komitmen yang kuat untuk menulis.
Di dalam menjalani proses tersebut, maka diperlukan niat yang lurus. Niat yang lurus itu juga diimbangi dengan wawasan keislaman (karena FLP Jakarta itu kaderisasi penulis Islam open minded yang tetap mengacu kepada etika-etika dan norma-norma keislaman berdasarkan Al Quran dan Hadits, -red). Nah, untuk mewujudkan niat tersebut, maka kudu dipikirkan matang-matang dengan akal budi pekerti luhur nan sehat, mau dibawa ke mana niat tersebut? Mau menjadi profesi penulis yang profesional ataukah menulis hanya sekadar hobi?

Jika ingin menjadi penulis yang menjadikan kegiatan menulis sebagai hobi, artinya menulis dilakukan sebagai kegiatan di waktu luang, maka tak perlu susah payah disiplin meluangkan waktu ataupun keukeuh menulis tiga kali dalam sehari sebelum atau sesudah makan. Lakukan aktivitas tersebut dengan diliputi keikhlasan dan bertujuan ibadah hanya kepada Allah Swt.
Namun, jika memutuskan ingin menjadi penulis sebagai profesi, maka syarat-syarat seperti komitmen serius menulis, sengaja meluangkan waktu menulis, mengetahui persyaratan apa saja yang harus dikuasai jika ingin tulisan dipubliksikan di media online maupun offline, memiliki pangsa pasar yang kuat, membuat tulisan yang berbeda dan unik dengan penulis-penulis sebelumnya, dan mengetahui kapan buku akan diterbitkan. Selain itu, penulis juga harus fokus dengan bidang yang akan ditulisnya apakah fiksi atau nonfiksi. Saat hendak menulis fiksi atau nonfiksi, penulis mengumpulkan data terlebih dahulu kemudian barulah dituliskan dan dipublikasikan. Adapun, data tersebut diperoleh melalui riset yang sesuai dengan yang diperlukan.
Lebih lanjut, para pemateri memberikan tips pula bagaimana membuat biodata yang baik kalau kita ingin mengirimkan naskah ke penerbit:
1.Susunlah biodata tersebut menjadi 3 paragraf. Paragraf pertama itu adalah identitas pribadi: prestasi- sebaiknya menyertakan prestasi menulis-; dan e-mail/blog yang aktif.
2. Alamat e-mail adalah alamat identitas pribadi penulis. Jadi buatlah e-mail penulis yang mudah diingat dan dikenang.
Beberapa tips ringan lainnya berkaitan dengan tema Penulis, Media, dan Dunia Penerbitan, yaitu:
1. Editor biasanya tidak membaca semua naskah yang dikirimkan kepadanya. Oleh karena itu buatlah tulisan yang menarik di awal paragraf serta buatlah naskah yang berbeda dan unik.
2. Jadilah penulis fiksi yang baik dengan mempelajari dan memperkuat unsur intrinsik karya sastra. Beberapa unsur intrinsik tersebut terdiri dari tokoh, tema, latar, amanat, dan alur (*kalau masih kurang, silakan tambahkan sendiri, red).
3. Novel yang berhasil adalah novel yang menarik pembaca untuk membuka dan membaca halaman selanjutnya.
4. Pergunakanlah FB untuk berteman dengan penulis terkenal kemudian seringlah berinteraksi dengannya, misalnya menaruh jempol atas postingan status, note, atau link serta memberikan komen yang positif mengenai hal tersebut. Hati-hati memberikan jempol. memberikan komen atas note/link/status upload si penulis tersebut. Artinya, jangan asal menaruh jempol atau beri komentar di sana. Baca kembali postingannya lalu jika ingin tetap eksis dan tetap dikenal ama si penulis, selama postingan tersebut emang positif silakan taruh jempolnya atau komennya.
5. Ikutan dan aktif di millist yang berkaitan dengan penulis, media, dan dunia penerbitan.
6. Jangan hanya mengandalkan naskah namun bangunlah jaringan sosial, misalnya ikut FLP Jakarta (red).
Hal-hal di atas adalah beberapa materi yang disampaikan oleh Kang Taufan dan Kang Arul pada pertemuan ketiga Pramuda Angkatan ke-15 FLP Jakarta. Adapun, pertemuan selanjutnya (pertemuan keempat) insya Allah akan dilaksanakan kembali Ahad, 27 Maret 2011, waktunya pukul 10.00-13.00 WIB, tempat di Mesjid At-Tauhid Arif Rahman Hakim. Informasi dan pematerinya akan disampaikan menyusul kemudian. Pada pertemuan keempat tersebut masih diberikan kesempatan pendaftaran peserta untuk FLP Jakarta Angkatan ke-15. Informasi dan pendaftaran, silakan hub. Info Center FLP Jakarta : 0815.13596928 - 021-93541351 - 021-80370701.
Setelah pertemuan keempat, akan dibagi kelasnya yaitu kelas nonfiksi dan fiksi. Nah, insya Allah, setelah pembagian kelas tersebut (pertemuan ke-5), segenap divisi humas dan dokumentasi tidak akan mempublikasikan materi yang diberikan di kelas tersebut. Oleh karena itu, bagi yang berminat, menjadi anggota FLP Jakarta, silakan datang dan mendaftar ke Mbak Yusi dan Mbak Astri pada ke pertemuan 2 minggu setelah Ahad, 13 Maret 2011.

