Jejak Karya

Jejak Karya

Thursday, August 11, 2011

PASSPORT

Thursday, August 11, 2011 0 Comments


Oleh Rhenald Kasali



[Jawapos, 8 Agustus 2011]



Setiap saat mulai perkuliahan, saya selalu bertanya kepada mahasiswa berapa

orang yang sudah memiliki pasport. Tidak mengherankan, ternyata hanya

sekitar 5% yang mengangkat tangan. Ketika ditanya berapa yang sudah pernah

naik pesawat, jawabannya melonjak tajam. Hampir 90% mahasiswa saya sudah

pernah melihat awan dari atas. Ini berarti mayoritas anak-anak kita hanyalah

pelancong lokal.



Maka, berbeda dengan kebanyakan dosen yang memberi tugas kertas berupa PR

dan paper, di kelas-kelas yang saya asuh saya memulainya dengan memberi

tugas mengurus pasport. Setiap mahasiswa harus memiliki "surat ijin

memasuki dunia global.". Tanpa pasport manusia akan kesepian, cupet,

terkurung dalam kesempitan, menjadi pemimpin yang steril. Dua minggu

kemudian, mahasiswa sudah bisa berbangga karena punya pasport.



Setelah itu mereka bertanya lagi, untuk apa pasport ini? Saya katakan,

pergilah keluar negeri yang tak berbahasa Melayu. Tidak boleh ke Malaysia,

Singapura, Timor Leste atau Brunei Darussalam. Pergilah sejauh yang mampu

dan bisa dijangkau.



"Uang untuk beli tiketnya bagaimana, pak?"

Saya katakan saya tidak tahu.

*Dalam hidup ini, setahu saya hanya orang

bodohlah yang selalu memulai pertanyaan hidup, apalagi memulai misi

kehidupan dan tujuannya dari uang.

*Dan begitu seorang pemula bertanya

uangnya dari mana, maka ia akan terbelenggu oleh constraint. Dan hampir

pasti jawabannya hanyalah tidak ada uang, tidak bisa, dan tidak mungkin.



Pertanyaan seperti itu tak hanya ada di kepala mahasiswa, melainkan juga

para dosen steril yang kurang jalan-jalan. Bagi mereka yang tak pernah

melihat dunia, luar negeri terasa jauh, mahal, mewah, menembus batas

kewajaran dan buang-buang uang. Maka tak heran banyak dosen yang takut

sekolah ke luar negeri sehingga memilih kuliah di almamaternya sendiri.

Padahal dunia yang terbuka bisa membukakan sejuta kesempatan untuk maju.

Anda bisa mendapatkan sesuatu yang yang terbayangkan, pengetahuan,

teknologi, kedewasaan, dan wisdom.



Namun beruntunglah, pertanyaan seperti itu tak pernah ada di kepala para

pelancong, dan diantaranya adalah mahasiswa yang dikenal sebagai kelompok

backpackers. Mereka adalah pemburu tiket dan penginapan super murah,

menggendong ransel butut dan bersandal jepit, yang kalau kehabisan uang

bekerja di warung sebagai pencuci piring. Perilaku melancong mereka

sebenarnya tak ada bedanya dengan remaja-remaja Minang, Banjar, atau Bugis,

yang merantau ke Pulau Jawa berbekal seadanya.Ini berarti tak banyak orang

yang paham bahwa bepergian keluar negeri sudah tak semenyeramkan, sejauh,

bahkan semewah di masa lalu.



Seorang mahasiswa asal daerah yang saya dorong pergi jauh, sekarang malah

rajin bepergian. Ia bergabung ke dalam kelompok PKI (Pedagang Kaki Lima

Internasional) yang tugasnya memetakan pameran-pameran besar yang

dikoordinasi pemerintah. Disana mereka membuka lapak, mengambil resiko,

menjajakan aneka barang kerajinan, dan pulangnya mereka jalan-jalan, ikut

kursus, dan membawa dolar. Saat diwisuda, ia menghampiri saya dengan

menunjukkan pasportnya yang tertera stempel imigrasi dari 35 negara. Selain

kaya teori, matanya tajam mengendus peluang dan rasa percaya tinggi. Saat

teman-temannya yang lulus cum-laude masih mencari kerja, ia sudah menjadi

eksekutif di sebuah perusahaan besar di luar negeri.

*



The Next Convergence*

Dalam bukunya yang berjudul The Next Convergence, penerima hadiah Nobel

ekonomi Michael Spence mengatakan, dunia tengah memasuki Abad Ke tiga dari

Revolusi Industri. dan sejak tahun 1950, rata-rata pendapatan penduduk

dunia telah meningkat dua puluh kali lipat. Maka kendati penduduk miskin

masih banyak, adalah hal yang biasa kalau kita menemukan perempuan

miskin-lulusan SD dari sebuah dusun di Madura bolak-balik Surabaya-Hongkong.



Tetapi kita juga biasa menemukan mahasiswa yang hanya sibuk demo dan tak

pernah keluar negeri sekalipun. Jangankan ke luar negeri, tahu harga tiket

pesawat saja tidak, apalagi memiliki pasport.Maka bagi saya, penting bagi

para pendidik untuk membawa anak-anak didiknya melihat dunia. Berbekal lima

ratus ribu rupiah, anak-anak SD dari Pontianak dapat diajak menumpang bis

melewati perbatasan Entekong memasuki Kuching. Dalam jarak tempuh sembilan

jam mereka sudah mendapatkan pelajaran PPKN yang sangat penting, yaitu

pupusnya kebangsaan karena kita kurang urus daerah perbatasan. Rumah-rumah

kumuh, jalan berlubang, pedagang kecil yang tak diurus Pemda, dan

infrastruktur yang buruk ada di bagian sini. Sedangkan hal sebaliknya ada

di sisi seberang. Anak-anak yang melihat dunia akan terbuka matanya dan

memakai nuraninya saat memimpin bangsa di masa depan. Di universitas

Indonesia, setiap mahasiswa saya diwajibkan memiliki pasport dan melihat

minimal satu negara.



Dulu saya sendiri yang menjadi gembala sekaligus guide nya. Kami menembus

Chiangmay dan menyaksikan penduduk miskin di Thailand dan Vietnam bertarung

melawan arus globalisasi. Namun belakangan saya berubah pikiran, kalau

diantar oleh dosennya, kapan memiliki keberanian dan inisiatif? Maka

perjalanan penuh pertanyaan pun mereka jalani. Saat anak-anak Indonesia

ketakutan tak bisa berbahasa Inggris, anak-anak Korea dan Jepang yang huruf

tulisannya jauh lebih rumit dan pronounciation-nya sulit dimengerti

menjelajahi dunia tanpa rasa takut. Uniknya, anak-anak didik saya yang sudah

punya pasport itu 99% akhirnya dapat pergi keluar negeri. Sekali lagi,

jangan tanya darimana uangnya. Mereka memutar otak untuk mendapatkan tiket,

menabung, mencari losmen-losmen murah, menghubungi sponsor dan mengedarkan

kotak sumbangan. Tentu saja, kalau kurang sedikit ya ditomboki dosennya

sendiri.



Namun harap dimaklumi, anak-anak didik saya yang wajahnya ndeso sekalipun

kini dipasportnya tertera satu dua cap imigrasi luar negeri. Apakah mereka

anak-anak orang kaya yang orangtuanya mampu membelikan mereka tiket? Tentu

tidak. Di UI, sebagian mahasiswa kami adalah anak PNS, bahkan tidak jarang

mereka anak petani dan nelayan. Tetapi mereka tak mau kalah dengan TKW yang

meski tak sepandai mereka, kini sudah pandai berbahasa asing.

Anak-anak yang ditugaskan ke luar negeri secara mandiri ternyata memiliki

daya inovasi dan inisiatif yang tumbuh. Rasa percaya diri mereka bangkit.

Sekembalinya dari luar negeri mereka membawa segudang pengalaman, cerita,

gambar dan foto yang ternyata sangat membentuk visi mereka.



Saya pikir ada baiknya para guru mulai membiasakan anak didiknya memiliki

pasport. Pasport adalah tiket untuk melihat dunia, dan berawal dari pasport

pulalah seorang santri dari Jawa Timur menjadi pengusaha di luar negeri. Di

Italy saya bertemu Dewi Francesca, perempuan asal Bali yang memiliki kafe

yang indah di Rocca di Papa. Dan karena pasport pulalah, Yohannes Surya

mendapat bea siswa di Amerika Serikat. Ayo, jangan kalah dengan Gayus

Tambunan atau Nazaruddin yang baru punya pasport dari uang negara.



