Jejak Karya

Jejak Karya

Sunday, June 12, 2011

Jejak-Jejak di Ganesha [Part. 1]

Sunday, June 12, 2011 0 Comments

Ketika pintu pertama tertutup dan tak bisa dibuka lagi, yakinlah masih ada pintu lain yang bisa dimasuki. Memang dibutuhkan perjuangan untuk bisa menemukan kunci yang tepat!


~Ketika harapan belum bisa bersanding dengan kenyataan, yakinlah bahwa saat itu Allah Swt tengah mengajarkan kita tentang arti kesungguhan~
***
"Maaf Mbak, sudah penuh!"
"Waduh Neng, di sini nggak bisa bulanan, harus tahunan..""Wah, tinggal satu kamar... Nggak bisa berdua..."

Begitulah penolakan demi penolakan yang kami (saya dan Mbak Dy) alami saat mencari kos di daerah ITB kemarin.

Saya mencoba berbagi kisah saya kemarin ya. Sabtu, 11 Juni 2011 bertepatan dengan hari kelahiran ibu saya. Selepas Subuh saya sudah keluar kos dengan satu tujuan. Stasiun Gambir! Sempat menelepon ibu untuk mengucapkan selamat dan minta doanya karena hari ini mau berpetualang ke Bandung. Sempat juga menelepon Mbak Dy untuk meyakinkan bahwa dia sudah bangun (hehe) dan siap beli tiket di Gambir (berhubung kosnya dekat Gambir). Berhubung keretanya berangkat jam 05:45 dari Gambir, saya pun naik taksi dari Jalan Otista Raya.
"Kereta jam berapa, Mbak?" tanya sopir taksinya.
"Jam enam kurang seperempat, Pak!"
"Wah, mepet nih!"
Meski pernyataan pak sopir sempat bikin saya gusar dan tegang, saya mencoba menenangkan diri. Saya yakin, insya Allah sampai di tempat sebelum kereta datang. Taksi melaju berpacu dengan waktu hingga akhirnya sampai di depan stasiun Gambir. Alhamdulillah... Belum terlambat. Ternyata Mbak Dy masih antri di loket. Tanpa sepengetahuannya, saya mengantri di belakangnya.
"Mau ke mana, Mbak?" sifat iseng saya keluar (Mbak Dy masih serius menghadap ke depan)
"Ke Bandung!" jawabnya sambil memutar kepala searah jarum jam.
Ngik, waktu menoleh.. Tahulah dia bahwa saya sudah berdiri di belakangnya.
Kami pun membeli tiket bisnis kereta Argo Parahyangan. Kami duduk di gerbong 3 kursi 5 C dan D. Pukul 05.45 kereta pun bergerak meninggalkan stasiun. Oh ya, sebelumnya kami sempat melihat ada seorang Bapak yang tiba-tiba duduk di kursi depan kami dan mendekati seorang mahasiswi (sepertinya) yang tengah duduk sendirian. Bapak itu bermaksud meminjam HP sang Mbak karena katanya baterainya rusak. Tanpa bermaksud su'udzon, saya dan Mbak Dy waspada dan menguping pembicaraan di depan kami. Karena sebelumnya Mbak Dy mendapat pesan dari Mel (rekan kerjanya) agar lebih berhati-hati di stasiun karena beberapa waktu yang lalu Mel sempat juga didatangi seorang laki-laki necis yang sepertinya berniat menghipnotisnya.
Sepertinya si Mbak juga curiga, terbukti dia mengatakan kalau pulsanya habis. Bapak itu terus mengulang penjelasannya bahwa ia bermaksud menelepon istrinya agar menjemputnya di stasiun Cimahi. Katanya si Bapak rematiknya kambuh. Akhirnya si Mbak memberikan HPnya ke si Bapak. Si Bapak pun menelepon istrinya dengan setengah berteriak (suaranya kencang sekali). Isinya beliau minta dijemput di stasiun. Pada sesi ini kami semakin waspada. Karena bisa dimungkinkan si Bapak lari sambil membawa HP si Mbak. Haha, dasar parno! Kalau memang seperti itu, saya sudah ancang-ancang lari mengejar si Bapak. Hehe! Dasar!
Tapi, ke-parno-an kami tidak terjadi. Si Bapak mengembalikan HP itu, berterima kasih, kemudian kembali ke tempat duduknya. Uhf.. Alhamdulillah... astaghfirullah... Maafkan kami ya Allah... Kami hanya bermaksud untuk waspada, bukan berburuk sangka...
Pukul 06.45, kereta bergerak meninggalkan Jakarta. Bismillahi tawakaltu 'alallah... Inilah perjalanan pertama saya ke Bandung naik kereta. Ahh, saya yakin! Selalu ada yang istimewa di setiap pengalaman pertama. Dalam perjalanan, selain ngemil dan bercengkerama bersama Mbak Dy, saya sempat membaca bukunya Ustadz Burhan Sodiq yang berjudul "Merengkuh Berkah Ramadan". Subhanallah... Pertemukan kami dengan bulan mulia itu. Insya Allah, Ramadhan kali ini menjadi Ramadhan yang berbeda karena saat Ramadhan itu kami tengah mengikuti perkuliahan matrikulasi di ITB Ganesha. Semoga full barokah... Aamiin...
Alhamdulillah, sekitar pukul 09.00 kereta sudah merapat di stasiun Bandung. Setelah beli tiket ke Jakarta nanti jam 16.00 dengan kereta Argo Parahyangan juga, kami pun melanjutkan perjalanan menuju ITB Ganesha dengan naik angkot warna ungu jurusan Cisitu. Sepi, itulah kesan pertama kami saat menginjakkan kaki di daerah tersebut. Hehe... Saya baru dua kali ke Bandung!
Kami duduk di samping pak sopir.. Hihi, maksudnya sekalian survey tempat asyik buat cari oleh-oleh. Halah! Padahal baru datang! Akhirnya tahu juga kalau di depan stasiun Bandung ada Kartika Sari dan foodcourt. Sip, bakal dikunjungi nanti sore sebelum pulang!
Sampailah jua di gerbang belakang ITB Ganesha. Langsung masuk gerbang yangg sedikit terbuka dan mulai mencari letak Gedung Labtekno III yang rencananya akan digunakan untuk ruang kuliah matrikulasi kami nantinya. Seru juga waktu nyari ni gedung sampai akhirnya ketemu juga meski belum bisa masuk karena ruangannya dikunci. Keluar dari gedung, berniat untuk mencari kos. Akhirnya tanya ke pak Satpam dimana lokasi kos yang dekat dengan kampus. Pak satpam yang berlogat sunda itu pun segera meraih bolpoin di sakunya dan mengambil secarik kertas di depan mejanya kemudian menggambar peta daerah Cisitu. Peta "setengah buta" sih. Hehe! Pak Satpam menerangkan kepada kami dengan serius dan sungguh-sungguh. Kami hanya manggut-manggut sambil nyengir padahal sama sekali "blank" dengan tempat yang disebutkan Pak Satpam. Hmm, meski begitu ya masih cukup mengerti lah.
Setelah berpamitan kepada Pak Satpam, kami pun melanjutkan perjalanan lewat gerbang belakang. Lapar! Akhirnya kami mampir sebuah warteg dan membeli makanan khas Sunda. Uniknya ada telor dadar serupa jala. Setelah makan, kami bermaksud menuju cisitu lama. Menurut si akang yang punya warung, cisitu lama cukup dekat dan bisa ditempuh dengan jalan kaki. Saya dan Mbak Dy pun berjalan kaki menuju cisitu lama sambil menggelar peta kecil yang digambar Pak Satpam tadi. Berpetualang!!!
Wuih, ternyata lumayan jauh juga. Sempat bingung juga dengan gambar peta karya Pak Satpam tadi. Lha kok malah nyasar ke cisitu baru. Ya sudah, akhirnya kami masuk gang di cisitu baru. Tanya ke beberapa kos, ternyata kebanyakan sudah penuh. Kami pun sepakat mencari ke daerah plesiran dan taman sari (depan ITB, dekat kebun binatang). Dari cisitu baru, kami naik angkot ungu kemudian ganti angkot lagi menuju plesiran. Masuklah kami di Jalan Plesiran. Wuih, langsung menemukan kost yang membutuhkan penghuni. Mbak Dy mencoba memencet bel. Ada yang membuka. Hmm, kata si Mbak penghuni itu, bapak kosnya tidak di rumah tersebut dan kami diminta menghubungi nomor teleponnya. Singkat cerita, saya dan Mbak Dy mulai tidak sreg dengan kos itu karena penghuninya ketus. Akhirnya kami, menyusuri jalan lagi. Wah, beragam pemilik kos kami temui. Sempat kami merasa sreg dengan sebuah kos dan ibu kosnya. Sayang, kos itu sudah penuh. Akhirnya kami berpindah ke Jalan Taman Hewan. Kami mencari dan terus mencari, sampai lewat pintu masuk kebun binatang. Hmm, sebenarnya kami kurang sreg juga dengan lingkungannya yang padat dan sedikit kotor. Saya sempat menghubungi adik tingkat SMA saya yang juga kos di daerah Plesiran. Hmm, ternyata dia sudah ngekos dengan suaminya. Dan katanya memang untuk masa sekarang rada sulit mencari kos yang bulanan.
Sampai ke pelosok jalan, kami belum menemukan kos yang kami cari. Waktu sudah Dhuhur, saya mengusulkan ke Mbak Dy sebaiknya kami sholat dulu di Masjid Salman ITB. Kami pun menuju ke sana. Sempat beli cimol. Maklum, laper! Sempat nyasar dulu, sampai akhirnya tiba juga di Masjid Salman. Alhamdulillah.... Ngadem!!!
Selesai sholat, saya mendapat informasi dari Mbak Ajeng (salah satu kenalan saya di ITB). Ada beberapa kost muslimah yang beliau infokan kosong. Tapi statusnya masih kurang jelas. Di lain tempat, rombongan Mbak Silvi (Mbak Frida, Mas Andung, Mas Afif) juga tengah mencari kos. Kami saling bertukar informasi. ternyata sama-sama belum dapat. Kami juga sempat mampir di salah satu sekretariat Salman yang di dalamnya ada dua orang muslimah. Kami mengetuk pintu. Mbaknya keluar dan dengan ramahnya bertanya ,"Ada yang bisa saya bantu, Teh?". Saya pun bertanya di mana kami bisa mendapatkan informasi terkait kos putri. Ternyata dia kurang tahu juga. Hmm, keluar dari kawasan sekre Salman tadi, Mbak Dy malah menyeletuk ingin belajar bahasa Arab! Wah, saya juga! Tapi kan kami di sini kan cuma dua bulan. Semoga niat baik kami sudah tercatat dan semoga bisa terealisasi.
Kami meninggalkan Masjid Salman ITB dengan semangat dan harapan baru semoga segera mendapatkan kos yang kami cari. Kali ini kami berencana mencari di Cisitu Lama. Keluar dari Salman, kami mampir beli minum dulu kemudian berjalan menuju Jalan Taman Sari untuk naik angkot. Sepanjang jalan, kami mengamati pamflet-pamflet yang terpajang di pohon.
Aha! Ada satu pamflet yang cukup menarik! Ada kamar kosong, 400 rb/bulan, untuk muslimah, ada dapur, dah free listrik + air, hanya sekali angkot kalau ke ITB. Saya pun menghubungi nomor yang tertera di pamflet itu. Wah, masih ada kamar kosong! Tapi sayang, cuma tinggal sekamar dan tidak boleh sekamar berdua! Lemes deh! Perjalanan berlanjut, kembali menemukan pamflet dan menghubungi nomornya. Kali ini seorang bapak yang menerima. Wah, masih banyak kamar kosong! Sumringah deh! Tapi langsung lemes lagi gara-gara tahu harganya! Rp 1.500.000,-/bulan dengan fasilitas seperti hotel bintang 5. Gubrak!
Ya sudah, akhirnya kami berjalan menuju jalan raya untuk naik angkot. Di kanan kiri jalan banyak kuda cakep yang 'parkir'. Hehe... Sempat dikagetkan juga dengan keberadaan seekor kuda yang tiba-tiba kepalanya menoleh ke arah saya! Hmm...
Kami kembali naik angkot ungu menuju Cisitu Lama. Cuma kami berdua yang jadi penumpang. Dari pak sopir, kami mendapat informasi kos. Kami pun diberhentikan dengan hormat di Cisitu Lama gang I. Kata Pak Sopir, dari Gang I sampai Gang VIII ada banyak kos. Sip, pencarian dimulai kembali!!!
Berawal dari jalan kecil sebelum gang I kami mengawali pencarian. Tanya sana-sini. Masuk dari 1 kos ke kos lain. Sayang, belum ketemu juga. Puluhan kos kami gali informasinya. Kebanyakan masih penuh, baru diperbaiki, tidak menerima bulanan, dan satu hal... Kebanyakan yang bulanan adalah kos laki-laki! Memang benar sih, ITB didominasi laki-laki. Total mungkin ada 50-an rumah kos (kurang dan lebihnya saya mohon maaf nggak menghitung secara detail soalnya!) yang sudah kami kunjungi hari ini. Man shabara zhafira (Siapa yang bersabar akan beruntung)! Jangan berputus asa dari rahmat Allah! Jangan menyerah, Tik! Tetap semangat! Itulah kata-kata motivasi yang saya letupkan dalam hati untuk mengafirmasi diri.
Sampai akhirnya, saat waktu hampir menunjukkan pukul 15.00 (kereta kami pukul 16.30) kami menemukan sebuah kos muslimah. Kami ketuk pintunya, mengucapkan salam, dan keluarlah seorang ibu berjilbab. Kami menanyakan apakah masih ada kamar kosong. Ternyata... Penuh!!! Sang ibu akhirnya mengajak kami mengunjungi sebuah rumah berpagar merah. Ada seorang ibu paruh baya yang keluar dari rumah itu. Alhamdulillah, ada sebuah kamar kosong! Kata ibunya, memang buat kos tapi tahunan! Akhirnya saya lobi untuk dua bulan ke depan. Alhamdulillah, ibunya setuju. Toh kami di sana juga cuma sampai tanggal 20 Agustus (sebelum tahun ajaran baru).
Sang ibu hanya tinggal bersama suaminya. Mereka berdua ternyata atlet bangsa yang luar biasa. Atlet lempar lembing dan satunya saya lupa! Mereka berdua telah menyumbangkan banyak medali buat bangsa ini. Terbukti dengan banyaknya medali yang dipajang dan beragam foto mereka berdua di berbagai belahan dunia. Ah, saya kagum! Apalagi di usia senja mereka, masih menjadi ketua RT!
Kami diberi kebebasan menggunakan dapur (horeeee! Bisa masak!), kulkas, air, sofa, dll. Alhamdulillah, kosnya juga dekat masjid. Namanya masjid Ar-Rahim. Minimal kami bisa menggunakannya selama Ramadhan (meski sekali-kali kami pun ingin menjadikan Masjid Salman ITB sebagai tempat beraktivitas selama Ramadhan nanti). Setelah membayar DP, kami bermaksud balik ke Jakarta. Subhanallah, si ibu memberi kami sekotak black forest sebagai bekal perjalanan. Maklum, hari itu pas mau diadakan rapat RW di rumah beliau. Wah, kejatuhan durian runtuh nih! Setelah keluar dari rumah tersebut, ternyata kosnya juga dekat dengan jalan raya untuk naik angkot, dekat counter, fotocopy, laundry, rental. Sip deh!
Pukul 15:45 kami sampai di Kartika Sari depan stasiun Bandung. Saat itu kami juga mendapat kabar kalau Mbak Silvi cs juga sudah dapat kost. Sayang, mereka juga ada tawaran kos buat kami di saat kami sudah menemukan! Ya sudahlah... insya Allah, semoga masing-masing mendapatkan yang terbaik. Setelah beli oleh-oleh, saya dan Mbak Dy menuju foodcourt untuk membeli mie kocok! Hihi, krupuknya berwarna pink! Hanya 10 menit makannya. Pukul 16.10, kami jalan menuju stasiun. Alhamdulillah, sampai juga di dalam kereta. Bismillahi tawakaltu 'alallah... Akhirnya pukul 16.30 kereta Argo Parahyangan itu meninggalkan Bandung dan menuju Jakarta...
Alhamdulillah... Petualangan hari ini sungguh luar biasa. Insya Allah, hari-hari ke depan masih banyak lagi petualangan yang harus kami jalani di kota Kembang ini. Hmm, semoga senantiasa diberi kemudahan dan full barokah dari Allah. Terlebih nanti tepat saat bulan Ramadhan. Biarlah semua yang kami alami menjadi pelajaran berharga dalam hidup. Menjadi bekal yang mendewasakan kami dan menjadi inspirasi yang mengingatkan kami sebagai kesyukuran atas segala nikmat-Nya. Yakin saja, di balik setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Jangan berputus asa dari rahmat Allah dan yakin bahwa pertolongan Allah sangat dekat dan hadirnya kerap tak terduga. Semangat Sukses (S2)!!!