Salam hangat dari kami.
FLP Jakarta
Wassalam

Hmm, begitulah reportase pertemuan ketiga angkatan 15 yang ditulis oleh Mbak Dinda dengan sedikit revisi dari saya. Semoga bermanfaat…

NB :
- Menjelang Dhuhur, sempat foto-foto menggunakan kamera Kang Arul dan setelah diupload Kang Arul, hasilnya kereeeeen banget!
- Sayang, Mbak Ria tidak datang... sehingga hanya "something" buat Mbak Ria yang belum tersampaikan...
- Maaf ya, kemarin pulang duluan dan hanya pamit secara langsung ke Mbak Era dan Mbak Astri plus SMS ke Kang Tef karena masih belum fit benar, jadinya juga nggak bisa ikut ke Jakarta Islamic Book Fair lagi...

Best regards
Aisya Avicenna

“INI CERITA HIDUP GUE, APA CERITA HIDUP LOE ?” [Special Edition FLP Pelangi_12]

Monday, March 14, 2011 0 Comments



Ahad, 13 Maret 2011
Alhamdulillah, di saat diri membuka mata kondisi fisik sudah bisa diajak kerja sama. Ahay, saatnya mengukir kisah penuh warna di hari ini. Catatan 10 lembar sudah tertulis, mencoba mendokumentasikan kegiatan MUBENG KRATON hari Sabtu kemarin. Dan catatan ini adalah hasil reportase pertemuan FLP Pelangi ke-12. Cekidot !

Kost Pink, 13:00 WIB

Nungma dapat telp dari Mas Aries Adenata, ketua FLP Solo Raya yang rencananya mau “melengserkan diri. Saatnya melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan FLP kepada generasi berikutnya. Mas Aden rencananya jadi bintang tamu di pertemuan pekanan FLP kali ini. Beliau tanya lokasi markas kita (Ruang Multimedia-red).

Berhubung Nungma belum sampai lokasi, Nungma telp Kang Pahmi. E…pake acara sibuk tu HP. Then telp Diah Cmut ajah. E…gak diangkat-angkat. Lagi pada sibuk ngapain sih? Akhirnya mencoba telp Kang Pahmi lagi. Alhamdulillah, nyambung! Dari seberang sana terdengar suara orang ter-ngenez yang pernah Nungma temui. Nung bilang kalau Mas Aden ada di parkiran, bla..bla..bla.. haiyyah, gek tu bocah ngekek wae kie.
“Lha kowe saiki neng ndi?”, tanya dia.
Nung jawab, “Masih di kost. Nunggu mbak Santi. Kita kan HUMAS yang kompak.”
Hahaha…tu kepala suku semakin termehe-mehe ketawanya. Gila!

Jam 13:45 WIB…akhirnya Mbak Santi datang menjemput. Cihuy….saatnya meluncur ke markas. Sampai di markas bertemu duo unyu, Ayu n Diah Cmut yang lagi pada ribut nyari belimbing wuluh. Mas Dwi datang dengan Legenda-nya. Kemudian kita naik ke markas.