*Rhenald Kasali

Guru Besar Universitas Indonesia *



*RAIHLAH ILMU, DAN UNTUK MERAIH ILMU, BELAJARLAH UNTUK TENANG, DAN SABAR. *



*(KHALIFAH UMAR R.A.)*

Thursday, August 04, 2011

Jejak Karya AISYA AVICENNA

Thursday, August 04, 2011 0 Comments

Nama : Etika Suryandari (Aisya Avicenna)
Karya terpublikasi sampai Juli 2011;
1.Artikel “Bukti Cinta” (diterbitkan Majalah Enha UNS edisi Februari 2010)
2.Artikel “Be Your Self” (belum berhasil terbit di Majalah KHAlifah, tapi akhirnya terbit di www.penulislepas.com tanggal 17 September 2010
3.Kisah inspiratif “Merah Marun Lebaranku” dalam Antologi “Lovely Lebaran Serendipity” (Indie Publishing, 2010)
4.Cerita Pendek “Sepasang Mata Cinta” diikutkan dalam Lomba Duet Sahabat UNSA, 3 November 2010 (ditulis bersama Suli We~FLP Solo), belum berhasil tapi akhirnya dimuat di www.islamedia.web.id)
5.Cerita Pendek “Cinta Adinda” dalam antologi “Be Strong Indonesia#14” (Writer4Indonesia, 2010)
6.Cerita Pendek “Mengikuti Jejak Rosul” (www.islamedia.web.id, 2010)
7.Salah satu penulis dalam Buku “OMG! Ternyata Aku Terlahir Sukses” bersama Kang Arul (Citra Risalah, 2010)
8.Kisah Insiratif “Penghuni Baru Oscom” dalam Antologi “Guru Kehidupanku” (Gerai Buku, 2011)
9.Artikel “Jalan Cinta Para Penulis” dalam antologi “Chicken Soup for Writerpreneurs’s Soul” (Indie Publishing, 2011)
10.Surat “Dalam Lingkaran Cinta” dalam antologi “Surat Cinta untuk Murobbi” (Parapluie Publishing, 2011)
11.Semua tulisan terpublikasi juga di www.aisyaavicenna.com 
12.Insya Allah ada 2 tulisan lagi yang akan dibukukan dalam antologi, tapi belum tahu nama penerbitnya.


Tambahan :
-Narasumber bersama Dina Purnama Sari dalam Bedah Film “Alangkah Lucunya Negeri Ini” dan Bedah Buku “OMG! Ternyata Aku Terlahir Sukses” (29 Mei 2011, penyelenggara : GPQ Baitul Hikmah, Jakarta)
-Narasumber bersama 3 penulis FLP Solo dalam talkshow kepenulisan di acara Solo Muslim Fair 2011 (Solo, 10 Juli 2011)

Wednesday, August 03, 2011

OPTIMALISASI AMALIAH RAMADHAN

Wednesday, August 03, 2011 0 Comments

Ramadhan sudah selayaknya diisi dengan berbagai aktivitas yang terprogram dan terarah. Agar buah Ramadhan yang sangat mahal itu dapat dipetik untuk kehidupan selama dan pasca Ramadhan. Rasulullah SAW. telah memberikan contoh dan teladan kepada umatnya dengan melakukan amaliyah Ramadhan, antara lain:
1. Shiyam
Amaliyah terpenting selama Ramadhan tentu saja shiyam, sebagaimana termaktub dalam Q.S. Al Baqarah [2] : 183 - 187. Di antara amaliyah Ramadhan yang diajarkan Nabi SAW. sebagai berikut:
a. Berwawasan benar tentang puasa dengan mengetahui dan menjaga rambu-rambunya.
b. Tidak meninggalkan shiyam, walaupun sehari dengan sengaja tanpa alasan syar'i.
c. Menjauhi segala hal yang dapat mengurangi atau menggugurkan nilai puasa.
d. Bersungguh-sungguh melakukan shiyam dengan menepati aturan-aturannya.
e. Bersahur dan diutamakan mengakhirkannya. Sabda Rasulullah SAW.
“Sahur semuanya selalu mengandung barakah, maka janganlah kamu meninggalkannya walaupun hanya meminum dengan seteguk air putih. Sesungguhnya Allah beserta para malaikat-Nya memberi rahmat kepada mereka yang bersahur.” [HR. Bukhari dan Muslim].
f. Ifthar (berbuka puasa).
g. Berdo'a setelah ifthar.

2. Tilawah Al Qur'an
Membaca Al Qur'an merupakan transaksi yang selalu menguntungkan, tidak akan pernah mengalami kerugian sepanjang zaman. Firman Allah SWT.
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, (Q.S. Fatir [35] : 29) agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri”. (Q.S. Fatir [35] : 30)
Tentunya membaca Al Qur'an di bulan Ramadhan sangat besar ganjaran dan nilainya. Rasulullah pun sangat besar perhatiannya pada Al Qur'an melebihi bulan-bulan lainnya. Disebabkan beberapa hal, antara lain:
a. Al Qur'an pertama kali diturunkan pada bulan Ramadhan.
b. Di bulan Ramadhan itulah Allah SWT menurunkan Al Qur'an dari Lauhul Mahfuzh ke langit dunia.
c. Jibril datang kepada Rasulullah SAW di bulan Ramadhan sehingga beliau mengaji pada Jibril (mengecek hafalan Al Qur’an).

3. Qiyam Ramadhan.
Di samping Ramadhan disebut syahrul shiyam juga disebut syahrul qiyam. Banyak ayat ataupun hadits yang menganjurkan untuk mengisi malam Ramadhan dengan qiyamullail (sholat malam). Untuk mendekatkan diri pada Allah SWT berharap ampunan-Nya. Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW.:
"Barang siapa yang melakukan qiyamullail di bulan Ramadhan karena iman dan ikhlas dalam pelaksanaannya maka ia akan diampuni dosa-dosa sebelumnya (dan yang akan datang)" [HR. Bukhari dan Muslim].

4. Ith'am At Tho'am (memberi makan orang yang puasa) dan infaq.
Salah satu amaliyah Ramadhan yang dilakukan Rasulullah SAW. ialah memberi ifthar (santapan berbuka puasa pada orang yang berpuasa). Sebagaimana Sabdanya:
"Barang siapa yang memberi ifthar kepada yang berpuasa maka ia akan mendapatkan pahala senilai pahala yang berpuasa itu tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa."
Dalam hal memberi ifthar dan shadaqah di bulan Ramadhan tidak saja terbatas hanya untuk keperluan ifthar, melainkan untuk segala kebajikan. Rasulullah SAW yang dikenal dermawan dan kepedulian sosialnya lebih menonjol bahkan digambarkan dalam hadits pada masalah ini beliau lebih cepat dari angin.
Untuk lebih konkret, infaq ini dapat disalurkan kepada:
a. Orang yang berjihad di jalan Allah SWT.
b. Fakir miskin dan orang yang memerlukan (diutamakan keluarga dekat).
c. Lembaga-lembaga sosial Islam yang dapat dipercaya untuk dapat menyalurkannya.

5. Memperhatikan kesehatan.
Meskipun shiyam ini termasuk ibadah mahdhah (murni), agar tetap optimal, Rasulullah SAW mencontohkan umatnya tetap memperhatikan kesehatannya selama berpuasa dengan hal-hal sebagai berikut:
a. Menyikat gigi dengan siwak.
b. Berbekam.
c. Memperhatikan penampilan. Rasulullah SAW pernah berwasiat pada Abdullah bin Mas'ud agar memulai puasa dengan penampilan yang baik, tidak dengan wajah yang kusut.
d. Mengurangi tidur. Tidur pada bulan Ramadhan telah menjadi suatu kebiasaan, maksudnya agar tidak terlalu merasakan lapar dan dahaga. Padahal berapa banyak waktu dan umur menjadi sia-sia karena tidur. Kita jangan mengunakan hadits "Tidurnya orang puasa adalah ibadah", sebagai hujjah atau argumen untuk membolehkan banyak tidur. Rasulullah SAW, umahatul mukminin dan para sahabat begitu aktif melakukan kegiatan beribadah, bukan kegiatan tidur.

6. Memperhatikan harmonisasi keluarga
Meskipun ibadah puasa adalah ibadah yang khusus diperuntukkan kepada Allah SWT dan mempunyai nilai khusus pula di hadapan Allah SWT, namun Rasulullah SAW sebagai suri tauladan juga tetap menjaga harmoni dan hak-hak keluarga selama Ramadhan. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ummu Salamah dan 'Aisyah. Bahkan di saat beliau berada dalam puncak ibadah shiyam yaitu 'itikaf, beliau tetap menjaga harmoni keluarga.