Jakarta, 120611
Aisya Avicenna

Thursday, June 09, 2011

SUNYI UNTUK VAY

Thursday, June 09, 2011 0 Comments


by Norma Keisya Avicenna on Thursday, June 9, 2011 at 2:08pm

Aku memilih untuk tetap tersenyum meski sang waktu mungkin tak bersahabat denganku. aku yakin, semuanya akan baik-baik saja. "Kamu harus jadi gadis yang tegar, Vay!", jabat erat tangan seorang sahabat sebelum kita berpisah...(biar saja kusimpan rasa kecewaku!)



Dia dan malam, tiba pada kelelahan. Langkah yang mengusung beban penantian terpaku di bibir danau. Hujan, pembawa kerinduan dan kehidupan telah berhenti membasuh bumi. Langit kini bertahtakan bintang, ramah bertegur sapa pada kelamnya malam. Sinar bulan sabit memecahkan lamunan, menuntun pandangannya menyambut tetes-tetes hujan yang membiaskan sinar bintang dan rembulan. Saat itu tubuhnya rebah mencium tanah, sekadar menyandarkan kelelahan dan kerinduan.



Fajar di hari muda berbinar terang setelah kaki melangkah jauh. Setelah badan tertopang letih, setelah jiwa terselimuti kerinduan, setelah berharap menjadi kehidupan. Musim semi telah datang membinarkan kesayuan alam. Sepagi itu mentari merangkak menyentuh kebangunannya, sepagi itu nyanyian burung menggemakan nyanyian hatinya. Sepagi itu ia bangun dan tersenyum, masa penantiannya telah ditinggalkan jauh di puncak bukit, masa kesendiriannya tersesat di dalam hutan, dan masa kerinduannya telah tenggelam di dasar danau. Sekarang, ia sampai pada ujung penantian. Ada yang mendengar ia bernyanyi, menangis, atau berjanji...

*Terima kasih untuk semua pemberian terindahmu



-VAY-



"seperti daun bertemu ranting

bersama di pohon yg sama

ditiup angin kemana aja

selalu kompak..."

(pesan seorang ustadz ^^v, semoga kelak aku pun bisa...)



PELABUHAN

Kenapa tak pernah kau tambatkan perahumu di satu dermaga? Padahal kulihat, bukan hanya satu pelabuhan tenang yang mau menerima kehadiran kapalmu! kalau dulu memang pernah ada satu pelabuhan kecil, yang kemudian harus kau lupakan, mengapa tak kau cari pelabuhan lain, yang akan memberikan rasa damai yang lebih? Seandainya kau mau, buka tirai di sanubarimu, dan kau akan tahu, pelabuhan mana yang ingin kau singgahi untuk selamanya. hingga pelabuhan itu jadi rumahmu, rumah, dan pelabuhan hatimu

[Tias Tatanka]

Monday, June 06, 2011

Reportase Aisya : Melihat Indonesia dengan Senyum

Monday, June 06, 2011 0 Comments
Bersama Panitia

"Melihat Indonesia dengan Senyum" (Behind The Scene)

