EPISODE PELANGI MANTU: “KALA CINTA TERLABUHKAN”
Keisya Avicenna
Friday, September 14, 2012
0 Comments
by Norma Keisya Avicenna on Sunday, September 9, 2012 at 10:52pm ·
Senin Ngangenin di bulan September lembar ke-10.
Ada agenda istimewa apa hari ini?
Jadi, pagi ini saya harus izin kuliah dan saya harus menemani "kakak Pelangi" saya dalam prosesi yang luar biasa dahsyat dan istimewa. Menemaninya saat "laki-laki asing" itu berikrar suci untuk menjadi sang nahkoda dalam biduk rumah tangga di samudera kehidupan berbenderakan sakinah, mawaddah, warohmah untuk selamanya. Hm, "MITSAQON GHALIZA". Do'akan semoga semuanya lancar... #Indah, mudah, full barokah... :)
"EPISODE PELANGI MANTU"
[status FB pagi ini]
Berangkatlah saya pagi ini dengan mengenakan gamis coklat kesayangan yang khusus saya pakai untuk agenda-agenda walimahan Pelangi (Hihi. Biar kesan episode “sunnah bersejarah nan indah” dengan gamis ituh selalu melekat di hati. Awawaw… Walaupun kalau pas sesi foto kesannya, kok bajunya itu-itu terus. Hahaha… whatepperlah…yang penting khusus Pelangi!)
Eits, ada cerita seru. Alhamdulillah, Kak Dodoy –kakak saya yang cakep ituh- akhirnya bersedia mengantarkan saya ke Songgorunggi, Nguter, Sukoharjo (tempat ijab qabul dan resepsi pernikahan mbak Avisa Guritna –Mbak Anik Pelangi-). Meski harus pake rayuan ala Cenung dan akhirnya setelah pasang muka paling memelas dengan mengungkit-ungkit kejahilan dia waktu membajak FB saya dengan kalimat “Mendadak gaLau nih…”, ugh akhirnya tu kakak mau juga jadi tukang ojek saya! Horeee… (Cuman nganterin doing sih, ntar pulangnya ya pulang sendiri. Maklumlah! Hihihi)
Setelah menempuh perjalanan yang cukup ngawu-awu sekali, akhirnya sampailah saya di lokasi acara. Setelah turun dari vega merah dengan sangat elegan dan cium tangan kakanda tercinta, saya pun melangkahkan kaki dengan sangat mantap memasuki sebuah istana yang sudah banyak hiasan janur kuningnya. Hm, kemungkinan besar anak-anak Pelangi pada datang pas resepsi siang nanti jam 13.00, beberapa juga ada yang izin nggak bisa datang. Yasudah deh… HUMAS tetap harus menjalankan amanahnya! Hehe. Eh, ketemu Mas Cowie dan kita berdua pun nongkrong di rumah tetangganya Mbak Anik yang dijadikan tempat rias calon pengantinnya. Ada sekitar 10 meter dari tempat resepsi. Jalan dulu melewati pinggir jalan raya…
Ketemu sama Mbak Anik yang benar-benar cantik dan bikin pangling. Cipika-cipiki dan iseng saya tanya bagaimana perasaannya. Hihi. Mbak Anik-nya cuman tersenyum, “Sudah kehabisan kata-kata untuk mengungkapkan semua rasa…” (Mungkin kalimat inilah yang mampu saya terjemahkan dari senyumannya. Hehe)
Prosesi ijab qabul mundur sekitar setengah jam dari jadwal semula yang seharusnya jam 09.00. Pak penghulunya baru datang sekitar jam 09.30. Setelah dapat kode dari pihak keluarga, kedua calon pengantin yang waktu itu memakai kostum putih nan elegan bersiap. Mbak Anik memanggil saya, beliau meminta saya menggandeng tangannya menuju lokasi ijab qabul. Toeeeng… Berjalanlah iring-iringan itu. Mbak Anik dan saya di baris terdepan, saya pegang erat tangan beliau yang mulai berkeringat dingin. Di belakang kami, rombongan pengiring dari pihak keluarga serta calon pengantin pria serta yang mendampinginya.
Waktu jalan itu, Mbak Anik sempat berbisik ke saya, “Nung, aku pengin nangis…”. Saya coba menenangkan beliau, “Tenang Mbak. Banyakin do’a dan dzikir. Yakin, Insya Allah semuanya lancar.”
Memasuki lokasi “sakral” itu, berasa kayak rame paparazzi. Hihi. Gubrak! Waduh, bener-bener deh… Kamera membidik dari berbagai penjuru. Lha otomatis saya jadi salting sendiri. Wkwkwk. Cenung… Cenung! (mbayangin apa jadinya kalau ada Ayu’ dan Cmut? Apalagi Mbak Santi dan Mbak Ummi. Hadeeeuh… *tepokjidat!)
Pak penghulu dan rombongan serta para saksi pun berdiri kemudian mempersilahkan kedua calon mempelai untuk menempatkan diri di posisi masing-masing. Mendadak saya jadi “speechless” saat pak penghulu menyuruh saya duduk tepat di sebelah kiri Mbak Anik. Subhanallah… Satu meja dengan dua orang saksi, pak penghulu, ayah dan ibu mbak Anik, pendamping calon pengantin pria dan kedua pasangan calon pengantin. Ya Rabb, setiap detik rasanya berlalu penuh berkah… Semoga!