7. Memperhatikan aktifitas sosial, perluasan dakwah dan jihad
Berbeda dengan kesan banyak orang tentang Ramadhan, Rasulullah SAW justru menjadikan bulan Ramadhan sebagai bulan penuh aktifitas yang positif. Selain aktifitas di atas, beliaupun mengisinya dengan aktifitas da'wah dan sosial, perjalanan jauh dan jihad. Seperti : perjalanan ke Badar (tahun 2 H), ke Makkah (tahun 8 H), ke Tabuk (tahun 9 H) dan lainnya.

8. Berdo'a dan taubat
Orang mukmin yang sadar, bahwa dirinya merasa berhajat pada Allah SWT akan terus memohon ampunan pada Allah SWT atas segala kekhilafan dan kedhaifan diri. Apalagi Ramadhan sebagai bulan ampunan dan rahmat. Rasulullah SAW selama Ramadhan selalu membaca do'a berikut ini sebagai wujud pemintaan maghfirah dan rahmat Allah SWT.
" Ya Allah Engkau pemberi maaf, maka maafkanlah diriku".

9. I’tikaf
Amaliyah Ramadhan yang juga dilakukan beliau adalah beri’tikaf yakni berdiam diri di masjid dengan niat beribadah pada Allah SWT, terutama sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Sebagaimana firman-Nya:
"Dihalalkan bagi kamu pada malam hari puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu, mereka itu adalah pakaian, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam, tetapi janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam masjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertaqwa." (Q.S. Al Baqarah [2] : 187)

10. Lailatul qadar
Selama Ramadhan terdapat satu malam yang sangat populer, yaitu lailatul qadar, malam yang lebih berharga dari seribu bulan. Rasulullah SAW tidak pernah melewatkan kesempatan untuk meraih lailatul qadar ini terutama malam-malam ganjil. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda
"Barang siapa yang shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan ikhlas pada Allah maka ia akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." [HR. Ahmad].

11. Umrah
Umrah di bulan Ramadhan nilainya sama dengan ibadah haji atau haji bersama Rasulullah SAW sebagaimana jawaban Rasul pada Ummu Salamah yang bertanya masalah tersebut. Sabda Rasulullah SAW.:
"Apabila datang bulan Ramadhan maka berumrahlah, sebab umrah di bulan Ramadhan sama nilainya dengan haji atau sama dengan ibadah haji bersamaku" [HR. Bukhari dan Muslim].

12. Zakat Fitrah
“Zakat Fitrah dibayar pada hari-hari terakhir ramadhan. Ia merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh seluruh komponen umat Islam, baik laki-laki maupun perempuan, dewasa maupun anak-anak.”(HR. Bukhari dan Muslim).
“Zakat fitrah ini dibayarkan dengan tujuan untuk mensucikan orang yang melaksanakan puasa dan untuk membantu kaum fakir miskin.” (HR.Abu Dawud dan Ibnu Majah).
.
Demikianlah amaliyah dan aktifitas Ramadhan yang dianjurkan kepada kita untuk menjadi sarana tazkiyah (pensucian) dan tarqiyah untuk meraih derajat taqwa. Agar buah Ramadhan ini tetap terjaga pada diri kita selama Ramadhan dan sesudahnya bahkan selama kehidupan kita. Sehingga seakan-akan seluruh kehidupan kita adalah Ramadhan. Akhirnya kita serahkan pada Allah SWT agar selalu membimbing dan mengarahkan kita pada jalan yang lurus mencapai golongan orang-orang yang bertaqwa. Amin.

Thursday, July 28, 2011

Sebuah Kenangan

Thursday, July 28, 2011 0 Comments
~Pak Rasyid-Bang Pi'i-Mbak Angel-Aku-Nita-Mas Morris~

Selasa, 27 Juli 2010. Menjelang pukul 00.00 baru selesai packing. Baju-baju yang direncanakan cukup dipakai selama seminggu sudah masuk ke dalam trolly bag (pinjeman.. hehe..). Aku putuskan untuk tidur sejenak karena kantuk sudah akut menyerang. Alarm HP aku pasang jam 02.00. Pikirku tidur 2 jam sudah cukup lah untuk meredam rasa kantuk ini. Selang berapa lama, HP begitu aktif bergetar. Hah? sekitar 23 misscalled dari Ibuk plus SMS yang isinya membangunkanku! Dan 5 misscalled dari Nita. Ternyata HPku tertindih bantal, sehingga aku gak mendengar deringannya. Aku melongok ke jam Annida-ku, hiyaaaa jam 03.30. Padahal :

1.Rencananya Nita akan menjemputku dengan taksi jam 03.15
2.Aku janjian dengan seorang tukang becak yang akan mengantarkanku ke Otista Raya jam 03.00.
Bangun tidur aku SMS ibuk, memberitahukan bahwa aku baru bangun dan tentunya memohon doa agar aku tidak terlambat ke bandara. Saat beranjak mau ke kamar mandi, badanku limbung. Sempoyongan! Hiyaaaa... Meski pada akhirnya aku kelar siap-siap juga! Sudah jam 04.00. Harus segera ke bandara. Nita SMS kalau dia sudah sampai bandara dan sudah menunggu di pintu masuk.

Aku segera keluar kos dengan menenteng trolly bag yang lumayan besar itu. Tak lupa sebelumnya berdoa agar Allah memudahkan ekspedisiku kali ini. Aku menuju pangkalan abang becak, berharap (sebut saja Pak Slamet) yang janjian denganku semalam masih mangkal. Wah, jalanan sepi, tapi harus tetap memberanikan diri. Pangkalan becak juga sepi. Aku ketuk-ketuk pintu rumah yang menurutku sebagai lapak tidur mereka. Terbukalah pintu rumah itu, dan keluarlah seorang bapak berwajah garang dan berbadan tinggi. Aku ceritakan maksud kedatanganku. Beliau bilang kalau Pak Slamet tidak di tempat. Akhirnya Pak jauhari (nama Bapak itu) bersedia mengantarku ke depan STIS dengan becaknya. Sampai di depan STIS beliau juga membantuku mencarikan taksi. Subhanallah, pertolongan Allah memang sangat dekat.

Taksi pun melaju menuju Bandara Soekarno Hatta. Penerbangan ke Surabaya pukul 06.00. Sampai di bandara, teman-teman TIM Verifikasi Gresik sudah menunggu. Kami berenam, aku, Mbak Angel, Nita, Bang Pi’i, Mas Moris, dan Pak Rasyid. Alhamdulillah, kedatanganku juga nggak terlalu terlambat kok dan akhirnya bisa check-in tepat waktu bahkan bisa foto-foto dulu sebelum berangkat. Subhanallah, hujan turun, pesawat kami delay sampai cuaca kembali kondusif.

Sekitar pukul 06.30, pesawat tinggal landas dari bandara Soekarno-Hatta menuju Juanda, Surabaya. Subhanallah, sampai di atas bisa melihat kerajaan awan yang begitu indah. Karena penerbangannya sekitar 55-an menit, aku putuskan untuk membaca buku tentang Ramadhan. Ya, kala itu memang masa-masa menjelang Ramadhan.

Sekitar pukul 07.30, alhamdulillah, kami mendarat dengan selamat di Bandara Juanda. Kami langsung dijemput oleh mobil jemputan + sopir tentunya. Awalnya kita mau ke Dinas Perindag Surabaya dulu, tapi berhubung kita harus verifikasi ke Gresik, jadinya kami langsung meluncur ke Gresik. Kami mampir dulu ke sebuah warung prasmanan untuk sarapan. Setelah itu, BEKERJA!!! Kami harus mengunjungi puluhan perusahaan pemilik Angka Pengenal Importir (API) di kawasan Gresik yang sudah didata. Kami harus melakukan verifikasi kelengkapan data pada setiap perusahaan tersebut. Berhubung kami ada 6 (enam) orang, tim dibagi menjadi 3 kelompok. Kadang aku dengan Mbak Angel, kadang dengan Pak Rasyid, kadang dengan Bang Pi’i. Wah, pokoknya seru.