Jumat, 20 Mei 2011 bertepatan dengan hari Kebangkitan Nasional... Hehe.. Saat itu saya mengenakan seragam KORPRI karena harus upacara. Halah, sebenarnya bagian ini tak perlu diceritakan. Tapi ya ikhlaskan diri untuk membacanya. Kan saya yang bercerita. Habis Maghrib saya masih berada di kantor karena memang ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Saat pekerjaan sudah selesai, saya tidak langsung pulang karena diperkirakan kondisi jalan masih sangat macet. Akhirnya saya buka blog dan FB. Nah, saat online di FB itulah seorang sahabat lama bernama Hasan Zuhri menanyakan apakah saya pernah nonton film inspiratif. Tentu saja saya pernah melihatnya. Lantas saya tanyakan, film apa yang dimaksud? Hasan menjawab, "Alangkah Lucunya Negeri Ini". Oh, kalau film itu saya belum melihatnya! Hasan pun kembali bertanya, apakah ada rekomendasi film lain? Karena dia akan mengadakan acara bedah film untuk adik-adik remaja masjid binaannya. Hmm, saya balik tanya mengapa memilih film "Alangkah Lucunya Negeri Ini"? Saya pun menambah pertanyaan lain, mengapa tidak bedah buku saja. Hasan kembali memberi tanggapan, sepertinya ia tertarik untuk bedah buku juga. Karena sudah waktu Isya, saya pamit pada Hasan (meski chat belum selesai) sambil memberikan nomor HP saya.
Waktu itu, yang ada dalam pikiran adalah saya hanya sebagai pemberi masukan atas acara yang akan digelar Hasan. Hingga dua hari kemudian, ada nomor asing menghubungi saya. Ternyata Hasan. Dia kembali membuka ruang diskusi tentang acaranya sekaligus menanyakan apakah ada buku yang pernah saya tulis yang kira-kira bisa disesuaikan dengan film "Alangkah Lucunya Negeri Ini". Saya jawab saja, sepertinya buku "OMG!Ternyata Aku Terlahir Sukses" cukup relevan. Akhirnya saat itu juga Hasan menodong saya untuk membedah buku itu sekaligus membedah filmnya. Wah, saya belum pernah melihat filmnya! Alasan saya agak keberatan jika harus membedah filmnya juga. Hasan menyeletuk, kan masih ada waktu untuk melihat filmnya dulu. Hmm, akhirnya saya menyanggupi. Padahal acaranya tanggal 29 Mei 2011.
Saya segera menghubungi HUMAS FLP Jakarta (Mbak Dina Sedunia) dan Kang Taufan terkait acara ini. Alhamdulillah, respon mereka positif. Sempat juga menghubungi Mbak Iecha terkait konfirmasi acara karena Mbak Dina sempat mengusulkan sebaiknya diadakan pelatihan menulis (FLP Goes to School) sekalian karena memang FLP Jakarta mendapat alokasi waktu juga untuk perkenalan dan acara lain sekiranya ada. Sebelumnya saya juga mengusulkan pada Hasan untuk mengadakan pelatihan menulis sekalian, tapi Hasan mengutarakan kalau peserta masih awam untuk menulis. Dahulu pernah diadakan lomba menulis cerpen, tapi hanya lima orang yang ikut. Sinergis dengan pendapat Mbak Iecha, akhirnya untuk acara tanggal 29 Mei 2011 sekedar memberikan motivasi menulis saja untuk peserta, bukan pelatihan. Dan memang Hasan juga menyarankan insya Allah, jika banyak peserta yang berminat, akan diadakan acara pelatihan menulis tersendiri untuk mereka di hari lain dengan persiapan acara yang lebih matang.
Oh ya, pada hari Selasa, 23 Mei 2011 saya berencana membeli film "Alangkah Lucunya Negeri Ini" dan buku "OMG! Ternyata Aku Terlahir Sukses" di Gramedia. Oleh karena itu, strategi pun disusun. Makan siang sebelum sholat Dhuhur. Setelah sholat, langsung naik bajaj menuju Gramedia Matraman. Lumayan jauh juga sih. Tapi, kalau tidak segera beli, bakal tertunda terus. Apalagi kalau pulang kantor sudah tidak memungkinkan untuk mampir ke Gramedia karena macet dan capek.
Sampai di Gramedia langsung menuju lantai 3, tempat buku OMG! Alhamdulillah, buku itu masih terpajang manis di rak. Saat menuju kasir, lewat bagian novel eh malah ketemu novel terbaru sekaligus novel terakhirnya almarhumah Nurul F. Huda yang akan dilaunching hari kamis ini, judulnya “Hingga Detak Jantungku Berhenti”. Akhirnya beli buku itu juga. Setelah itu lanjut ke lantai 2 untuk membeli film. Awalnya, penjaganya bilang kalau film itu belum ada. Masak sih? Kan film itu sudah cukup lama. Akhirnya, aku bertanya pada penjaga toko yang lain. Ia pun memberi tahu kalau filmnya masih ada. Pikir saya harganya sekitar Rp 50.000,- tapi ternyata harganya Rp 29.000,-. Saya pun membeli film itu. Jam 13.30 harus sampai kantor. Setelah buku dan film sudah didapat, saya pun keluar Gramedia. Awalnya hendak naik bajaj, tapi setelah dipikir-pikir, naik Kopaja 502 saja. Hemat ongkos! Alhamdulillah, sampai di kantor tepat waktu meski ngos-ngosan. Tapi puas banget! Siap melanjutkan pekerjaan!
Rencana awal, malam harinya akan nonton film. Tapi ternyata hari ini tepar. Baru Rabu malam saya bisa melihat film itu. Itupun sempat ketiduran. Hehe… Lucu pokoknya!
Singkat cerita, jumat malam saya terserang flu. Sabtu saya tepar. Bedrest. Tidak kemana-mana. Demam + flu berat + pusing! Padahal acaranya besok. Sore harinya Hasan sempat telepon untuk fiksasi acara. Hmm, Bismillah… insya Allah sembuh!!!

Ahad, 29 Mei 2011 alhamdulillah, pagi ini kondisi tubuh jauh lebih baik dari kemarin. Sudah tidak pusing lagi. Sebelum berangkat ke tempat acara hari ini, Mbak Dina sempat memastikan kondisiku. Dia juga mengabari kalau Mbak Iecha tidak jadi datang karena ada acara. Hmm, sempat kaget juga karena tidak sesuai rencana awal. Pagi ini juga sempat mendownload videonya Kang Arul yang direncanakan akan ditayangkan saat acara.
Sekitar pukul 10.00 aku keluar kost. Rencana awal mau naik busway sesuai arahan Hasan, tapi akhirnya naik bus 921 ke Blok M. Mana duduknya membelakangi sopir. Hihi… Dalam perjalanan, sempat baca tulisannya Pak Bambang Trim. Sampai di Blok M, ganti Kopaja 509 arah Kampung Rambutan. Awalnya sempat salah naik angkot lain. Tapi setelah memastikan kalau Kopaja 509 itu lewat Cilandak, akhirnya naik kopaja tersebut.
Wah, sudah jam 11.00 tapi belum sampai lokasi. Sempat cemas juga kalau terlambat karena direncanakan acara akan dimulai pukul 12.30. Mana saya sudah menjanjikan bawain film aslinya. Hihi, panitia punyanya yang copian soalnya (informasi valid dari Hasan).
Kopaja 509 sudah memasuki kawasan Cilandak. Saya tanya ke sopirnya apa lewat Elnusa, ternyata tidak. Akhirnya saya turun dari Kopaja dan naik taksi menuju Elnusa. Ternyata jalannya harus memutar. Hehe… seru juga sih karena berpacu dengan waktu. Akhirnya, sampai juga di depan masjid Baitul Hikmah Elnusa. Langsung menghubungi Mbak Dina, ternyata dia sedang makan siang dengan Mawah dan Soson. Saya mendatangi mereka dan turut memesan makanan. Sempat telepon Hasan dulu memberitahukan posisi saya sudah di depan Masjid Baitul Hikmah.
Setelah itu, menikmati makan siang bersama Soson, Mbak Dina, dan Mawah. Setelah sholat Dhuhur, kami pun segera menggelar stand FLP Jakarta di teras masjid setelah ber-“say hello” dengan panitia. Panitia juga menyediakan stand untuk “SUKA BUKU” (distributor buku “OMG! Ternyata Aku Terlahir Sukses!”) yang hari itu diwakili dua orang karyawannya.
***

"Melihat Indonesia dengan Senyum" (The Show!)

Pukul 12.30 film “Alangkah Lucunya Negeri Ini” mulai diputar dan sekitar pukul 13.00 sempat dipending dulu untuk acara seremonial. Pembukaan oleh MC, pembacaan tilawah dan sari tilawah, sambutan ketua panitia, dan sambutan pengelola (Hasan). Setelah Hasan memberikan sambutan, acara nonton film dilanjutkan. Subhanallah, seperti yang telah diberitahu Hasan bahwa pesertanya berusia remaja (seumuran SMP-SMA) yang juga merupakan remaja masjid Baitul Hikmah Elnusa. Lha ternyata yang datang tidak hanya remajanya. Tapi ada juga bapak-ibu guru TKIT Baitul Hikmah dan beberapa pengunjung yang kala itu sedang istirahat di masjid. “Saya tadi habis sholat ke sini. Tertarik lihat filmnya, Mbak!” tanya seorang ibu yang duduk di sebelah saya.
Sekitar pukul 14.00, Mbak Haniyah selaku moderator mulai beraksi. Film kembali dipending. Mbak Haniyah memperkenalkan saya dan Mbak Dina selaku pembedah buku dan film. Duet maut pun terjadi. Seru juga sih. Untuk pertama kalinya duet sama Mbak Dina. Meski awalnya rada grogi juga karena yang dihadapi bukan hanya para remaja, tapi juga bapak-bapak dan ibu-ibu, akhirnya kami bisa mentralisir suasana. Terlebih kalau Mbak Dina mulai mengeluarkan jurus narsisnya (memuji diri sendiri sampai akut!). Di sela-sela membahas buku dan film, kami juga membagi-bagikan doorprize. Seru deh pokoknya!
Kami juga sempat menayangkan videonya Kang Arul (sang guru kami) yang sering kami sebut dalam pembahasan buku “OMG! Ternyata Aku Terlahir Sukses!”. Hanya satu video yang kami putarkan yakni tentang motivasi menulis. Setelah itu, saya melakukan simulasi “BINTANG KESUKSESAN”. Pada simulasi ini, saya membagikan selembar kertas bergambar bintang yang kelima sisinya bertuliskan :
1.TOKOH IDOLA SAYA
2.DUA KESUKSESAN SAYA
3.DUA KEGAGALAN SAYA
4.EMPAT KATA YANG MENGGAMBARKAN DIRI SAYA
5.DUA CITA-CITA SAYA
“BINTANG KESUKSESAN” ini cukup banyak menggambarkan isi dari buku “OMG! Ternyata Aku Terlahir Sukses!”. Pun demikian bisa disinkronkan dengan film “Alangkah Lucunya Negeri Ini”. Dua orang peserta (ikhwan-akhwat) maju untuk membacakan apa yang telah mereka tulis. Saat menjelang Asar, acara dipending dulu. Setelah Asar, acara dilanjutkan kembali. Giliran Hasan yang bagi-bagi doorprize dari El Nusa. Pertanyaan pertama tentang siapa yang suka menulis diary. Di antara ketiga orang yang mengangkat tangan, saya salah satunya. Kemudian ditanya kapan terakhir kali menulisnya. Alhamdulillah, saya berhasil mendapatkan doorprize berupa buku diary juga. Hehe, baru kali ini sepanjang sejarah mengisi acara.. eh, pembicaranya juga kebagian doorprize… Doorprize yang dibagi Hasan, mulai dari buku diary, Al-Qur’an, sampai peta Palestina.. Keren dah! Setelah doorprize dari Hasan habis, acara dilanjutkan dengan “Selayang Pandang FLP Jakarta”. Kali ini Mbak Dina dan saya kembali mengisi acara dengan sharing tentang FLP Jakarta, sambil bagi-bagi doorprize tentunya. Setelah acara “promosi” FLP selesai, peserta juga diberi kesempatan bertanya tentang FLP dan dunia kepenulisan. Jawaban dari saya dan Mbak Dina tentunya jawaban real yang berasal dari pengalaman kami selama gabung di FLP.
Setelah itu, kami menonton film lagi sampai tamat. Seru juga. Kami tertawa bersama, bercanda.. ahhh, indahnya ukhuwah! Sebelum menutup acara, panitia menyerahkan kenang-kenangan kepada kami. Uhuy!

