Menunggumu Di Sayup Rindu
Keisya Avicenna
Wednesday, August 25, 2010
0 Comments
Menantimu…
Entah kenapa kata ini yang menjadi judul tulisan ini. Fikiranku seolah menjadi pengarah jemari tanganku untuk mengetik tiap hurufnya. Iya, kamu, seorang insan yang telah lama ke nanti tuk menemani perjalanan ini.
Tahun ini bersamaan dengan Ramadhan, aku masih ingat do’a yang kepanjatkan, lisanku berucap, ”Ya Allah, semoga Ramadhan tahun ini menjadi Ramadhan terakhir sahur sendirian…amin…”. he he he…. itulah sebuah do’a yang tulus kupanjatkan. hehe...
bagiku penantian saat itu adalah sebuah keindahan tersendiri. Karena mencnitai bagiku adalah berusaha mencintai dengan sebaik-baiknya mencintai, yakni mencintai dengan sempurna. Mencintai seseorang yang tidak sempurna dengan cara yang sempurna.
”Kita hidup bukanlah mencari seseorang yang sempurna untuk kita cintai, namun kita belajar untuk mencintai orang yang tidak sempurna dengan sempurna.”
Dan sebagaimana kata seorang sastrawan berkata,
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana,
seperti kata-kata yang tak sempat terucapkan
oleh kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana,
Seperti isyarat yang tak sempat dikatakan
Oleh awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.
( Aku Ingin, Sapardi Joko Damono)
Namun, aku masih sedang mencari sebuah arti, apakah ini memang fitrahku yang bermain atau hanyalah hiasan nafsu yang sedang berjalan. Ah….entahlah.
Ya Allah,
Jika kelak Engkau menjadi ia sebagai sahabatku, maka…
Jadikanlah kecintaanmu kepadaNya sebagai penyempurna rasa itu
Aku ingin mencintainya dengan cara yang sempurna meski ia tidak sempurna
Karena hidup bukanlah mencari seseorang yang sempurna untuk dicintai, namun belajar untuk mencintai orang yang tidak sempurna dengan sempurna.
Aku pun ingin mencintainya dengan sederhana
Mengutip kalimat seorang saudara ku,
Cinta yang sederhana, sesederhana cinta Abdurrahman bin Auf saat meninggalkan seluruh hartanya di Mekah demi mengikuti hijrahnya Rasulullah…
Sesederhana cinta Abu Bakar yang tetap diam saat seekor ular menggigit kakinya di Gua Tsur, demi tak ingin membangunkan Rasulullah yang tertidur di pangkuannya…
Sesederhana cinta Bilal bin Rabah yang rela terpanggang di bawah batu besar pada teriknya gurun…
Jadikanlah rasa itu karena ia begitu mencintaiMu
Hingga tiada seorang pun yang sanggup memindahkan Dia dihatimu
Termasuk juga diriku kelak…
Ya..Rabbi……
Aku tak meminta seseorang yang sempurna
Hingga aku dapat membuatnya sempurna di mataMu
Seseorang yang membutuhkan dukunganku sebagai peneguhnya
Seorang yang membutuhkan doaku untuk kehidupannya
Seseorang yang membutuhkan senyumku untuk mengatasi kesedihannya
Seseorang yang membutuhkan diriku untuk membuat hidupnya lebih hidup
Aku tidak mengharap dia semulia Muhammad SAW,
setaqwa Abu Bakar, setampan Ali,
segagah Umar
Apalagi sekaya Utsman.
Karena aku sadar aku belum bisa semulia Ummu Sulaim,
Atau setaqwa Aisyah, pun setabah Fatimah,
Ataupun sekaya bunda Khadijah,
setegar Asma,
Juga segagah Nusaibah,
apalagi secantik Zainab
Aku hanya mengharap seorang wanita akhir zaman,
Yang punya cita-cita mengikuti jejak mereka,
Menjadi sholehah, menjadi ainul mardhiyah.
Aku mengetahui bahwa Engkau ingin kami bertemu pada waktu yang tepat
Dan Engkau akan membuat segalanya indah pada waktu yang telah Engkau tentukan….
dan semoga kelak kutemukan dirinya bercahayakan iman
Amin Allahuma amin.