Hari pertama kami menginap di hotel yang terletak di Gresik. Pada hari berikutnya, kami pindah hotel di pusat kota Surabaya. Singkat cerita, setelah semua perusahaan kami verifikasi, kami berkesempatan untuk ke Pulau Madura. Uhuy, akhirnya impian untuk melintas di jembatan Suramadu terwujud sudah! Tak lupa kami beli oleh-oleh dan cenderamata. Secara keseluruhan, kisah verifikasi ini cukup menyenangkan. Menjadi pengalaman berharga dalam hidup. Beruntung juga satu tim dengan orang-orang yang luar biasa. Mbak Angel yang pemberani. Nita yang ceria. Bang Pi'i yang humoris. Pak Rasyid yang bijak. Apalagi bersama Mas Morris yang kreatif, karena kami memakai handy talky (HT) selama menjalankan misi. Mantap!

Hari Jumatnya, menjadi hari terakhir kami di Surabaya. Nah, ini kisah yang paling menggelitik dan seru. Pukul 15.00 adalah jadwal keretaku yang mau ke Solo. Sementara teman-teman balik ke Jakarta, aku memutuskan untuk pulang ke Wonogiri dengan transit dulu di Solo. Pukul 14.00 kami baru selesai makan dan segera menuju stasiun. Tak disangka ternyata macetnya luar biasa. Pukul 14.45, kami masih harus melewati dua tikungan jalan sebelum sampai di stasiun. Akhirnya Mas Moris berinisiatif untuk mengajakku jalan kaki saja ke stasiun. Waktu terus berjalan. Mas Moris segera keluar dari mobil dan mengambil trolly bag-ku di bagasi. Dia memanggul trolly bag yang luar biasa beratnya itu dan berlari menuju stasiun. Aku pun berlari mengikutinya. Bayangkan saudara-saudara!!! Saat macet, ada 2 orang berlarian menuju stasiun, yang satu manggul trolly bag, yang satunya mengejar di belakang sambil ngos-ngosan. Waduh, Mas Morris larinya cepat sekali. Sampai di tikungan pertama aku sudah tidak sanggup mengejarnya.

Aku berhenti saja, untungnya sudah tidak begitu macet . Mobil tumpanganku datang, Mbak Angel membukakan pintu, aku bergegas masuk dan kami segera meluncur ke stasiun. Kami masih sempat berkomunikasi via HT dengan Mas Morris. Tet!!! Sudah pukul 15.00. Setelah sampai di stasiun, kami segera menghambur keluar mobil dan berlari menuju pintu masuk. Hiyaaaa, banyak orang yang turut menyemangati kami. Mas Morris sudah sampai dan meletakkan trolly bag-ku di pintu masuk. Kami pun berpisah di situ. Setelah menunjukkan tiket, aku masuk. Wah, sudah ada pengumuman kereta akan segera diberangkatkan. Masya Allah, trolly bag-ku berat sekali. Kalau ditarik pun akan memakan waktu lama. Akhirnya aku meminta tolong pada seorang cleaning service untuk membawakan trolly bag-ku. Tepat saat aku dan trolly bag-ku naik ke gerbong, kereta pun berjalan. Aku tak sempat memberi imbalan pada cleaning service yang membawakan trolly bag-ku tadi karena dia hanya meletakkannya kemudian bergegas pergi. Ya Allah, balaslah kebaikannya.... aamiin... Sampai di kursiku, aku bernafas lega dan menangis haru dalam kedalaman syukur! Sungguh pengalaman yang sangat berharga...

Hmm, itu pengalamanku setahun yang lalu. Dan kemarin, saat habis Maghrib ada banyak pesan BBM yang masuk dengan tulisan yang sama.

“Innalillahi wa inna ilaihi roji’un. Telah berpulang ke rahmatullah, Bapak Rasyid (Staf TU) Direktorat Impor pada hari ini.. Semoga amal dan ibadah beliau diterima di sisi Allah SWT”.

Degh! Aku kaget luar biasa! Ternyata Pak Rasyid sakit paru-paru basah. Beliau meninggal di RSCM setelah mendapat perawatan intensif. Teringat jelas saat-saat berpetualang bersama beliau dalam verifikasi di Gresik dan Surabaya tersebut. Meski sudah berusia lanjut, tapi beliau begitu bersemangat dalam menyelesaikan pekerjaan. Beliau sering melakukan hal-hal yang tak terduga. Salah 1 contohnya saat suatu pagi beliau mengetuk pintu kamar hotel kami dan mengantarkan nasi pecel yang enaknya luar biasa. Saat di kantor, beliau juga sering memberi nasihat padaku. Beliau juga sosok yang ceria dan murah senyum. Ahh... Ya Allah, beliau begitu baik! Dan kini Engkau telah memanggilnya. Kematian memang membuat kita belajar, bahwa hadirnya pasti tapi waktunya tak terduga. Ternyata Pak Rasyid tidak bisa menjalankan Ramadhan tahun ini dan Ramadhan tahun kemarin menjadi Ramadhan terakhir bagi beliau. Hmm, ini menjadi renungan juga buat kita bersama. Selamat jalan, Pak Rasyid (kalau di kantor, kami sering memanggilnya “Pak Ocid”)... insya Allah, semoga amalan dan ibadahnya diterima Allah SWT... aamiin yaa Rabbal ‘alaamiin...



Setiap manusia pasti kan merasakan maut

Kapan ajal kan menjemput, tiada yang tahu

Allah lah pencipta kita

Pengurus kita semua

Dialah yang menentukan akan takdir kita semua

Kehidupan kita... kematian kita...



Bandung, 28 Juli 2011

Aisya Avicenna

Wednesday, July 27, 2011

Nama-Nama Inspiratif RAMADHAN

Wednesday, July 27, 2011 0 Comments


1. Syahrun Azhim (Bulan Yang Agung)

Azhim adalah nama dan sifat Allah Ta’ala. Namun juga digunakan untuk menunjukkan kekaguman terhadap kebesaran dan kemuliaan sesuatu. Sesuatu yang diagungkan Nabi tentulah memiliki nilai yang jauh lebih besar dan sangat mulia dengan sesuatu yang diagungkan oleh manusia biasa. Alasan mengagungkan bulan Ramadhan adalah karena Allah juga mengagungkan bulan ini. Firman Allah, “Waman yu’azhim sya’iirillah fa-innahha mintaqwal quluub, barangsiapa mengagungkan syiar-syiar agama Allah, maka itu datang dari hati yang bertakwa.”
Diagungkan Allah karena pada bulan inilah Allah mewajibkan puasa sebagai salah satu dari lima rukun Islam. Allah Yang Maha Pemurah Penyayang menetapkan dan mensucikan bulan ini kemudian memberikan segala kemurahan, kasih sayang, dan kemudahan bagi hamba-hamba yang ingin mendekatkan diri kepada-Nya.

2. Syahrul Mubarak

Bulan ini penuh berkah, berdayaguna dan berhasil guna, bermanfaat secara maksimal. Detik demi detik di bulan suci ini bagaikan rangkaian berlian yang sangat berharga bagi orang beriman. Pasalnya semua perbuatan kita di saat berpuasa menjadi ibadah berpahala yang balasannya langsung dari Allah. Amal baik sekecil apapun nilainya dilipatgandakan sehingga kita menjadi puas dalam melakukannya. Keberkahan yang Allah berikandi bulan Ramadhan ini akan optimal jika kita mengelola waktu pendekatan diri kepada Allah sebagaimana arahan Rasulullah saw.

3. Syahru Nuzulul Qur’an

Allah mengistimewakan Ramadhan sekaligus menyediakan target terbesar, yaitu menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Simaklah firman Allah dalam rangkaian ayat puasa, “Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia, penjelasan bagi petunjuk, dan furqan (pembeda).” (Al-Baqarah: 185)
Ayat di atas menjelaskan bahwa target utama amaliyah Ramadhan membentuk insan takwa yang menjadikan Kitabullah sebagai manhajul hayat (pedoman hidup). Dapat dikatakan bahwa Ramadhan tidak dapat dipisahkan dengan Al-Qur’an. Rasulullah saw. mendapatkan wahyu pertama pada bulan Ramadhan dan di setiap bulan Ramadhan Malaikat Jibril datang sampai dua kali untuk menguji hafalan dan pemahaman Rasulullah saw. terhadap Al-Qur’an. Bagi ummat Muhammad, ada jaminan bahwa Al-Qur’an kembali nuzul ke dalam jiwa mereka manakala mengikuti program Ramadhan dengan benar.