***
"Melihat Indonesia dengan Senyum" (Setelah Acara)
Pukul 17.00 acara selesai. Setelah peserta bubar, Hasan mengomandani kami untuk melakukan evaluasi acara bersama panitia. Sempat foto bersama, dan tentunya saya mendadak jadi artis gara-gara adik-adik pada minta tanda tangan di buku “OMG!Ternyata Aku Terlahir Sukses!” Hoho…
Setelah pamitan dengan pihak panitia yang diwakili Hasan, kami mulai menutup lapak (stand) FLP Jakarta. Sebelumnya, foto-foto dulu. Teteup! Foto bareng juga dengan perwakilan dari SUKA BUKU (distributor “OMG! Ternyata Aku Terlahir Sukses!”. Setelah itu, kami sholat Maghrib dulu, setelah itu berencana untuk makan malam bersama. Sayangnya, Mbak Rini sudah dijemput, dia nggak jadi ikut makan. Akhirnya, kami (Saya, Mbak Dina, Mbak Ade, Soson, dan Mawah) berjalan keluar kompleks Masjid Baitul Hikmah untuk mencari makan malam. Wuih, sepanjang perjalanan ternyata kami tidak menemukan satu warung pun. Akhirnya disepakati untuk beli makan di CITOS (Cilandak Town Square) yang katanya lokasi tidak terlalu jauh. Kita berjalan kaki ke arah barat. Lhoh, kok nggak sampai-sampai sih! Akhirnya, kami tanya pada seorang Bapak perihal lokasi CITOS. Hihi, ternyata si Bapak juga mau ke sana. Tambah anggota baru nih dalam rombongan jurit malam itu. Wuiiih… setelah mendaki gunung, lewati lembah (lebay!) plus diiringi nyanyiannya Mawah yang menyayat hati.. akhirnya kami sampai juga di CITOS. Langsung cari tempat makan yang asyik then SELAMAT MAKAN!!!!!!!
Setelah makan, langsung balik ke istana masing-masing.

What a wonderfull day!
Maaf ya reportasenya telat. Semoga berkenan

Aisya Avicenna

Monday, May 30, 2011

ROMANTISME SENJA

Monday, May 30, 2011 0 Comments


by Norma Keisya Avicenna on Thursday, May 26, 2011 at 5:26pm
Kembali aku dpertemukan dengan paduan warna nan rupawan.
Dominan jingga kemerahan tersapu langit yg membiru.
Sungguh menawan...
Kala lingkaran keemasan itu hendak kembali ke peraduan.
Ia masih sisakan semburat sinaran yg sarat makna cinta dlm kehidupan.
Karna itulah aku mengaguminya!

Meski hanya sekilas, namun sangat membekas.
Meski hadirmu sekejap, tapi buncahkan rindu yg tak mudah menguap.

Di batas senja, di penghujung cakrawala.
Masih ada isyarat yg tak terbaca...
Dari keheningan yg bercengkerama.
Masih ada rahasia yg tak terpecahkan...
Dari sejuta hampa yg dihamparkan!
Sendu...dan syahdu.

~saat menanti adzan menggema,agungkan asma-Nya!~

"Selamat berbuka puasa!", kata senja kepadaku sambil melambaikan tangannya. Tersenyum...

[Keisya Avicenna, dlm detik2 terbaik!]

Saturday, May 28, 2011

Impian Menawan jadi Kenyataan

Saturday, May 28, 2011 0 Comments
Duduk bersanding dengan Mbak Helvy dan Bunda Pipiet... Hihi... ^^v

Masih ingat tema saya di bulan MEI? Bagi yang lupa, saya ingatkan lagi ya. Pada bulan ini saya mengangkat tema : [M]elangkah pasti, optimalkan [E]nergi, tuk raih [I]mpian yang menawan. Alhamdulillah, dua impian yang menawan bisa terwujud dalam sebuah event di bulan Mei ini sesuai dengan tema tersebut. Bagaimana bisa? Begini ceritanya.
Kamis, 26 Mei 2011 akan digelar acara launching buku terakhir karya almarhumah Nurul F. Huda di Ruang HB Jassin, Taman Ismail Marzuki. Saya mengetahui informasi acara itu setelah diundang oleh salah seorang teman di FLP Jakarta yang bernama Ikal di FB. Saat mengetahui kalau acara akan diselenggarakan jam 15.30, langsung agak kecewa. Pasalnya, masih jam kerja. Kemungkinan untuk datang semakin kecil. Mengingat pekerjaan di kantor juga lagi banyak-banyaknya, semakin mengurangi prosentase kesempatan itu. Terlebih saat ini saya menjadi "single fighter" karena tiga partner kerja saya pada cuti. Jadi, saya juga menghandle tugas mereka. Jadinya, dalam pekan ini sampai dua pekan mendatang, saya akan bekerja secara nomaden di tiga komputer yang berbeda. Tapi, ada semangat membara untuk bisa menghadirinya terlebih saat tahu lokasi (TIM) dekat dengan kantor saya.HARUS BISA DATANG! HARUS BISA DATANG! Akhirnya menyusun strategi terutama tentang bagaimana caranya agar pekerjaan hari itu bisa selesai dengan cepat.
Hari Kamis pun tiba. Menjelang siang, kerjaan masih banyak. Tapi alhamdulillah, meski baru bisa keluar kantor sekitar jam 16.00, akhirnya dengan naik KOpaja 502, sampai juga di TIM meski terlambat. Saat masuk ruangan, langsung disambut dengan gegap gempita oleh Mbak Dina Sedunia dan Mbak Ria Syakrey sehingga membuat beberapa orang menoleh dan menatap saya. Wah, dikira ada artis datang! Hihihi...
Setelah duduk, baru sadar kalau ternyata tadi yang menoleh adalah Mbak Izzatul Jannah, Mbak Helvy Tiana Rosa, dan Bunda Pipiet Senja. Saya duduk di belakang mereka dan sempat menyapa serta cipika-cipiki dengan Mbak Izzatul Jannah. Subhanallah walhamdulillah, impian saya untuk bertemu dengan Mbak Helvy dan Bunda Pipiet Senja akhirnya terwujud juga! Tak menyangka! Hmm, semakin bersyukur... Inilah salah satu hikmah atas hijrah saya ke kota Jakarta ini.
Mbak Rahmadiyanti (Mbak Dee) sedang memandu acara. Sesaat kemudian Mbak Dee meminta Bunda Pipiet untuk maju ke depan. Bunda Pipiet tak mampu membendung air matanya saat beliau bercerita tentang almarhumah Nurul F. Huda. Bunda Pipiet bertutur tentang bagaimana kisah kebersamaannya dengan Mbak Nurul. Setelah Bunda Pipiet, Mas Yanuar juga diminta maju ke depan dan membaca puisi tentang kematian.
Satu persatu penulis yang hadir digiring maju untuk berkisah. Termasuk sang Ketua FLP Jakarta (Kang Tep) yang saat itu datang berbarengan dengan Bang Boim Lebon dan Mas Fahri Aziza. Ahh, mereka pun tak mampu menyembunyikan kesedihan. Meski acara menjadi bernuansa haru, tapi akhirnya kembali ceria penuh canda saat Bang Boim Lebon mengambil alih acara dengan lelang buku. Buku pertama yang dilelang adalah buku terakhir Mbak Nurul yang berjudul "Hingga Jantungku Berhenti Berdetak". Lelang cukup seru. Dari harga awal Rp 40.000,- akhirnya buku terjual Rp 1.000.000,-! Subhanallah... Ada bukunya Bang Boim juga yang dilelang judulnya "Kekonyolan dalam Rumah Tangga". Paling lucu waktu Bang Boim melelang buku "The Last Empress" yang ia pelesetkan menjadi "The Last Pampers". Gubrakz!!! Puluhan buku habis terlelang sebelum adzan Maghrib tiba. Oh ya, Mbak Helvy juga melelang kalung ungu kesayangannya. Tapi, beliau sendiri yang berhasil memenangkan lelang atas kalungnya.
Adzan Maghrib pun berkumandang. Sebelum menuju masjid TIM, saya dan beberapa teman FLP (Ikal, Mbak Elen, dan Mbak Ria) sempat menyapa dan foto bersama Mbak Helvy, Bunda Pipiet serta Mbak Dee. Oh ya, Mbak Dina Sedunia sudah balik lagi ke kampusnya untuk mengajar jam 18.00 tadi. Setelah itu kami menuju masjid Amir Hamzah. Hmm, banyak kenangan bersama teman-teman FLP Jakarta di masjid ini. Subhanallah, masjid ini sudah banyak berubah. Lebih keren!
Setelah sholat Maghrib, saya bersama Mbak Ria dan Mbak Elen kembali ke tempat acara. Sampai di ruangan, Mbak Helvy tengah membaca puisi yang kata beliau merupakan salah satu puisi yang sangat disukai Mbak Nurul. Setelah itu, satu persatu turut sumbang suara untuk membaca puisi. Mas Nahar Rasjidi, Mas Fahri, dan Bang Boim pun beraksi. Mas Nahar dan Mas Fahri begitu semangat dalam membaca puisi. Paling gokil ya Bang Boim, malah berpuisi atas puisi "Perahu Kertas" yang seharusnya dibaca.
Di penghujung acara, Mbak Dee mengumumkan hasil lelang yang akhirnya digenapkan Mbak Helvy menjadi Rp 5.000.000,-. Alhamdulillah...Secara simbolis (simbolnya berupa selembar kertas tulisannya Mbak Dee yang berisi daftar hasil lelang ^^), hasil lelang diserahkan Mbak Dee kepada Bunda Pipiet Senja. Insya Allah, semua hasil lelang didedikasikan untuk anak-anak almarhumah juga untuk membantu pelunasan biaya rumah sakit beliau.
Acara diakhiri dengan doa bersama dipimpin Mas Yanuar. Kemudian dilanjutkan foto -foto. Subhanallah, hari yang indah... Semoga full barokah... Semangat kebersamaan dan semangat berbagi inilah yang menjadikan FLP begitu luar biasa
. Semangat itu pulalah yang juga dimiliki Mbak Nurul F. Huda. Semoga karya-karya beliau menjadi amal jariyah pemberat timbangan kebaikannya di akherat kelak. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan kesabaran yang luar biasa. Dan semoga kami yang masih harus melanjutkan hidup di dunia, senantiasa diberi kemudahan untuk meneruskan perjuangan beliau. Semangat merangkai karya!

Jakarta, 28 Mei 2011_19:24
Aisya Avicenna

Thursday, May 26, 2011

Cobalah Perjuangkan Nikmati Syukuri by Keisya Avicenna

Thursday, May 26, 2011 0 Comments
Sesejuk angin di bulan Oktober 2010…

Dee Sayang, kembali kubiarkan aksaraku bermetamorfosis di lembaran putihmu. Mengabadikan setiap jengkal peristiwa dengan susunannya yang semoga penuh makna. Menjadi dokumentasi rekam jejak perjalanan hidupku.

Dee…Oktober menjadi bulan yang supersibuk, bulan yang penuh dengan Audisi Abdi Negara. Seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil. Nah, dalam audisi ini pun aku ingin ikut berpartisipasi dalam rangka mewujudkan salah satu impianku, salah satu impian bapak dan ibu juga. Meskipun CPNS bukan menjadi orientasi utama. Tetapi, aku tetap berusaha semaksimal mungkin dalam memperjuangkannya. Aku tetap berpegang teguh bahwasanya “Sebaik-baik rencana kita, jauh lebih baik rencana Allah Swt. untuk kita.” So, KEEP FIGHT!!!

Bismillah, dengan berbekal kata motivasi dari rangkaian huruf CPNS (Cobalah, Perjuangkan, Nikmati, dan Syukuri), akhirnya aku pun mulai disibukkan dengan persiapan macam-macam. Mulai dari registrasi online, memilih formasi yang sesuai dengan jurusan dan kompetensiku, persiapan berkas-berkas persyaratan, dan lain-lain.