Markas Pelangi, 14:00-15.30
Masuk ke ruangan, mendapati Mbak Amrih dan Mbak Fitri sedang asyik menghidupkan LCD. Menyapa Mbak Nury, Mbak Eka, Mbak Ivon, Mas Nur, duduk di belakang ada Mas Aden sama Kang Pahmi. Masih dengan ekspresi yang aneh. E..ada Wildan juga. Wah, sephianya Kang Pahmi kok gak ada ya??? “Diajeng Tyo, kamu kemana?” hahaha…
Lagi asyik makan “pastel” pemberian Mbak Santi, Nungma dikejutkan oleh SMS dari Mbak Umi Kultum…
“Mb Nungma, tlg keluar bentar. Aku tabrakan di perempatan dr.oen”

Weikz, langsung dah. Tanpa ba-bi-bu, Nung ambil langkah seribu. Meninggalkan seculi pastel yang tinggal satu kali suap. Setengah percaya, Nung keluar gerbang SMP menuju daerah perempatan dr.Oen. Beneran, Nungma belum 100% percaya, karena SMSan kemarin malam dan komen2 di FB kita malah asyik guyonan dan bercanda. Sempat terpikir, jangan-jangan Mbak Umi ngerjain nih. Makanya, Nung belum ngasih tahu yang lain. Memastikan dulu. Celingak-celinguk di dekat bangjo. Di mana mbak Umi Kultum-nya??? Akhirnya tak telp. E, ternyata…Mbak Umi sudah nangkring dengan suksesnya di sebuah bangku merah depan toko dengan tampang meringis tapi tetap berusaha tersenyum manis. Gubraaaak….^^v

Ternyata eh ternyata, tadi sebelum belok ke arah SMP sempat terjadi adegan ciuman dengan bamper mobil. Mbak Umi pun dirawat oleh 2 cewek yang tadi juga ada di dalam mobil yang nabrak dia. Mereka anak Poltekes. Luka memar dan lecet-lecet di bagian tubuh sebelah kiri. Kaos kaki sebelah kirinya aja sampai sobek n dia pakai tas kresek sebagai pengganti kaos kaki. Ngekek deh aku! Ku ngasih tahu Diah Cmut kalau aku lagi nemenin Mbak Umi yang tadi tabrakan tapi jangan ngasih tahu sapa-sapa dulu. Karena perawatan lukanya belum usai. Setelah kelar, akhirnya bala bantuan pun datang. Ada Diah Cmut, Ayu’, dan Mas Dwi.

Selang beberapa saat kemudian, para anggota Pelangi pun bermunculan. Kayak laron aja. Gek mbak Umi pas ekspresinya gak cetho blazzz…senyam-senyum gak jelas. Hahaha…malah berakhir foto-foto. Jian, narsis puol. Sepeda motornya biar diperbaiki dulu dan kita pun kembali ke markas. Mbak Umi diboncengin Mbak Fitri pake legenda-nya Mas Dwi. Kemudian dipapah ke atas oleh Mbak Ivon dan Mbak Eka. Sampai di tangga menuju Ruang Multimedia, terjadilah diskusi konyol tentang “Kongkalikong”. Hahaha…istilah yang bikin ngakak guling-guling.

Duduk sebentar di kursi. Ah, banyak adegan yang bikin ketawa sampai nangis. Wkwkwk. tabahkan hatimu ya Mbak Umi. Berdoalah, doa orang teraniaya insya Allah diijabah. Hehehe…(foto-foto pun tetap berlangsung. Seru! ^^

Dan duo HUMAS Pelangi pun membuat kesimpulan atas kejadian yang baru saja menimpa Mbak Umi,
“Nung, ternyata memang benar, ada yang jauh lebih narsis, lebih manja, dan lebih konyol dari kita ya?”, ujar Mbak Santi, merasa kalah saingan. Hahaha…
“Iya, Mbak!”, kata Nungma mengiyakan. Wkwkwk…dasar mbak Umi Kultum!
***
Tak terasa adzan Ashar berkumandang.
Pada reportase ini Nungma tidak bisa mengisahkan aksi Mas Aden. Tolong yang kemarin ada di lokasi bisa menceritakan maksud dan tujuan Mas Aden jadi “bintang tamu” di pertemuan Pelangi kemarin. Katanya sih, “pamitan” karena mau lengser. Wah, bagi-bagi SAOS dong Mas buat kenang-kenangan. Hehe…