4. Syahrus ShiyamPada Bulan Ramadhan dari awal hingga akhir kita menegakkan satu dari 5 rukun (tiang) Islam yang sangat penting, yaitu shaum (puasa). Kewajiban puasa sebagaimana kewajiban ibadah shalat 5 waktu. Maka sebulan penuh seorang muslim mengkonsentrasikan diri untuk ibadah sebagaimana dia mendirikan shalat Subuh atau Maghrib yang memakan waktu beberapa menit saja. Puasa Ramadhan dilakukan tiap hari dari terbit fajar hingga terbenam matahari (Magrib). Tidak cukup menilai dari yang membatalkannya seperti makan dan minum atau berhubungan suami-istri di siang hari saja, tetapi wajib membangun akhlaqul karimah, meninggalkan perbuatan maksiat dan yang makruh (yang dibenci Allah).

5. Syahrul Qiyam

Bulan Ramadhan menggairahkan umat Islam untuk menjalankan amalan orang-orang saleh seperti sholat tahajjud dan membaca Al-Qur’an dengan benar di dalam shalat malamnya. Di Bulan Ramadhan Kitabullah mengisyaratkan bahwa untuk mendapatkan ketinggian derajatnya setiap mukmin sangat dianjurkan shalat tarawih dan witir agar di luar Ramadhan dia bisa terbiasa mengamalkan qiyamullail.

6. Syahrus Sabr (bulan sabar)

Bulan Ramadhan melatih jiwa muslim untuk senantiasa sabar tidak mengeluh dan tahan uji. Sabar adalah kekuatan jiwa dari segala bentuk kelemahan mental, spiritual dan operasional. Orang bersabar akan bersama Allah sedangkan balasan orang-orang yang sabar adalah surga.
Sabar lahir bersama dengan segala bentuk kerja besar yang beresiko seperti dalam dakwah dan jihad fi sabilillah. Ramadhan melatih muslim beramal islami dalam berjamaah untuk meninggikan kalimat Allah.

7. Syahrul Musawwah (Bulan Santunan)

Ramadhan menjadi bulan santunan manakala orang-orang beriman sadar sepenuhnya bahwa puasanya mendidik mereka untuk memiliki empati kepada fakir miskin karena merasakan lapar dan haus sebagaimana yang mereka rasakan. Karena itu kaum muslimin selayaknya menjadi pemurah dan dermawan. Memberi dan berbagi harus menjadi watak yang ditanamkan.
Segala amal yang berkaitan dengan amwal (harta) seperti zakat fitrah sedekah, infak, wakaf, dan sebagainya, bahkan zakat harta pun sebaiknya dilakukan di bulan yang mulia ini. Memberi meskipun kecil, bernilai besar di sisi Allah. Siapa yang memberi makan minum pada orang yang berpuasa meskipun hanya seteguk air, berpahala puasa seperti yang diperoleh orang yang berpuasa.

8. Syahrul Yuzdaadu fiihi Rizqul Mu’min

Bulan ini rezeki orang-orang beriman bertambah karena segala kemudahan dibuka oleh Allah seluas-luasnya. Para pedagang akan beruntung, orang yang jadi pegawai dapat kelebihan pendapatan dan sebagainya. Namun rezeki terbesar adalah hidayah Allah kemudian hikmah dan ilmu yang begitu mudah diperoleh di bulan mulia ini.

Thursday, July 21, 2011

Bukti Kasih Sayang-Nya

Thursday, July 21, 2011 0 Comments
Menarik dan menghembuskan nafas sedalam-dalamnya tatkala diri ini merenungkan kembali rentetan peristiwa yang terjadi dalam dua bulan terakhir. Peristiwa yang membuat keterkejutan tersendiri, hingga mata tak kuasa membendung buliran bening yang memaksa untuk tumpah. Terlebih saat sujud-sujud panjang di atas sajadah merah kala memaparkan segalanya pada Sang Maha Kuasa.

Peristiwa dengan TEMA serupa, hanya terjadi dalam kisah dan lakon yang berbeda. Ah, memang benar! Jalan menuju kebaikan memang tidak mudah. Ada yang kan menjadi rintangan sebagai teman perjalanan. Tapi terus yakinkan diri, bahwa Allah telah siapkan kemudahan di balik kesulitan. Kuncinya adalah terus memposting kesabaran dalam menjalani liku-liku kehidupan.

Hmm, ada apa sih? Tak akan saya ceritakan di sini, mungkin lain waktu akan saya kisahkan dalam cerpen atau bentuk tulisan lainnya yang semoga menjadi inspirasi bagi yang membaca. Saya menangis bukan karena sedih, tapi lebih kepada bentuk penyesalan atas kekhilafan diri sekaligus sebagai bentuk kesyukuran atas kasih sayang-Nya.
"Tak semua orang mengalami apa yang kau alami. Inilah cara Allah membuatmu semakin kuat menjejak bumi". Begitulah komentar seorang sahabat saya saat kisah yang saya alami tersebut saya ceritakan padanya. Hmm, benar juga! Kan Allah sudah memberi garansi pada setiap hambaNya bahwa Dia tidak akan menimpakan sesuatu di luar batas kemampuan sang hamba.
Nah, ketika saya harus melakoni kisah tersebut, berarti saya pun harus yakin bahwa saya bisa melewatinya. Bisa jadi ini juga sebagai bagian dari UJIAN yang Allah berikan agar saya NAIK KELAS. Aamiin Yaa Rabb...

Tapi di balik "kisah luar biasa" ini, pada dua bulan terakhir ini saya pun diberikan banyak kisah yang juga sangat menyenangkan. Beberapa impian menjadi kenyataan. Tapi afwan, belum sempat diposting di blog. Masih sibuk dengan kuliah + ujian... Sebenarnya inipun tidak pantas untuk dijadikan dalih, mmm... mungkin sebaiknya memang kembali membenahi manajemen waktunya sehingga bisa tetap produktif untuk menulis meski kesibukan kuliah lebih mendominasi. So, koreksi diri! Muhasabah! Lakukan perbaikan!

Renungan pagi
Bandung, 21 Juli 2011
Aisya Avicenna

Thursday, July 14, 2011

[NO]stalgia [R]o[MA]ntic JULI #4: “PELANGI HIDUPKU”

Thursday, July 14, 2011 0 Comments




by Norma Keisya Avicenna on Thursday, July 14, 2011 at 10:10am

Ah, tak terasa ya hampir sampai di pertengahan Juli. Itu artinya, bulan Ramadhan sebentar lagi datang. Ayo, makin semangat menyambut sang tamu agung! Semoga Allah Swt masih berkenan mempertemukan kita dengan bulan mulia itu… Aamiin ya Rabb…



Targetan hari ini aku mulai mencicil kembali Bab 6 naskah CPNS-ku yang beberapa hari terakhir ini sempat tertunda untuk aku kerjakan karena ada kesibukan yang lain. Hehe. Mungkin kurang fokus ‘n kurang bisa buat prioritas! Tapi tak apalah, yang penting terus semangat berkarya. Seperti menaiki anak tangga, untuk mencapai puncak kamu harus berjalan bertahap di setiap anak tangganya... ^^v



Saat aku tengah asyik menikmati makan siang di kost yang mulai sepi karena ditinggal penghuninya liburan (heuheu…kesepian nih gue!), datanglah seorang adik (Bio 2007) menukarkan charger laptopnya yang dulu tertukar dengan punyaku. Ah, kayak judul sinetron aja. “Charger yang Tertukar”. Adikku satu ini memang asyik dan lucu. Alhamdulillah, dia sudah selesai ujian pendadaran dan sedang sibuk mengurusi kelengkapan wisuda buat September nanti. Dia sempat bercerita proses revisian skripsinya menjelang ujian pendadaran beberapa waktu lalu. Kebetulan dosen pembimbing skripsi kita sama. Meski perjalanan bimbingannya jauh lebih ribet daripada aku dulu. Perasaan pas aku dulu konsultasi semuanya fine-fine aja. Tapi seru juga sih, banyak suka-dukanya!



Adikku itu juga cerita tentang teman-teman seangkatannya yang masih sibuk riset skripsi mereka. Tak jarang terjadi konflik internal maupun hal-hal yang menyangkut masalah teknis. Suer deh, pikiranku langsung melayang kepada sosok-sosok sahabat terbaikku yang jadi satu tim penelitianku dulu. Tim AMBRE. Ambre adalah nama tanaman yang terdapat di daerah Tawangmangu. Nama ilmiahnya Geranium radula Cavan. Dulu aku satu tim dengan Tanti dan Mita. Ah, aku jadi kangen sama mereka.