Sebagai seorang fresh graduate, aku mendaftar apa pun lowongan CPNS yang ada formasi S1 MIPA Biologi. Seperti LIPI, BATAN, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup, dan Badan POM. Dari semua lowongan yang kudaftar itu, hanya LIPI dan Kementerian Lingkungan Hidup yang tidak lolos seleksi administrasi. Bismillah, saatnya berjuang totalitas untuk mengikuti audisi abdi negara! Doakan aku juga ya, Dee…

Jejak yang Terpetakan di Ibu Kota

Tanggal 24 Oktober 2010. Alhamdulillah, akhirnya aku bisa menghirup udara pagi kota Jakarta, Dee! Dan perjuangan pun dimulai. Agendaku tanggal 25 Oktober 2010 adalah pengesahan kartu Kementerian Kelautan dan Perikanan serta kartu BATAN. Di Jakarta, aku menginap di kost saudari kembarku, Mbak Etika. Dia sudah bekerja menjadi seorang PNS di Kementerian Perdagangan. Selama di Jakarta, ke mana-mana aku berpetualang sendiri. Dari saudari kembarku itu, aku dibekali sebuah peta kota Jakarta. Hehe. Jadi si bolang deh! Ah, aku nikmati saja petualangan ini. Mulai dari naik bus way, angkot, sampai jalan kaki berpanas-panas ria. Benar-benar merasakan romantika perjuangan ibu kota! Heroik pisan euy…

Tanggal 26 Oktober aku mengikuti test tertulis BATAN di GOR Simprug Pertamina. Berangkat dari kost jam 06.00, karena naik bus way, otomatis muter-muter, lama banget! Akhirnya, sampai di lokasi test jam 07.55. Hampir saja terlambat, Dee! Kalau sampai terlambat, gak bakal boleh ikut test. Dan aku sangat bersyukur bisa sampai lokasi sebelum jam 08.00! Fyyuhh…Lega banget Dee rasanya…

Tanggal 27 Oktober aku mengikuti test tertulis Kementerian Kelautan dan Perikanan yang berlokasi di GOR Senayan. Berangkatnya dah pagi banget, tapi tetap saja dapat bus kota yang empet-empetan, sesak banget euy…Tapi aku tetap menikmatinya. Kejadian serunya aku malah bisa ketemu seorang sahabat dari Universitas Sumatera Utara, yang dulu pernah ketemu waktu ada Seminar Nasional di Universitas Brawijaya. Jadi moment kangen-kangenan deh! Seru banget, Dee…

Tanggal 28 Oktober berpetualang ke Gedung Wanabhakti. Bisa melihat lebih dekat kompleks Gedung MPR-DPR. Jadi inget, salah satu impianku untuk bisa aksi di pelataran gedung itu pas zaman mahasiswa dulu belum bisa terealisasi. Hehehe…pulangnya naik bus way. Muter-muter lagi. Saking asyiknya menikmati perjalanan, aku malah nyasar sampai Terminal Pulogadung. Seharusnya aku tadi turun di Halte Senen, Dee. Hihi. Ya sudahlah…Kalau nyasar, cari halte bus way terdekat.

Tanggal 30 Oktober 2010 aku mengikuti test tertulis Kementerian Kehutanan. Lokasinya juga di GOR Pertamina Simprug, sama seperti saat test BATAN kemarin. Tapi, aku sudah punya jalur alternatif. Serunya, aku sudah sampai di lokasi sekitar jam 06.30. Masih sepi juga, hm…padahal test baru dimulai pukul 08.00. Rajin banget euy!

Test terakhir yang aku ikuti yaitu test Badan POM pada tanggal 1 November 2010 yang berlokasi di Balairung UI Depok. Alhamdulillah, aku dapat tebengan di rumah salah seorang kakak tingkatku dulu waktu kuliah. Akhirnya, terwujud juga impianku untuk menginjakkan kaki dan mengukir kisah di kampus kuning itu, Dee…

Tak terasa Dee, 8 hari aku berjuang mewujudkan impian untuk menjadi seorang PNS. Tidak aku pungkiri menjadi PNS merupakan impian banyak orang. Siapa sih yang gak ingin dapat penghasilan tetap tiap bulan, tunjangan pensiun, atau bonus-bonus yang lain, punya bargaining position yang kuat di tengah-tengah masyarakat? Ya, sekali lagi pekerjaan menjadi PNS masih menjadi incaran bahkan obsesi banyak orang. Tak heran, jika antrean panjang di loket-loket pendaftaran tidak akan pernah sepi saat audisi abdi negara itu dimulai. Tapi, PNS bukanlah suatu pekerjaan main-main. Menjadi PNS harus mampu melaksanakan tugas secara profesional dan bertanggung jawab dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan, serta bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Maka, hal pertama yang harus diperhatikan ketika hati kita tergerak untuk mengikuti audisi itu adalah niat. Niat hanya untuk mencari ridha-Nya. Dan ketika niat kita sudah menjadi kebulatan tekad, selanjutnya miliki keberanian untuk mencoba, bersungguh-sungguh dalam berjuang mengikuti audisi itu, menikmati setiap suka duka prosesnya, sampai akhirnya mensyukuri apa pun hasilnya. Karena dalam setiap kompetisi atau audisi pastilah ada yang MENANG dan ada yang BELUM BERHASIL. Karena sekali lagi, manusia hanya bisa berikhtiar dan berdoa maksimal. Dan, pada akhirnya nanti ada yang lebih berhak menentukan segala yang terjadi dalam hidup kita. Dialah Allah Swt.

Satu per satu hasil tes administrasi diumumkan. Bagi yang lolos seleksi test tertulis akan mengikuti tes selanjutnya, psikotes dan wawancara. Harap-harap cemas. Pada akhirnya, aku harus ikhlas menerima kenyataan, Dee. Dari sekian banyak test yang aku ikuti tidak ada satu pun yang lolos tahap selanjutnya. Sedih? Memang. Karena aku belum bisa mewujudkan impian bapak dan ibu. Tapi, aku harus tetap optimis. Mungkin aku belum bisa mewujudkan impianku menjadi seorang abdi negara, PNS (Pegawai Negeri Sipil). Tapi, aku akan berusaha mewujudkan impian-impian PNS-ku yang lain. Pengajar Nan Sabar (jadi guru); Penulis Nan Sensasional (jadi penulis); Pengusaha Nan Sukses (jadi entrepreneur); Pendamping Nan Setia (jadi istri yang shalihah. Amin Ya Rabb…); Pendakwah Nan Sholihah; serta PNS-PNS lain yang pada akhirnya nanti bisa mewujudkan impian paripurnaku untuk menjadi Penghuni Neng Surga. Bismillah…Allahu akbar!!!

“Yakinlah bahwa Allah Swt. selalu tersenyum dengan cara-Nya kepadamu. Mempersiapkan segala yang kamu butuhkan dengan misterius, menurut jalan-Nya. Jadi sekali-sekali wahai hati berhentilah bertanya, terimalah dengan lapang dada. Bersiaplah untuk rencana baru yang dipersiapkan oleh-Nya. Yakinlah bahwa Dia tidak akan mempersiapkan hal yang buruk untuk makhluk-Nya, semuanya pasti ‘kan indah pada akhirnya. TEPAT dan TERBAIK!!!”

*

Bio Penulis

Keisya Avicenna adalah nama pena dari Norma Ambarwati, S.Si. Terlahir kembar pada tanggal 2 Februari 1987. Saat ini berprofesi sebagai pengajar di Ganesha Operation Solo. Menguatkan azzam untuk menjadi seorang penulis dengan bergabung di Forum Lingkar Pena (FLP) Solo Raya angkatan ke-7 (FLP Pelangi). DNA (Dream ’N Action) menjadi salah satu motto hidupnya. Senang membaca, menulis, menggambar, membuat puisi, mengisi training, koleksi buku, berpetualang, melihat bintang, berkontemplasi, dan melakukan hal-hal yang menantang serta full inspirasi.
Share

Kini, Tak Ada yang Sama!

Thursday, May 26, 2011 0 Comments
by Norma Keisya Avicenna on Wednesday, May 25, 2011 at 6:25pm
Saat malam kembali menggelar jubah kelamnya.
Khusyuk ia tertunduk panjatkan doa...
Berteman hening, hadirkan sunyi yg sempurna.
Sepi sendiri mengeja hikmah, setiap hri b'ganti.

Jika hatimu b'tanya, Dia yg sudah sediakan jawabnya!
Jika hatimu meragu, Dia lbh tahu yg TERBAIK bagimu!
Jika hatimu tak kuasa menolak, mungkin itu pilihan yg TEPAT untkmu, kini dan kelak!

Biarkan jiwamu melanglang mencari kunang-kunang.
Yang tlah lama tak qt temukan.
Yang hadirnya slalu qt rindukan.

Kini b'damailah dgn hatimu.
Jiwamu yakinkan nuranimu.
"Semuanya akan baik2 saja", kataku...
Tersenyum dan berbahagialah, akhir kisah ini pasti 'kan indah!

Krn Dia Yang Maha Cinta sedang menyiapkan hadirnya, saat jiwa dan ragamu tlah siap pula...

*untuk sebuah amanah besar dunia dan akhirat!

"Yakin, Allah Swt pasti akan menjawab dgn lebih indah pd saat yg TEPAT dan TERBAIK"

~dedicated 4: seorang sahabat yg dariny ak smkn belajar utk memaknai indahny persahabatan dan manisny ukhuwah~

[Keisya Avicenna, dlm perjalanan Solo-Wonogiri]

Celoteh Aksara [44]: “Pelangi Mengeja Ayat-ayat Semesta_Tour d’PACITAN”

Thursday, May 26, 2011 0 Comments


by Norma Keisya Avicenna on Monday, May 23, 2011 at 4:56pm



[BACA SEMUANYA dan KOMEN SEBANYAK-BANYAKNYA! Komen terbaik dapat hadiah: Kaset rekaman… ;p]



Sabtu, 21 Mei 2011

Hari ini terasa berbeda, itu yang kurasakan! Yup, sudah ada agenda besar yang tertulis di catatan harian. Rihlah FLP Pelangi. Akhirnya, hari yang ditunggu-tunggu tiba juga…tapi, fisik ini agak kurang fit. Ya, sejak semalam mendadak radang tenggorokan, gejala flu, ‘n badan agak panas. Hadeuh… Buat ngomong aja agak susah. Allahumma ‘afinifii badanii.



Sekitar jam 04.00 Mas Dwi SMS, nyemangati anak-anak Pelangi buat segera bangun ‘n persiapan piknik. Selang beberapa saat kemudian muncul nama Casofa Fachmy di inboxku: “Guys, sori ea cah agus belum bisa ikut. Kata pak dokter akuh belum boleh. Masih butuh istirahat n mimik obat. Jagain alib ea. Walaupun ia agak ugal-ugalan. Tapi dia memang sangat sosis dan rudal.” Hadeuh kosakata remphong lagi nih. Gimana sih ni kepala suku, doi yang paling antusias n ambisius mpe dibela-belain diare buat ngadain piknik pas hari-H malah KO. Ckikikik…nyesel lu bro! Ops, tapi moga lekas sembuh dah…tak critani gayenge ae yho!



Akhirnya, dengan sedikit maksain diri (jujur, pengin rasanya hari itu izin gak jadi ikut karena kepalaku benar-benar pusing dan badan panas) akhirnya aku bersiap. Ternyata semalem tuh Mas Dwi, Ayu’, ‘n Diah Cmut juga merasakan hal yang hampir sama. Bismillah, Ya Rabb…berikanlah hamba kekuatan. Semoga pertemuan hari ini menjadi PERTEMUAN YANG MENYEMBUHKAN!!! Amin. SEMANGAT SEHAT, Nung!