Entah kenapa kata ini yang menjadi judul tulisan ini. Fikiranku seolah menjadi pengarah jemari tanganku untuk mengetik tiap hurufnya. Iya, kamu, seorang insan yang telah lama ke nanti tuk menemani perjalanan ini.
Tahun ini bersamaan dengan Ramadhan, aku masih ingat do’a yang kepanjatkan, lisanku berucap, ”Ya Allah, semoga Ramadhan tahun ini menjadi Ramadhan terakhir sahur sendirian…amin…”. he he he…. itulah sebuah do’a yang tulus kupanjatkan. hehe...
bagiku penantian saat itu adalah sebuah keindahan tersendiri. Karena mencnitai bagiku adalah berusaha mencintai dengan sebaik-baiknya mencintai, yakni mencintai dengan sempurna. Mencintai seseorang yang tidak sempurna dengan cara yang sempurna.
”Kita hidup bukanlah mencari seseorang yang sempurna untuk kita cintai, namun kita belajar untuk mencintai orang yang tidak sempurna dengan sempurna.”
Dan sebagaimana kata seorang sastrawan berkata,
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana,
seperti kata-kata yang tak sempat terucapkan
oleh kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana,
Seperti isyarat yang tak sempat dikatakan
Oleh awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.
( Aku Ingin, Sapardi Joko Damono)
Namun, aku masih sedang mencari sebuah arti, apakah ini memang fitrahku yang bermain atau hanyalah hiasan nafsu yang sedang berjalan. Ah….entahlah.
Ya Allah,
Jika kelak Engkau menjadi ia sebagai sahabatku, maka…
Jadikanlah kecintaanmu kepadaNya sebagai penyempurna rasa itu
Aku ingin mencintainya dengan cara yang sempurna meski ia tidak sempurna
Karena hidup bukanlah mencari seseorang yang sempurna untuk dicintai, namun belajar untuk mencintai orang yang tidak sempurna dengan sempurna.
Aku pun ingin mencintainya dengan sederhana
Mengutip kalimat seorang saudara ku,
Cinta yang sederhana, sesederhana cinta Abdurrahman bin Auf saat meninggalkan seluruh hartanya di Mekah demi mengikuti hijrahnya Rasulullah…
Sesederhana cinta Abu Bakar yang tetap diam saat seekor ular menggigit kakinya di Gua Tsur, demi tak ingin membangunkan Rasulullah yang tertidur di pangkuannya…
Sesederhana cinta Bilal bin Rabah yang rela terpanggang di bawah batu besar pada teriknya gurun…
Jadikanlah rasa itu karena ia begitu mencintaiMu
Hingga tiada seorang pun yang sanggup memindahkan Dia dihatimu
Termasuk juga diriku kelak…
Ya..Rabbi……
Aku tak meminta seseorang yang sempurna
Hingga aku dapat membuatnya sempurna di mataMu
Seseorang yang membutuhkan dukunganku sebagai peneguhnya
Seorang yang membutuhkan doaku untuk kehidupannya
Seseorang yang membutuhkan senyumku untuk mengatasi kesedihannya
Seseorang yang membutuhkan diriku untuk membuat hidupnya lebih hidup
Aku tidak mengharap dia semulia Muhammad SAW,
setaqwa Abu Bakar, setampan Ali,
segagah Umar
Apalagi sekaya Utsman.
Karena aku sadar aku belum bisa semulia Ummu Sulaim,
Atau setaqwa Aisyah, pun setabah Fatimah,
Ataupun sekaya bunda Khadijah,
setegar Asma,
Juga segagah Nusaibah,
apalagi secantik Zainab
Aku hanya mengharap seorang wanita akhir zaman,
Yang punya cita-cita mengikuti jejak mereka,
Menjadi sholehah, menjadi ainul mardhiyah.
Aku mengetahui bahwa Engkau ingin kami bertemu pada waktu yang tepat
Dan Engkau akan membuat segalanya indah pada waktu yang telah Engkau tentukan….
dan semoga kelak kutemukan dirinya bercahayakan iman
Amin Allahuma amin.