Mengenang riset kita dulu… Aku kadang merasa bersalah juga karena mungkin dalam satu tim aku yang paling sering meninggalkan mereka saat riset. Di saat mereka membantuku uji toksisitas, aku sering gak bisa bantu mereka saat uji bakteri. Tapi, Alhamdulillah… mereka paham dengan segudang aktivitasku. Saat mereka harus ngelab, pada jam yang sama aku dibutuhkan teman-teman lain untuk rapat di SIM-BEM UNS atau ada agenda di Masjid Nurul Huda. Hah, maafkan aku kawan, jika kurang optimal. Tapi aku sangat bersyukur, Tim AMBRE selalu kompak. Gak pernah musuhan atau terjadi persengketaan diantara anggotanya. Satu kuncinya, KOMUNIKASI! Dari komunikasi yang terbangun dengan baik akan menumbuhkan sikap saling pengertian satu dengan yang lain, bukan masalah pemakluman tapi kita mampu menempatkan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Seiring berjalannya waktu, kita juga jadi semakin paham karakter masing-masing. Saling melengkapi kekurangan antara yang satu dengan yang lain.



Aku yang kadang cuek dan kurang peka, Tanti yang rajin tapi kadang panikan, Mita yang selalu santai dan kadang lola. Lucu-lucu banget lah kalau inget. Sampai ada satu peristiwa yang benar-benar menguji kesolidan tim kita. Pada suatu siang, riset kita salah! Kita salah menggunakan sampel yang harus difraksinasi. Alhasil, pekerjaan kita (waktu itu dosen pembimbing kita juga setia menemani di lab) dari siang sampai sore itu bisa dibilang sia-sia. Hah… sebenarnya dosen kita tidak tahu masalah ini. Panik, itu pasti! Kacau banget pikiran kita saat itu. Masing-masing punya pendapat sendiri-sendiri. Sampai akhirnya, kita bertiga memutuskan untuk mengulangi lagi dari awal. Lab Biologi lantai 1 sepi banget karena sudah malam! Untungnya ada Pak Satpam yang berpatroli. Hihi… benar-benar menjadi sebuah moment yang gak bakal kita lupain deh! Kita baru pulang jam 9 malam… Kita juga pernah belajar bertiga di kost Tanti. Aku sampai nginep. Buat persiapan seminar skrispi. Seru banget lah! Mereka sahabat-sahabat terbaik yang luar biasa. Ya Rabb, aku merindukan mereka. Jagalah mereka selalu…



Mendengar cerita adik tingkatku itu, aku hanya bisa tersenyum simpul. Ah, jangan sampai deh…persahabatan yang mulai terjalin saat di awal perkuliahan bisa rusak hanya gara-gara ketidaksepahaman saat melakukan penelitian. Semuanya akan baik-baik saja jika paham hakikat sebuah “amal jama’i”. Bekerja sama. Kerja tim! Ya, semoga itu bisa menjadi bumbu pemanis persahabatan kalian… tapi yang terpenting, “KOMUNIKASI”. Oke…hal yang sepele, tapi menjadi sangat berpengaruh dalam keberhasilan kinerja sebuah tim.



Cerita siang menjelang sore… sebelum ngajar di GO Mawar, aku menyempatkan diri untuk mampir di showroom Tiga Serangkai. Rencananya aku mau beli buku “first novel” seperti yang disarankan oleh mentor kepenulisanku, Casofa Fachmy. Berharap sih, gak ketemu tu orang. E…mak bedunduk…tu orang malah lagi nangkring di kursi, ngobrol sama seorang ibu dan seorang bapak. Nyengir deh gue! Liat-liat buku dulu, sampai akhirnya dia ngasih tau mana lokasi first novel yang harus aku beli. Yuhuy, beli 2. Semoga bisa jadi perbekalan untuk masa depan menulis yang lebih baik. Bergegas aku ke GO (cukup jalan kaki saja, coz gak jauh-jauh amat), e…aku malah ketemu sama Pangsit TeamLo. Hm, 11-12 deh sama seonggok yang tadi aku temui di TS. Wkwkwk…ngekek sepanjang jalan.



Cerita sore… bertemu dengan murid-murid baru di kelas Galileo. Wuih, seru banget deh! Mencatat inspirasi yang bisa ku dapat saat 2 jam bersama mereka.

Cerita malam… saat ngajar piket seorang murid yang besok ada ulangan IPA ada pemandangan menarik yang sayang kalau terlewat begitu saja. Ada sepasang suami istri. Mereka berdua mengantarkan salah seorang putranya (yang masih kelas 4 SD) untuk tes modalitas. Saat sang anak tengah dibimbing oleh seorang pengajar untuk tes, mereka mengeluarkan sebuah buku dari tas masing-masing. Wuizzz…adegan pertama yang memukau! Sang suami (bapak itu, dari segi fisik dah cukup berumur deh, warna rambutnya juga sudah berubah), sang istri pun demikian… (sudah banyak kerutan di wajahnya). Tak pikir adik yang tadi itu cucunya. Tapi gak tau juga deh, putranya atau cucunya. Yang penting, aku suka gaya mereka memanfaatkan waktu “penantian” dengan PRODUKTIF. Mbaca buku bhook… ngintip dikit, buku yang mereka baca juga keren! Buku keagamaan. Hm, malam yang sangat inspiratif!



Menikmati malam sorangan wae, mampir beli nasi uduk di kota Barat kemudian naik angkot 01. Ketemu mbak-mbak yang dulu pernah kenalan. Kalau ada barengan gini sedikit lebih tenang. Di dalam angkot, sempat terekam sebuah dialog antara bapak, ibu, dan seorang anak laki-lakinya yang aku taksir usianya sebaya dengan anak kelas 6 SD. Pembahasan mengenai “anak punk”. Wuiz, kedua orang tua itu wanti-wanti agar tu anak gak ikut-ikutan “gaya berandalan”-nya mereka. Ada satu dialog lagi, saat seorang laki-laki dengan mata sedikit kemerahan, wajah yang ‘culas’, dengan senyum tidak ramah (gue serem liat elo, mas!). Duduk dekat mbak-mbak yang kukenal tadi. Kemudian dia bertanya, “Turun mana mbak?”. “Pedharingan”, jawab mbak itu. “Kuliah atau kerja?”, kata cowok tadi. “Kerja!”, jawab mbak itu. Singkat! Sumpah, ngeliat adegan itu antara pengin ketawa dan pasang tampang sangar karena waspada. Hehe…



Sampai di kost, wuih… sepi banget! Kost tiga lantai dengan 19 kamar saat ini tinggal 3 orang. Sampai jam 9, aku ngobrol dan mendengarkan curhatan adik kostku di ruang tengah tentang kondisi kampus. Masuk zona inspirasiku, aku mengeluarkan satu buku first novel dari dalam tas yang berjudul “Nathan, Sang Penjelajah Mimpi”. Melahap lembar demi lembar dari kisah di buku itu. Mencoba mengikat makna. Sampai akhirnya aku terlelap dan berpetualang dalam EKSPEDISI MIMPI-ku sendiri. Muncul wajah-wajah penuh cinta yang sangat akrab kukenal. Diah Cmut, Aprisa Ayu Primasari, Mbak Santi, Mbak Amrih, Mbak Nury, Mbak Umi, Mbak Fu’ah, Mbak Eka, Mbak Anik, Mas Aris El Durra, Kang Fachmy, Mas Tyo, Mas Alib, Mas Cowie… wah, kok mereka rombongan hadir di mimpiku yha? Mimpi yang sangat seru… (gak perlu diceritakan di sini ah… bikin ketawa!)



Sekelumit kisah hari ini yang sayang jikalau aku tidak bisa mendokumentasikannya dengan baik. Jejak-jejak berharga yang semoga bisa memberikanku banyak hikmah dan pelajaran sarat makna.



Ketika Solo menjadi pilihanku!



(Aku hampir meninggalkan kota ini yang itu artinya aku meninggalkan “PELANGI”. Tapi waktu itu wajah-wajah keluarga Pelangi-ku pernah muncul di istikharahku, yang membuatku cukup berat untuk meninggalkan kota ini. Hikzhikz… Ya Rabb, mereka sangat berharga!!! Izinkan aku di sini lebih lama lagi… Kuatkan aku apapun skenario-Mu untukku!)