Dengan dianter adik kost, kita sarapan bubur ayam dulu di dekat gerbang Hukum UNS. Selesai sarapan, sekitar jam 06.30, meluncur ke Depo Pertamina Ngemplak. Huaaaaaa….kok masih sepi? Katanya kumpul jam 06.00??? Remphong deh bhoook! Hm, menangkap sosok seorang muslimah yang nangkring di atas sepeda motor. Weladalah, Mbak Umi Kultum! Hihi. kebetulan Mbak Umi mang gak bisa ikutan, karena ada “tugas lain”. Rencananya beliau hanya pengin melepas kepergian kita. Lha kok dia yang nyampe duluan. Hihi. Nung akhirnya ikutan nangkring di dekat motor beliau.



Syok, benar-benar syok, ketika membaca beberapa sms yang masuk hampir bersamaan yang mengabarkan kalau Ustadzah Yoyoh Yusroh meninggal dunia karena kecelakaan. Di FB pun hampir semua status isinya berita duka terkait beliau. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Semoga beliau mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya. Aku pun merasakan langit semesta hari ini terlihat mendung, tidak secerah biasanya. Selamat jalan, bunda! Nung menjadi salah satu saksi, Bunda adalah orang yang baik, sangat baik. Insya Allah, khusnul khotimah (dapat kabar kalau jenazah beliau tersenyum. Subhanallah…). Mengingatkan kita untuk senantiasa DZIKRUL MAUT!



***

Anggota TK Pelangi yang datang berikutnya Mas Aris El Durra. Hihi. padahal tu orang kemarin dah ijin telat ke aku karena Sabtu ada piket di rumah sakit. Selanjutnya, Mas Alib Isa datang bawa satu kardus air minum pluz bagi-bagi pin Pelangi. Bagus banget, Mas! Selanjutnya, Ayu’ n Diah Cmut datang. Tapi kok Ayu’ yang di depan yha, pake MIO-nya Cemut? Lucu banget euy….hehe… gek kostume pake kaos ijo. Haha. Gakpapa…cuma mitos kan Yu’! Selanjutnya, si gondrong Wildan. Ayu’ n Cemut kemudian bagi-bagi permen sunduk. Alhasil, setiap anak TK Pelangi yang datang langsung bergaya ngemut permen kaki itu. Kecuali Nungma tentunya. Haha. Nung lebih milih Antangin-mu, Yu’! ckikikik… Selanjutnya, Mas Dwi datang boncengan bareng Mas Sururi. Ni orang pake tas gunung GD banget, ternyata bawa tikar. Hihi. koyo meh perang ae, Mas!



Ayu’ ngobrol sama Mbak Umi, Nung ngobrol sama Mas Alib ‘n sesekali nimbrung sama Ayu’, Mas Aris sibuk ngobrol sama Diah Cmut, Mas Ruri, Wildan, ‘n Mas Dwi. Semua punya dunia sendiri-sendiri dalam fase penantian itu. Erny datang bersamaan dengan yang kita nanti-nanti. Bis pariwisata “Putri Biru” yang akan membawa kita rihlah ke Pacitan hari ini akhirnya masuk ke dalam Depo Pertamina. Mas Tyo juga ada. Tinggal nunggu Mbak Nury dan Mbak Amrih deh. Gak perlu nunggu terlalu lama, akhirnya dua mbak itu datang juga. Pamitan sama Mbak Umi, boking tempat duduk di bis, checking akhir semua bawaan, dan setelah pembukaan pluz doa bersama yang dipimpin Mas Tyo, Sang “Putri Biru” pun bergerak perlahan namun pasti meninggalkan Kota Solo. Bismillah…



Sepanjang Perjalanan…

Nung mau crita posisi tempat duduk nih. Pada awalnya, dari depan teteup pak sopir dan seorang kondektur. Pluz sang asisten, Mas Tyo. Haha. Kemudian Mas Dwi, belakange ada Mas Ruri. Sampinge Mas Ruri ada Wildan. Belakang Wildan ada Mbak Amrih. Sampinge Mbak Amrih ada Erny, Belakang Erny ada Nungma. Sampingnya Nungma ada Ayu’. Belakang Nungma ada Diah Cmut, sampinge Cmut ada Mbak Nury, belakange Mbak Nury ada Mas Aris, deret belakang ada Mas Alib, mojok. Hihi…intinya satu orang berhak menguasai dua kursi. Uhuyyy… berhubung banyak yang gak bisa anteng, akhire pindah-pindah tempat duduk. Sampai daerah Kajen, Wonogiri, penumpang kita tambah satu orang, Mbak Eka. Sip, dan perjalanan pun dilanjutkan. Banyak makanan euy.



Hm, mau baca buku Ranah 3 Warna tapi gak jadi. Ntar aja deh…lebih baik menikmati perjalanan sambil bersenandung ria. (duet sama Ayu’. hihi…”Desir pasir di padang tandus, segersang pemikiran hati…”). Gek tembang Ayat-Ayat Cinta ini yang paling sering diputer. Hadeuh^^v. padahal dari nasyid yang diputer-puter itu, Nung paling seneng tembang “Surga Hati”-nya Ungu. Serunya sepanjang perjalanan: ngemil, cerita, foto-foto, bagi yang “SLEEPINGHOLIC” pasti kena jepret! Haha. Alhamdulillah, Nung dah lebih mendingan dari kondisi tadi pagi.



Memasuki kota Wonogiri, selanjutnya Ngadirojo, Baturetno…dan sampailah di gapura “Selamat Datang di Kota 1001 Goa”. Pacitan, we are comiiiiiiiiiiiiiiing!!! Akhirnya, sampai juga di Pacitan. Perjalanan ternyata masih cukup panjang. Berhentilah si “Putri Biru” di sebuah pom bensin daerah Punung. Pada ngabur ke toilet. Nung, Mbak Amrih, n Ayu’ mampir ke warung depan pom bensin buat beli teh anget ‘n gorengan. Kata ibu pemilik warung kalau mau ke Pantai Klayar kira-kira masih setengan jam-an lagi. Beliau juga berpesan supaya berhati-hati. Karena sudah ada 4 korban yang tertelan ombak. Hm…bismillah, Allah Swt adalah sebaik-baik pelindung!



Setelah rehat sejenaknya usai, kita pun putar balik ke arah yang ada tulisannya “GOA GONG”. Setelah melewati jalan yang berliku, berkelok-kelok, masuk-keluar hutan (halah), akhirnya sampai juga di kawasan parkir Goa Gong. Pak kondektur ‘n Mas Tyo turun dari bis. Ternyata si “Putri Biru” nggak bisa kalau harus dipaksa sampai ke Klayar. Karena jalannya “medeni”. Kita harus naik mobil pick-up untuk sampai lokasi. Alhasil, harus “nyarter”. Wah, ongkos maning duong. Gek per-gundul dikenai biaya 10.000. Sebenarnya seru sih, ntar kan bisa bergaya “chaiya-chaiya” pas naik pick up. Hihi. tapi akhirnya kita menerapkan pengamalan Pancasila sila ke-4, “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyaratan/perwakilan”. Akhirnya, kita rembugan dulu di bis, dan akhirnya tercapailah kata mufakat. Lokasi piknik pindah ke Pantai Teleng Ria. Selanjutnya, si “Putri Biru” putar haluan dan Mbak Eka sebagai pemandu pindah duduk di belakang sopir. Hihi…dan Nung akhirnya juga pindah tempat duduk di samping Ayu’. Mendadak kepala Nung pusiiing bangeet! Ayu’ yang baik hati, tidak sombong, suka menabung tapi banyak ngemil akhirnya menawarkan diri untuk merawat Nung. Hihi. enak euy…dipijeti! Sampai pules. Teriring tembang “Ayat-Ayat Cinta” yang masih mendayu-dayu. Nung terbangun saat proses pembagian snack. Hihi…Ah, ternyata belum sampai Teleng juga yha?



Selang beberapa saat, terciumlah aroma pantai. Uhuy…sontak anak-anak TK Pelangi langsung hebring sendiri. Wah, Subhanallah, melihat deburan ombak dari atas. Keren euy! Si “Putri Biru” sempat putar balik karena ngrasa kebablasen, e…tapi ternyata malah harus lurus dikit baru kemudian belok kanan. Sempat terjadi “ketegangan kecil”, tapi it’s OK! Huaaaaaaaaaaaaa…akhirnya kita sampai di Pantai Teleng Ria sodara-sodaraaaaaa…!

Sesi selanjutnya makan siang bersama di bawah rerimbun pepohonan. So romantic moment! Merasakan desau angin yang meniupkan kedamaian. Seger banget dah! Sayang ya, Pelangi gak lengkap. Kang Sofa sakit, Mbak Santi ada acara keluarga, Mbak Fitri juga, Mbak Fu’ah menjaga calon dedek bayi, Kang Nass juga gak jadi ikut, Mbak Anik gak dapat izin, Bunda Eny juga gak bisa, Mbak Umi ada tugas negara. Hm, kapan-kapan kalau ada piknik lagi semoga kita lengkap yha! Dah bawa keluarga masing-masing. Hihi…Amin. (Lho?)



Menu siang ini ayam bakar, nasi putih, sambel ‘n lalapan. Bagi yang merasa kurang kenyang, boleh nambah lagi kok! Sesi selanjutnya, kita sholat berjamaah di masjid dekat pasar. So romantic deh! Saatnya Pelangi mengeja ayat-ayat cinta-Mu yang terlukis menawan, pancarkan pesona semesta karya cipta-Mu yang Maha Agung.



Usai sholat, dan semuanya beres, Nung, Ayu’, Diah Cmut bersiap melancarkan aksi. Mas Aris ‘n mas Dwi juga. Pantaiiiiiiiiiiiiiii……(koyo wis pirang-pirang taun gak ketemu pantai). Nung pasang MP3 yang muter “QS. Ar Rahman”. Sambil muroja’ah…”Dan nikmat Tuhan-mu yang manakah yang akan kau dustakan?”



Kita foto-foto dulu. ‘n akhirnya semuanya lepas kendali. Terutama Mas Aris ‘n Mas Dwi. Pada nyebur air ‘n teriak-teriak gak jelas. Lari-lari ke sana kemari. Hihi. sebenarnya Nung gak niat basah-basahan, berhubung lagi flu juga. Tapi kayaknya seru… akhirnya bareng Erny, Mbak Nury, ‘n Mbak Amrih kita main air deh. Ayu’ n Cemut juga sudah lepas kendali. Moment paling konyol ya pas main lempar-lemparan pasir ‘n ciprat-cipratan air sama Mas Aris. Uber-uberan ra cetho. Tu orang melancarkan serangan kepada Cemut, Nung, ‘n Ayu. Wildan ‘n Mas Tyo juga nyebur. Mas Ruri hanya di tepi. Mas Alib juga cuma liat dari jauh ‘n sesekali jadi juru foto.