Saat asyik duduk-duduk di serambi depan Ruang Multimedia, Mas Aris El Durra datang. Ah, telat ni orang. Hehehe…kejadian seru baru saja terlewatkan.
Pending sholat Ashar sampai jam 15.30…kemudian lanjut materi dari Kang Pahmi.

Masih di Markas, 15.30-17.15 WIB
Kang Pahmi menjelaskan tentang “POWERFUL HEADLINE” dan “MENCURI PERHATIAN di PARAGRAF AWAL”. Materi yang seru…banyak ilmu dan hal baru yang didapat. Sip dah… tapi kegilaan dia pun tetap aja muncul. Apalagi saat tu kepala suku mengungkapkan kerinduannya dengan Diajeng Tya, sang sephia yang pada pertemuan kali ini Diajeng Tya berhalangan hadir karena harus “munggah gunung” memperdalam kitab sakti peninggalan Sun Go Kong. Hahahaha…
(Adegan di luar ruangan: Diah Cmut dan Ayu’ malah asyik bikin kreasi unik dan pemotretan untuk majalah EMBUN. Hihihi…)

Kita pun sempat dipertontonkan dengan short movie-nya Raditya Dika si “Kambing Jantan”. Hm, jadi pemantik semangat dan pelecut motivasi juga! “INI CERITA HIDUP GUE, APA CERITA HIDUP LOE???”

Ayo, keluarga Pelangi segera selesaikan naskahnya ya! Ingat, akhir bulan mau dicek dan ricek. Saling membantu, saling menyemangati dan saling mendoakan ya! Semoga senantiasa diberikan kemudahan oleh Allah SWT. Amin.

Ayo, Nung!!! KAMU BISA!!! BE FOCUS!!! (tanda “penthung” nya banyak, biar lebih semangat. Hehehe…).
Bismillah….

Dan kisah Pelangi sore ini ditutup oleh rona jingga penuh cinta dari lukisan senja yang begitu memesona…Awesome!

Ngabsen dulu ah…
Yang datang:

• Kang Pahmi, Mas Nur, Mas Dwi, Mas Aris El Durra, Mbak Amrih, Mbak Nury, Mbak Ivon, Mbak Fitri, Erni, Mbak Eka, Mbak Umi, Mbak Anik, Mbak Santi, Nungma, Diah Cmut, Ayu’, Mbak Fu’ah (jaga baik-baik calon ponakan Pelangi ya mbak!)

Yang gak datang:
• Mas Tyo (Diajeng Tya, ketidakhadiranmu membuat kakanda Pahmi kesepian tuh….hahaha), Mas Ruri (kecapekan ya Mas abiz meet n greet dengan Kyai Slamet?), Bunda Eny (dedek kecilnya kapan-kapan diajak dong, Bund), Pak Wiwid.

Logistik hari ini:
• teh panas, kue bolu tape, roti tawar bertabur meyses, pastel, ‘n pudding.

WORO-WORO:
• Ingat, tanggal 20 Maret 2011 ada MUSCAB FLP SOLO RAYA jam 08.00-15.00 di SD IT Nur Hidayah. Masa depan FLP SOLO RAYA ada di tangan perwakilan ranting yang datang. Hohoho…
• Tanggal 20 Maret 2011 otomatis pertemuan Pelangi libur dah. Sampai ketemu di pertemuan-pertemuan super seru selanjutnya yaaaaa…
• Doakan Pelangi segera MANTU! ^^

[Keisya Avicenna, humaz’crew. Terima kasih Kang Pahmi atas buku “MENITI JALAN PEWARIS NABI”-nya. Ah, sebuah ending yang sangat indah dan itu menunjukkan sisi “kewarasan”-mu. Hihihi…Sippp…^^v]