[Keisya Avicenna, jejak 13 Juli 2011 tentang aku dan Pelangi Hidupku…]

\NB: pemanasan dulu…

[NO]stalgia [R]o[MA]ntic JULI #3: “KAMBOJA”

Thursday, July 14, 2011 0 Comments
by Norma Keisya Avicenna on Tuesday, July 12, 2011 at 6:27pm

Pertama kali mengenalnya tak tahu harus berbuat apa. Saat bertemu dengannya tak tahu harus berkata apa. Karena apa? Karena aku sebenarnya mengenal jiwa itu tapi nyatanya begitu jauh. Terdengar nyanyian hatinya melingkar di telingaku. Aku pun begitu menikmatinya, hingga aku tak percaya kalau semua ini hanyalah mimpi. Aku pun segera terbangun dari mimpi itu, mimpi yang selalu mencekikku hingga aku tak bisa bernafas. Kembali kurenungkan apa yang baru saja terjadi. Bayangan lembutnya segera menghampiriku yang termangu memandang dinding kamar yang kaku. Sinar matanya layaknya bintang yang berpijar hingga tak kuasa aku melawannya. Aku hanya terpaku ketika jiwa itu memandangku dan mengajakku bicara.



Waktu berlalu dengan cepat dan sekejap saja aku mengenal jiwa itu. Hanya aku yang tahu kenapa aku memilih jiwa yang sebenarnya begitu pengecut untuk mengetahui bahwa jiwanya benar-benar berharga. Dan di suatu malam yang dingin sedingin jiwanya yang tak mampu melihat kenyataan, hatinya terbuka, ungkapkan apa yang menjadi keinginannya. Tapi, aku tak bisa menerima itu semua, karena aku tak mungkin menjadi orang yang selalu di belakangnya. Aku tak bisa memungkirinya, sebenarnya aku juga membutuhkan jiwanya untuk menenangkan jiwaku.



Angin masih berhembus dengan pelan dan tak ada satu kata pun yang keluar dari mulutku atau darinya. Aku sebenarnya ingin mengatakan sesuatu agar semuanya mencair. Tapi, aku tak tahu apa yang harus kukatakan. Sampai akhirnya, rerentet kata mulai terlontar dari mulut dingin ini, “Apabila suatu hari nanti aku mati, aku akan berkata padamu dengan bisikan dari kuburku dan aku akan menjadi kamboja yang mekar saat tahu kalau kau bisa membuktikan padaku apakah hatimu masih suci, apakah tulusmu benar-benar mencintai jiwaku?”



Terdengar gundahnya berkata, “Apakah langkahmu terlalu jauh hingga aku tak sanggup mengejarmu? Jika sekiranya kau menginginkan hal itu, aku akan menemanimu mati dan menjadi pohon di mana kau bisa bernaung di terik siang. Dan pergilah di saat yang tepat di kala aku berubah layu dan kering hingga aku akhirnya lebur layaknya buih di lautan. Aku akan mencobanya…”



Malam pun menangis mendengar apa yang baru saja ia katakan. Jiwaku meleleh layaknya lilin yang terbakar. Kebimbangan segera memasuki relung hatiku. Tapi jiwaku kembali merasa, seperti tak pernah terjadi apa-apa. Aku hempaskan diriku di kehampaan jiwa yang selama ini sebenarnya terisi keangkuhanku tentangnya. Lelap dan semakin lelap ditemani cahaya kunang-kunang yang tak seterang dulu lagi, perlahan meredup dalam keremangan. Aku tertidur dalam imajinasiku. Aku pergi jauh, jauh sekali…



Aku katakan padanya, aku berhenti melangkah karena aku tak sanggup lagi berjalan seorang diri. Dan aku berkata padanya, “Kau tak perlu jadi pohon karena mengenal jiwamu sudah cukup membuatku merasa nyaman”.



***

Hanya waktulah yang tahu berapa nilai sesungguhnya dari sebuah cinta. Aku yakin, cinta-Nya lah yang telah mempertemukan jiwa-jiwa kita. Semangat berkarya, kawan! Ini hanyalah sebentuk kegelisahan jiwaku yang belum bisa membuktikan apa-apa!



Mencoba memupus luka yang dulu pernah ada. Dan aku benar-benar merasakan, waktu menjadi bagian dari proses penyembuhan luka itu. Menulislah, dan biarkan jiwamu tetap sehat karena ada banyak cinta saat ke-26 aksara itu bersatu, bersama merangkai kata hingga jadi bermakna…



Teruntuk “karya-karya impian” yang jiwaku amat mencintainya. Aku tak ingin ketika jatah hidupku habis, aku belum menghasilkan apa-apa…



*) Terima kasih buat Diah Cmut dan Aprisa Ayuprimasari…di bawah pohon itu, siang ini… aku kembali merenungi semuanya! @Taman Pujangga_ndegan!



[Keisya Avicenna, 12 Juli 2011. Sembari menyeka air mata hatiku yang semakin lama semakin menderas…@17:30WIB]

MENANGIS ITU BUKAN LAKI-LAKI

Thursday, July 14, 2011 0 Comments
by Norma Keisya Avicenna on Monday, July 11, 2011 at 7:45pm

Kadang, ada kalanya seorang anak mendambakan kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya secara berlebih. Ini wajar! Tatkala sang anak mulai beranjak dewasa, ia berusaha mati-matian untuk menjadikan dirinya sebagai kebanggaan orang tua. Alasannya hanya satu, untuk membalas jasa bagi kebaikan orang tua. Walaupun balas jasa sang anak itu satu berbanding tak terhingga dengan semua kebaikan yang telah diberikan dan segala bentuk pengorbanan orang tua.



Diri ini benar-benar merasakan perih, sakit, luka yang begitu dahsyat ketika harus ‘dipukul’ dengan beningnya air mata orang tua yang mengalir, seiring permohonan maaf kepada anaknya. Bukan anak yang mohon maaf kepada orang tuanya!



Bermula dari keinginan untuk membahagiakan mereka dengan mencoba mencari skeolah lanjutan yang tepat. Akan tetapi, pada saat yang bersamaan, kakak perempuanku harus mendaftar sebagai dosen di UNDIP. Tentu saja biaya yang dikeluarkan tidaklah sedikit. Konsentrasi orang tuapun terpecah, bahkan aku merasa mereka lebih sibuk mengurusi pendaftaran kakak perempuanku itu sehingga sedikit meninggalkan kepentinganku untuk mencari sekolah lanjutan.



Terbersit rasa kesal karena perguruan tinggi yang diharapkan seakan mustahil untuk diraih sedangkan diri ini sudah gagal PMDK. Rasa iri kepada sang kakak pun semakin memuncak. Semakin menjadi bahkan begitu hebat! Terakhir aku mencoba bicara dengan orang tua bahwa aku ingin sekolah di STT TELKOM, tapi lagi-lagi gagal karena biaya per semester 4 juta lebih. Aku tambah kacau, aku tidak ingin kejadian ini sama dan berulang seperti tahun-tahun lalu, di mana aku selalu gagal mendapatkan sekolah yang aku inginkan.



Marah, iri, kesal yang membabi buta, aku lampiaskan begitu saja kepada Ibu. Umpatan demi umpatan keluar dari ‘mulut jahanam’ ini. Hati kotor ini berbisik, “aku di -nomor dua-kan”. Di tambah lagi, Bapak sering menonjolkan prestasi kakak perempuanku. Kakak yang dulu sekolah di SMA Al Azhar daripada aku yang hanya sekolah di desa, yang mungkin tidak ada apa-apanya dengan sekolah kakakku itu. Hati ini tambah miris!



Ketika kakak perempuanku itu pulang ke rumah, tak sepatah kata pun terucap untuk menyambut, tak ada sekilas wajah terlihat untuk menatap, yang ada hanya pikiran bahwa diri ini adalah pecundang yang selalu gagal…



Ibu -yang selalu mencoba meneduhkan si anak durhaka ini- malah kembali dijadikan bulan-bulanan mulut hina ini. Begitu berhari-hari. Malah sempat terbersit, “Lebih baik aku menjadi berandalan, membuat orang tua malu! Jika mereka tidak mau aku menjadi anak kebanggaan mereka!”. Ibu tetap sabar. Hati anaknya yang terbakar emosi ini masih juga belum mengerti linangan air mata ibunya dalam hati.