Unforgetable moment deh! Seru-seruan di pantai…Mas Tyo yang bikin lubang ***, Mbak Nury cs yang bikin *** raksasa buat Kang Fahmy, Mas Dwi yang bikin istana pasir buat oleh-oleh Mbak Anik, Nung yang berfoto dengan pose ‘penantian’ (haha, asli marai ngikikgulingguling. Mbak Nury juga ikutan berpose), Wildan yang berenang gaya kecebong, Mas Aris yang “ndekem” kemudian tidur telentang di pinggir pantai, Ayu’ n Diah Cmut yang dah kayak anak kecil oyak-oyakan, Erny, Mbak Amrih, n Mbak Eka yang sibuk cari gaya buat foto-foto. Mas Ruri yang berdiri termenung di pinggir pantai. Sedangkan Mas Alib, mungkin ketawa-ketiwi ngliat tingkah polah kita yang dah kayak kutu loncat. Hihi. Tanpa Kang Sofa, Mas Alib mungkin berasa sayur tanpa garam. Haha. Iyo to, Mas? Kurang asin? Krik krik krik…(air pantainya kan asin, Mas?) ^^v



Sambil bermain-main dengan deburan ombak, akhirnya Trio Permen Sunduk (Nung, Ayu’, Diah Cmut) pun gak mau kalah dengan Trio Kwek-Kwek. Kita konser di pinggir pantai, dan ini salah satu tembang yang kita nyanyikan berulang-ulang…(berharap ada produser rekaman yang lewat :P)



Pantai Maha Karya

Album : K'SEH

Munsyid : Shaff-Fix



Luasnya hamparan samudera biru tak berujung

Membuat rasa kagum dalam hati sanubari

Berarak awan putih

dibatas cakrawala

Pendarkan cahaya mentari

Camar yang beterbangan, ditemani sang angin

Meniupkan kesejukan

di sela pepohonan



Suara ombak laut yang memecah di pantai

Berdebur gemuruh menyanyikan lagu damai



Melambai nyiur hijau di sepanjang tepian

Menjadi saksi setia

Keagungan Ilahi kebesaran tercipta

Dijaga disyukuri selama-lamanya





Di pantai

terasa damai, bebas, lepas, tak terbatas

Memandang mahakarya, yang tak akan ternilai harganya

Terbetik di jiwa, Allah yang mencipta segalanya

Sangat luar biasa

Puji syukur pada-Nya



Tyuz...

“Sebiru hari ini, birunya bagai langit terang benderang…”

“Birunya langit…oh, putihnya awan…menjadikanku tertegun tertawan…”

“Kemesraan ini janganlah cepat berlalu…”



Hahaha…pokokmen racetho kabeh deh. Luapan hati betapa bersyukurnya kita hari ini, banyak cinta terbalut dalam indahnya ukhuwah. Meski latar belakang warna kita berbeda tapi ketika kita disatukan terbentuklah spektrum cinta yang sangat indah, PELANGI!



Uhuy…tak terasa sudah jam 14.30. Saatnya kembali ke daratan. Nung, Ayu’, Cemut, Mas Tyo, ‘n Mas Aris jalan berlima buat nyari tempat bersih-bersih. Semua tempat padet, banyak antrian. Mpe kita harus jalan kayak bocah ilang. dan akhirnya, kita gabung bareng Mbak Eka ‘n Mbak Amrih. Antri juga di situ. Yadah, ndegan dulu deh! Nung sambil berusaha ngidupin hape yang tadi sempat kemasukan air. Huaaa…gak bisa nyala dengan sukses. Keypad error! Kamera yang dipinjam Wildan juga. Mati gak hidup-hidup. Semoga mati suri deh Wild! ^^v. Sambil nunggu antrian, kita arisan deh…



Setelah semua rapi ‘n dah wangi, kita pun bersiap pulang kembali. Nung ‘n Ayu’ tadi sempat beli pop mie buat menghangatkan badan. Karena kelamaan ngantri kita gak sempat beli oleh-oleh deh. Hehe. Sebelum naik ke bis, kita pun foto-foto dulu. Wah, seru banget hari ini!!!



***

Bismillah, saatnya menikmati perjalanan pulang. Sambil menikmati popmie… Roman-roman lelah terpancar dari setiap wajah tapi yang terpenting hati-hati kita dipenuhi dengan bunga-bunga yang merekah indah. Bahagia yang takkan mampu terlukiskan lewat kata-kata dan bahasa sastra tertinggi negara manapun. Haha… Never forget deh!!!



Selesai makan, sambil menikmati rona jingga sang bagas yang perlahan menuju peraduannya, Nung mencoba untuk tidur. Melirik Ayu’ yang duduk di samping Nung juga sudah sibuk berkonser tunggal dengan mp3-nya dan dia pun mulai kriyap-kriyip. Erny dah sukses mendoyongkan tubuhnya, Mbak Amrih sudah menutup wajahnya dengan jaket, Mbak Eka duduk di depan, Mas Aris sibuk ngemil, Mas Dwi ‘n Mas Ruri gak tahu lagi ngapain, Wildan sibuk ngutak-atik kameranya. Mas Alib malah dah ngimpi dengan sukses. Mas Tyo kemudian pindah ke belakang, duduk di samping Mas Alib ‘n Cemut. Mas Aris juga ke belakang. Baru mau merem, terdengar suara-suara sumbang dari belakang…hadeuh, pengin rasanya nglempar sandal! Haha. Ternyata Mas Tyo ‘n Mas Aris konser! Remphong deh bhoook… berhubung mereka semakin menggila, apalagi Mas Tyo pake nari-nari full ekspresi segala, akhirnya Nung putuskan untuk gak jadi tidur. Tapi menikmati pertunjukan. Pada akhirnya, Nung pindah duduk di tempat duduke Mas Aris ‘n Mas Aris pindah dekete Mas Tyo. Haha. Dan kegilaan yang semakin gila pun dimulai…

Konser!!!



For The Rest of My Life-nya Maher Zain, Damba Cinta-Mu, Nantikanku Di Batas Waktu, Meraih Mimpi, Season in The Sun, Muhasabah Cinta, dll…’n Ayu’ pun akhirnya gabung. Dan konser kembali digelar…soundtrack kartun ‘n film genti. Doraemon, Sailormoon, Wiro Sableng, Si Doel Anak Betawi, Si Unyil, Go Go Power Rangers, dll. Jiaaan…sakit semua!!! (terutama Mas Aris ‘n Mas Tyo. Nek Mas Aris kie kita-kita benar-benar jadi menyangsikan ni orang blas gak cocok jadi perawat RSJD, tapi jauh lebih cocok kalau dia jadi pasiennya! Haha. Nek Mas Tyo mah udah dari dulu jadi pasiene Mas Aris. Hihihi). Pokokmen seru bangeeeeeeeeeet!!!



Sampai juga di daerah Ngadirojo, Wonogiri. Kita sholat Maghrib dulu. Sebelum masuk bis lagi, Nung ‘n Ayu asyik lihat bintang. So romantic beud! Langit malam ini cerah, bertabur bintang. Yaaach, sebentar lagi Nung dah harus turun dari bis. Kebersamaan hari ini takkan pernah Nung lupakan dech… Sampai jumpa di episode yang lebih REMPHONG lagi ya bhook…^^v. Akhirnya, Nung turun di pom bensin Pertamina mawar. Babe dah setia nunggu di pinggir jalan. CU next, Pelangiku. Kapan-kapan mampir Istana KYDEN yha…’n tunggu undangan dari Nungma. Insya Allah, segera, dalam masa yang TEPAT dan TERBAIK tentunya! Haha…jadi inget, doa Mas Aries Adenata waktu Nung ajak piknik beberapa waktu lalu, beliau malah ngedoain gini: “Berez. Tak sangoni dongo. Moga-moga bar muleh piknik enek sing nikah!”. Hehe, ternyata kita pun dapat kabar baik tadi. Insya Allah, Mbak Ivon mau nikah di Bengkulu. Yes, PELANGI mantu. Kita tunggu kejutan selanjutnya. Siapa yha yang mau nyusul Mbak Ivon???



Hari ini indah, sangat indah…



Terima kasih Ya Rabb!



[Keisya Avicenna, sangat bersyukur menjadi bagian dari kalian. Ijinkan aku untuk selalu menjadi “HIJAU” di spektrum cinta kita, PELANGI!]

Celoteh Aksara [43]: “SEPENGGAL KISAH SAAT MATAHARI SEPENGGALAH”

Thursday, May 26, 2011 0 Comments
by Norma Keisya Avicenna on Thursday, May 19, 2011 at 4:11pm

Aku mencipta bait-bait syukur berhias sinaran purnama,

bulat sempurna

Tatkala aksaraku beruntun mengeja doa…

[Masjid Perjuangan NH IC, saat hari masih terlalu dini untuk kusebut pagi]



***

Alhamdulillah, hari baru kembali tergelar di hadapan. Kertas putih siap kembali ditulisi. Semoga catatan-catatan terbaiklah yang akan tergoreskan. Bismillah…Pagi ini terasa berbeda karena ketika ku membuka mata, aku tidak mendapati ragaku di Zona Inspirasi. Tetapi di sebuah rumah Allah Swt, sebuah tempat yang selama ini menempaku! Subhanallah, seketika damai menyeruak memenuhi rongga-rongga jiwa. Ya Rabb, Engkaulah sebaik-baik tempat mengadu dan memohon perlindungan…



Sesaat kulihat purnama masih setia menghias pagi, meski tugasnya harus segera berganti dengan sang mentari. Aku ucapkan sampai jumpa padanya, berharap malam nanti aku masih bisa mengaguminya, sendiri…



Kulangkahkan kaki ini menuju rumahku di kota Solo. Segera kulakukan segudang aktivitas pagi. Ketika jarum pendek menunjukkan angka 9 dan jarum panjang setia menunjuk angka 12, bersama seorang adik kost yang satu kamar denganku, kita pergi menuju Pasar Palur. Tujuan kita mau membeli pakan kelinci. Kebetulan dia masih disibukkan dengan riset PKM-nya yang lolos DIKTI. Mumpung aku gak terlalu sibuk pagi ini, akhirnya kuputuskan untuk ikut ke pasar. Sekedar menemaninya atau ikut membantu membawa ‘barang belanjaannya’. Tapi satu tujuanku yang lain: pengin cari inspirasi sekaligus mengasah kepekaan jiwa. Hihi. Sambil nyilem ngombe banyu gitu. Hadeuh…^^v



Menikmati perjalanan dari kost melewati jalan raya Solo-Karanganyar. Banyak aktivitas pagi segelintir orang yang sempat terekam. Tapi ada satu kejadian yang paling unik. Waktu itu kita akan belok kiri (arah ke terminal Palur). Ada sepasang suami-istri yang berboncengan. Sang istri yang duduk di belakang tiba-tiba turun dari sepeda itu dan meletakkan sebuah benda berwarna hijau di dekat kawasan bangjo. Karena penasaran, Nung coba memicingkan mata dengan bantuan si minus 0,75 ini (hm, kayaknya ni kacamata perlu diservise lagi, apa mata ini yang kudu diperiksa lagi ya? Mungkin karena akhir-akhir ini aktivitas membaca dan berkhalwat dengan doralepito sudah sampai pada level ‘keterlaluan’. Hehe. Ah, kok jadi mbahas kacamata). Hm, kembali ke benda “hijau” itu. Selidik punya selidik, ternyata benda itu adalah daun pisang yang sudah dibentuk seperti wadah dan ada isinya (sekilas Nung lihat) ada nasi, telur, dan beberapa perangkat mirip ‘sesajen’ gitu lah. Tapi dalam porsi yang mini. What? Sesajen? Hari ginieeeee???



Nah, bagian ini yang sempat bikin Nung ngikik. Sesaat setelah ibu setengah baya yang meletakkan ‘sesajen’ di dekat pojokan jalan sekitar lampu merah itu pergi, tanpa ba-bi-bu, mendekatlah seorang tukang becak yang sejak tadi (Nung sempat amati) duduk manis di becaknya, mungkin masih menunggu ada orang yang memanfaatkan jasanya. Pak becak serta merta mengambil bungkusan hijau itu!!! Bagaimana adegan selanjutnya? Nung tidak tahu…hehe… karena episode berikutnya, Nung disibukkan dengan menikmati romantika suasana pasar. Mengamati para pedagang sayur yang kebanyakan sudah berusia senja. Pokokmen seru deh! Dengan membawa 10 unting “daun ketela rambat” pluz 2 kilogram wortel, akhirnya rindu Nung pada laboratorium pusat lunas! Banyak sekali kenangan di greenhouse. Hihi. ah, senangnya bisa ngasih makan kelinci-kelinci putih itu. Ada banyak mencit yang sibuk dengan aktivitasnya sendiri di rumah-rumah kecil mereka. Mungkin menyiapkan mental untuk menjadi sasaran para “scientist” hari ini. Huaaaaa, Nung kangen ngelaaaaaaaaaaaaaaaaabbbbbbb!!!



Yasudah, segini aja deh ceritanya. Kan cuma sepenggal binti seonggok bin sa’uprit. Hehe…

Karena aktivitas selanjutnya…. (seperti status siang ini)

“Sesuatu tengah menguji hatiku, maka kataku: MENULISLAH!”



***

Saat ini aku sedang menunggu

Diantara nyanyian malam yang saling bersahutan

Dan cahaya yang silaunya membutakan langit

Aku menunggu saat dimana hati insan perindu kedamaian ini bersatu

Saat pertemuan yang membuahkan rindu

Rindu yang takkan pernah bertepi

Meski terhapus waktu yang kan terus berjalan dan berlari...



Aku merasa sepi...

Ruangan dalam hatiku senyap dan sunyi

Bahkan angin seperti enggan tuk berhembus

Aku merindukannya

Menanti dalam sepi

Aku merindukan saat ia meramaikan suasana dengan canda tawa

Sesuatu yang dulu terasa sangat biasa di harinya

Kini terasa begitu istimewa

Saat-saat bersama kini begitu berharga

Adakah semua ini akan berulang???



Malam takkan pernah menenggelamkan kita...

Ia hanya membiarkan sang bintang memecah sunyinya

Setiap diri kita adalah sosok pribadi yang unik

Bagai potongan puzzle yang harus disusun

Adanya untuk saling melengkapi

Tiadanya untuk saling mengisi...



Setiap diri kita berbeda

Dalam warna, dalam kata, dalam rasa

Aku, kamu, dia, kita, mereka...semua tak sama

Tapi jalinan yang ada diantaranya

Bisakah menjadi SATU CINTA yang tak berkesudahan???

Jalinan yang ujung satunya VISI, ujung yang lain adalah MISI

Kan menjadi sebuah simpul yang terikat erat nan kokoh

Tak terpisahkan...

Tuk wujudkan sebuah MIMPI



Sepertinya langit masih menyimpan sejuta kisah

Yang diturunkan satu per satu bersama rintik hujan

Agar air mata tersamar di dalamnya

Agar tiap sudut berhiaskan rona indah pelangi sesudahnya...

Begitukah?? Semoga...

(Puisiku jaman mahasiswa doeloe)

***

“Mungkin aku ditakdirkan untuk melewati jalan berliku, tapi sejauh ini aku berhasil melaluinya dengan baik. Mungkin aku memang butuh kemauan yang kuat, harus lebih bekerja keras dan perlu memperbaiki HATI. “Bukankah butuh bara api yang sangat panas untuk membentuk besi menjadi sesuatu yang berguna?” saat aku sudah kehilangan rasa percaya diri karena ketidakberhasilan yang berulang, aku terpuruk. Namun, ketika aku buka MATA HATI dan mencoba menangkap sinyal motivasi yang ada di sekelilingku, aku sadar, bahwa semua orang peduli padaku dan Allah Swt takkan pernah meninggalkanku. Allah Swt mencintaiku lebih dari yang aku perlu!!!”



“Tak ada waktu lagi untuk mengeluh, menyesal, dan mengkhayal, karena waktu sudah habis untuk menjalankan AMANAH HIDUP yang tidak sedikit…”



[Keisya Avicenna, 19 Mei 2011. Masih menanti (tak hanya) sebuah jawaban…]

FF POLIGAMI_KETIKA CINTA (TAK) HARUS DIBAGI

Thursday, May 26, 2011 0 Comments
by Norma Keisya Avicenna on Thursday, May 19, 2011 at 4:54pm

KETIKA CINTA (TAK) HARUS DIBAGI



“Hallo, Assalamu’alaikum…”

“Wa’alaikumsalam, Mbak Dea!”

“Ya, hallo…”. Sesaat aku terkejut mendengar isak tangis dari ujung sana.

“Ada apa Ratna? Istighfar! Tenangkan dulu hatimu, kalau sudah tenang coba kamu ceritakan apa masalahmu…”

“Mbak…Mas Heru telah berpulang sepuluh menit yang lalu.”

Seakan petir menyambar di siang bolong. “Innalillahi wa inna ilaihi raji’un…”, ucapku spontan.

“Ratna, kamu sabar ya. Kuatkan dirimu! Insya Allah, mbak segera ke sana.”

“Iya, Mbak. Jazakillah…”



***

Tiga bulan kemudian…

Malam kembali menggelar jubah kelamnya. Desiran angin seolah membawa pesan-pesan sunyi yang menyayat sepi.

“Ummi…!”, sebuah suara mengejutkanku.

Aku menoleh dan mendapatkan Mas Farhan sudah memegang pundakku dan tersenyum.

“Lagi mikirin apa sih, Mi?”, bisiknya.



Kutatap wajah lelaki yang sudah lima tahun melengkapi kehidupanku itu. Mata kita saling beradu. “Kasihan Ratna, ya Bi!”

“Segalanya sudah diatur oleh Allah Yang Maha Kuasa. Semuanya sudah menjadi suratan takdir dari-Nya. Dan sebagai manusia kita hanya bisa bersabar atas semua ketentuan-Nya, termasuk episode kehilangan orang tercinta yang dialami oleh Ratna”, kata Mas Farhan.



“Tetapi ujian dan cobaan yang dihadapi Ratna sangatlah berat, Bi. Usianya masih teramat muda untuk berjuang sendirian. Perekonomian rumah tangganya pun masih dalam tahap perbaikan. Apalagi dia sekarang harus berjuang sendiri membesarkan kedua anaknya yang masih kecil. Dan menurut pengamatan Ummi, teman-teman mulai menjauhi Ratna, Bi!”



Mas Farhan terlihat terkejut. “Lha kok bisa, memangnya Ratna salah apa?”

“Ummi sendiri tidak tahu. Tetapi perkiraan Ummi mungkin mereka mengkhawatirkan suami mereka sehingga akhirnya menjaga jarak dengan Ratna.”

“Hubungannya dengan para suami mereka apa?”, Mas Farhan menatapku.

“Tentang poligami”.

Suasana sepi sesaat.

“Hm, jangan-jangan Ummi mengkhawatirkan diri Abi juga, ya?” tanya Mas Farhan tiba-tiba.



Aku hanya menatap wajah teduh itu. “Insya Allah, tidak”, jawabku mencoba menyembunyikan perasaan khawatir. Getir.

“Ummi, poligami itu rukhsah saja. Jika poligami mendatangkan mudharat, bukan manfaat, hukumnya bisa makruh, bahkan haram. Jadi tidak sembarangan. Namanya juga rukhsah. Berbuat adillah ia lebih dekat dengan taqwa, kata Allah dalam Al Qur’an. Dan monogami itu lebih adil, jadi lebih dekat pada taqwa.”



Mas Farhan memegang tanganku dengan mesra, kemudian berkata…



“Sungguh sedih tatkala diri ini menyaksikan wajah bermuram durja seorang wanita yang berazzam menjaga diri dan kehormatannya namun belum menemukan jodoh yang akan menyelamatkan hidupnya. Dan sungguh sedih tatkala diri ini menyaksikan air mata seorang wanita yang sangat ingin merasakan perjuangan luar biasa ketika melahirkan seorang anak.”

Aku terkejut. Kalimat-kalimat itu seperti sebuah sindiran yang ditujukan Mas Farhan kepadaku.

“Ummi, kalau Abi yang menikahi Ratna, bagaimana?”

???



***





Lomba FF 400 kata bertema POLIGAMI

oleh Leyla Imtichanah



Dalam rangka syukuran kelahiran novel terbaru saya, meskipun hanya diterbitkan secara indie, saya mau berbagi kebahagiaan dengan rekan-rekan semua. Ungkapkan perasaan teman-teman terhadap POLIGAMI, dengan menulis sebuah cerpen pendek atau Flash Fiction, sebanyak 400 kata, dengan judul.

Misalnya, suami mengancam mau nikah lagi, atau sudah menikah lagi, atau dari sudut pandang istri pertama, istri kedua, istri ketiga, atau dari orang-orang terdekat yang melihat kehidupan poligami, dan seterusnya. Boleh pro, boleh kontra.



Persyaratan:

1. Jumlah kata harus tepat 400 dengan judul, tema Poligami.

2. Tulis di notes FB, dengan menyertakan info lomba ini dan info novel Hati Bidadari (sinopsis dan kaver).

3. Tag 25 temanmu, termasuk Leyla Imtichanah.

4. Kirim FF dan biodata penulis (nama, alamat, telepon, imel) ke leyla.hana@yahoo.co.id. Hadiah3 Orang Pemenang akan mendapatkan Paket Buku dan Gratis Konsultasi Menulis Novel via imel selama sebulan50 FF terbaik, insya Allah akan dibukukan.



Deadline, 20 Mei 2011



Alhamdulillah....telah terbit novel terbaruku HATI BIDADARI Pernah dimuat secara bersambung di Majalah KARTIKA, tahun 2005 Tebal 112, HalamanKertas HVS 70gr, Ukuran 14 x 21 cm, Harga 40.000.

Bagaimana rasanya dicintai oleh lelaki yang telah beristri dan memiliki dua orang anak? Fairy menganggap Suryo sebagai bapaknya sendiri, tetapi Suryo menganggapnya sebagai wanita dewasa yang layak untuk dicintai. Hati tak dapat dibohongi. Pesona Suryo membius Fairy, hingga melemparnya ke dalam jurang cinta yang dalam. Fairy dan Suryo saling jatuh cinta.Sanggupkah Fairy berbahagia di atas penderitaan istri dan anak-anak Suryo? Ternyata, menjadi wanita kedua pun tidak mudah....



Bagi yang berminat, silakan sms ke no: 021 993 67 327, dengan Bang Anas.