Di sekolah, saat teman-teman yang lain sibuk mengurus PMDK, aku hanya duduk menatap karena cita-citaku untuk ikut PMDK sudah kandas. Sementara teman-temanku enak, mereka berpeluang bisa masuk perguruan tinggi negeri tanpa harus ikut tes saringan masuk. Sedangkan aku? Aku mungkin harus berjuang mati-matia untuk ikut tes SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru), yang tentu saja aku ragu. Aku ini kan orang bodoh? Lalu kenapa aku dilahirkan? Setiap orang bilang bahwa aku beda sama kakak, benar! Aku beda, aku lebih bodoh, aku lebih jahat, aku lebih keras kepala, egois! Aku mulai menebar benci pada semua orang. Prinsipku saat itu, kalau aku benci pada semua orang, maka aku laki-laki sejati!!! Lebih baik aku suka daripada orang lain suka. Aku sering makan ati…



Waktu itu, sepulang sekolah aku ingin makan siang. Keadaan rumah tidak seperti biasanya, ada rasa jengkel ketika menatap wajah Ibu! Seperti hari-hari sebelumnya, beliau menanyakan keadaan di sekolah, tapi jawaban yang keluar dari mulut ini malah kata-kata yang sinis. Kata-kata yang terlontar adalah kata-kata yang sangat menyakitkan. Sampai puncaknya, Ibu menangis. Ibu menangis di hadapanku, memohon maaf kepadaku. Sedang aku? Aku hanya diam berusaha bertahan dengan pikiran-pikiran iblisku yang mencoba meracuni. Ibu menangis…sekali lagi mohon maaf.



Sembari bercerita bahwa beliau tidak pernah sekalipun membedakan anak-anaknya. Bagi beliau, anak-anaklah kekuatan untuk menjalani hidup. Bapak yang bekerja tiada henti demi siapa? Demi anak-anak…Ibu tidak pernah menganggap aku bodoh!!! Aku pintar…aku adalah kebanggaan beliau. Ibu terus minta maaf, teriring kristal-kristal bening yang terus membuat jejak membasahi kulit pipinya yang mulai keriput termakan usia.



Tiba-tiba piring yang tadi aku pegang, aku letakkan. Aku bersimpuh di kaki Ibu. Aku menangis sejadi-jadinya! Aku tak kuasa memandang air mata Ibu. Aku bersimpuh dan Ibu membelaiku dengan kasih sayangnya, aku hanya bisa berkata,

“Sampun Ibu, sampun…kulo lepat!”1) Hanya itu yang dapat keluar dari mulut neraka ini. Aku mencium tangan Ibu sebisanya. Aku merasakan perjuangannya membesarkanku, kurasakan tangan halus itu yang senantiasa menemani langkahku.



“Aku durhaka sama Ibu…”, kataku sambil terisak.

Tapi apa yang beliau katakan?

“Tidak, kamu tidak salah. Wajar…kamu masih remaja, Ibu bangga sama kamu.”

Aku benar-benar merasa telah menyakiti hati Ibu. Aku sulit melepaskan genggaman tanganku di kaki beliau, sudah banyak kesalahan yang aku perbuat. Aku tidak sadar bahwa selama ini aku hanya bisa merepotkan beliau, mencemooh beliau, memaki, berkata keras…

Aku durhaka…

Aku durhaka…



Ibu, ampuni aku! Jikalau beliau hilang kesabaran, pasti aku sekarang telah menjadi manusia laknat, terkutuk!

Ibu tidak berharap apa-apa dariku. Ibu hanya ingin menyaksikan anak-anaknya berhasil. Itulah yang kuingat, dan sampai sekarang aku masih bisa melihat sosok Ibu yang penuh cinta kasih pada anak-anaknya. Aku ingin mempersembahkan yang terbaik untuk Ibu. Sering aku melihat Ibu berdoa panjang seusai sholat malam, tapi aku tak tahu jika dalam doanya…ada namaku!

Ibu…ampuni aku!

Ibu…ampuni anakmu…



(Aku kembali ingat kejadian itu…dan inilah pelebur kerasnya hatiku. Aku tidak malu jika harus menangis karena meratapi kesalahan. Karena selama ini, aku hanya menganggap menangis itu bukan laki-laki!!! Aku menangis karena Ibu…Ibu yang akan selalu aku hormati. Ibu, surga ada di bawah telapak kakimu…)





1) “Sudah Ibu, sudah…saya salah!”



[Keisya Avicenna...belajar memaknai air mata laki-laki]

[NO]stalgia [R]o[MA]ntic JULI #2: “KARENA CINTA KUIKHLASKAN…”

Thursday, July 14, 2011 0 Comments
by Norma Keisya Avicenna on Friday, July 8, 2011 at 10:52am



Demi cinta ku pergi

Tinggalkanmu relakanmu



Untuk cinta tak pernah

Ku sesali saat ini

Ku alami ku lewati

Suatu saat ku kan kembali

Sungguh sebelum aku mati

Dalam mihrab cinta ku berdoa semoga



Suatu hari kau kan mengerti



Siapa yang paling mencintai

Dalam mihrab cinta ku berdoa pada-Nya



Karena cinta ku ikhlaskan

Segalanya kepada-Nya

Untuk cinta tak pernah

Ku sesali saat ini

Ku alami ku lewati

Suatu saat ku kan kembali

Sungguh sebelum aku mati

Dalam mihrab cinta ku berdoa semoga



Suatu hari kau kan mengerti

Siapa yang paling mencintai

Dalam mihrab cinta ku berdoa padaNya

(Afgan – Dalam Mihrab Cinta)



***

Banyak hikmah yang bisa saya ambil dari karya Kang Abik “Dalam Mihrab Cinta”. Ketika sebuah tulisan divisualisasikan pun tidak mengurangi esensi dari maksud dan tujuan sang penulis ketika menyusun karya tersebut. Satu hikmah yang ingin saya ulas dari film tersebut adalah makna dan hakikat KEIKHLASAN. Ya, ada adegan dimana Silvy (Asmirandah) akan menikah dengan Syamsul Hadi (Dude ^^v). Beberapa hari sebelum hari bahagia itu datang, Allah berkehendak lain. Silvy mengalami kecelakaan. Ia meninggal. Syamsul sangat syok. Ayah Silvy (Izur Muchtar) sempat meminta Syamsul menikahi jasadnya. Oh...T_T. Bagian dimana saya harus berebut tissue dengan Kaizenemon, boneka Doraemon kesayangan saya. Heuheu…



Ketika Syamsul kembali ke rumahnya di Pekalongan dia seperti kehilangan harapan, kerjaannya melamun, dan tidak mau makan. Ada adegan yang sangat berkesan bagi saya, saat Ibunya Syamsul mengatakan: “Sampai kapan kamu mau terus bersedih, ngger…Percuma, BIBIRMU BILANG IKHLAS TAPI HATIMU TIDAK!!!”. Nah, kalimat ini yang paling saya suka (cukup menampar luar-dalam). Tentang sebuah keikhlasan. Mudah diucapkan tapi kadang berat di tindakan. Sesuatu yang sekiranya hendak menjadi milik kita bahkan mungkin kita sudah benar-benar yakin bahwa segala yang kita rencanakan akan sesuai dengan yang kita harapkan. Tapi pada kenyataannya, Allah Swt berkehendak lain. Hm…belajar memaknai kehilangan. Ya, sebaik-baik rencana kita jauh lebih baik rencana Allah Swt untuk kita.



Dan tentang jodoh (seperti yang pernah dituliskan oleh saudari kembar saya), “Memang belum tentu seseorang yang ‘baru akan’ menikah dengan kita, itu benar-benar jodoh yang dipilihkan Allah Swt. Jodoh itu misterius, hadirnya tak terduga. Semua sudah diatur-Nya sedemikian rupa. Tidak akan datang terlambat atau terlampau cepat, jodoh kita akan datang pada saat yang tepat!” Yups, sepakat my supertwin…kalau saya selalu menuliskan kalimat ini di halaman depan catatan harian saya “Allah Swt pasti akan menjawab dengan lebih indah pada saat yang TEPAT dan TERBAIK”. (Ntah itu tentang siapa yang akan menjadi pendamping hidup saya, terealisasinya impian-impian saya, dll…ya, TEPAT dan TERBAIK! Sampai adik-adik di kampus pun hafal dengan kalimat dan dua kata tersebut seolah sudah menjadi ciri khas saya…hehe…)



Sekali lagi, banyak hikmah yang bisa saya ambil setelah dua kali menonton film ini… (yang jelas siap-siap tissue dulu yaa…Nulisnya cuma 15 menit nih. Mau rihlah ‘n refreshing dulu di taman pujangga bersama Ayu’ dan Diah Cmut. Mumpung masih libur 3 hari. Hm, SEMANGAT!!! Hidup Dude!!! Lho? ^^v)



[Keisya Avicenna]

NB: ditulis saat kondisi fisik lagi gak bersahabat (migrain…so, kalau ada yang salah, koreksinya yaw!) Hm, MENULIS itu MENYEMBUHKAN!!! kapan-kapan crita tentang DMC lagi, ah...