Setelah pak penghulu mengucap basmalah dan serangkaian prosesi pra akad nikah (checking administrasi, checking mas kawin, dsb), kemudian beliau mengajak seluruh yang menjadi saksi mata episode istimewa itu untuk membaca Al-Fatihah bersama-sama, dilanjutkan istighfar 3x dan syahadat. Kemudian ayah Mbak Anik mengucapkan syahadat dan artinya, calon mempelai pria juga mengucapkan syahadat dan artinya demikian juga dengan calon mempelai wanita. Ada getaran bergemuruh mahadahsyat di hati ini. Alhamdulillah, ada tissue di tas saya dan saya berikan ke Mbak Anik yang saat itu sudah tidak mampu lagi membendung kristal bening yang sudah memberontak untuk menciptakan jejak di kulit pipinya. Sesekali saya genggam tangannya, isyarat untuk menguatkan dan mengokohkan hatinya. Sebentar lagi… ya sebentar lagi… (Saya jadi terkenang dengan prosesi akad nikah saudari kembar saya. Saat itupun saya duduk pas di kiri dia. Seketika air mata tumpah saat Kak Febri melantunkan hafalan Ar-Rahman yang saat itu menjadi mahar terindah dari beliau untuk saudari kembar saya… dan mereka pun SAH menyandang amanah sebagai suami dan isteri. TOBI, mumumu…)
Setelah khotbah nikah singkat yang disampaikan oleh pak penghulu, ayah Mbak Anik pun menggenggam erat tangan Mas Saiful (calon suami Mbak Anik). Ada kesalahan pengucapan di kata “mas kawin” dan akhirnya diulang lagi… pengulangan yang kedua langsung dijawab dengan suara yang bergetar oleh Mas Saiful. Tapi saksi meminta untuk diulangi karena pengucapan “anak Anik…” dirasa kurang pas. Kemudian “kertas contekan” ayahnya Mbak Anik pun ditambahi “…anak perempuan saya, Anik…dst…”. Saya benar-benar ikutan deg-degan. Hadeuh, yang nikah siapa yang deg-degan siapa. Toeeeng! Tidak berkedip mata saya saat menyaksikan ayah Mbak Anik mengucapkan lafal ijab itu lanjut kemudian Mas Saiful yang menjawab qabul-nya dengan sangat tegas dan mantab. Dan Alhamdulillah, SAH??? SAH!!! Barokallahulakumma wabaroka’alaikumma wajama’a bainakumma fii khoir… Alhamdulillah, Ya Rabb…
Seketika saya merasa banyak malaikat berada di sekitar kami. Menghujani kami dengan doa-doa terindah…untuk sebuah pernikahan yang barokah dalam menuju gerbang keluarga yang sakinah, mawaddah, warohmah… Saya pun berpelukan dengan Mbak Anik, “Selamat mengemban amanah yang baru ya mbak! Jadilah ISTRI SHALIHAH!” (Sambil mbatin dan berdoa, semoga amanah itu pun bisa segera saya sandang. Awawaw… ^_^ berlaku juga untuk para single bahagia di keluarga Pelangi. Hm, istri yang shalihah itu jika diperintah suaminya ia patuh, jika dipandang membuat suaminya merasa senang, jika suaminya bersumpah membuatnya merasa adil, jika suaminya pergi ia akan menjaga dirinya dan harta suaminya.) Yukz, semangat untuk terus mempersiapkan diri!
Subhanallah, inilah “MITSAQAN GHALIZA” euy…, perjanjian yang berat. Dari seluruh perjanjian antara Allah dengan manusia, hanya tiga yang disebut Allah sebagai “Mitsaqan Ghalizha.”
Pertama, perjanjian Allah dengan Bani Israil. “Dan kami angkat ke atas kepala mereka bukit Thursina untuk menerima perjanjian yang telah kami ambil dari mereka dan kami perintahkan kepada mereka: masukilah pintu gerbang itu sambil bersujud. Dan kami perintahkan pula kepada mereka: janganlah kamu melanggar peraturan mengenai hari Sabtu. Dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang berat, mitsaqan ghalizha.” (QS. An-Nisa: 154). Apa yang terjadi ketika sebagian mereka melanggar perjanjian berat ini? Allah Swt berfirman: “Dan sesungguhnya telah kalian ketahui orang-orang yang melanggar diantaramu pada hari Sabtu. Lalu Kami berfirman kepada mereka: jadilah kamu kera yang terhina.” (QS. Al-Baqarah: 65)
Kedua, Allah Swt menyebut Mitsaqan Ghalizha ketika berbicara tentang perjanjian Dia dengan para utusan-nya yang mulia. Allah Swt membuat perjanjian bukan hanya dengan para Nabi as, tetapi secara khusus dengan Nabi-nabi besar yang dikenal sebagai Ulul Azmi. Dia bersabda, “Dan ingatlah ketika Kami mengambil perjanjian dari Nabi-nabi dan dari engkau sendiri, dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang berat, Mitsaqan Ghalizha.” (QS. Al Ahzab: 7)
Ketiga, Allah Swt menyebut akad nikah antara dua orang anak manusia sebagai Mitsaqan Ghalizha. Allah Swt menegur suami-suami yang berbuat zalim, yang merampas hak istrinya dengan berfirman, “Bagaimana kalian akan mengambilnya kembali, padahal kalian sudah berhubungan satu sama lain sebagai suami istri. Dan para istri kalian sudah melakukan dengan kalian perjanjian yang berat, Mitsaqan Ghalizha.” (QS. An-Nisa: 21)
Karena itu, akad nikah adalah sebuah perjanjian yang sama beratnya dengan perjanjian Bani Israil dengan bukit yang berada di atas kepala mereka, sama agungnya dengan perjanjian para Rasul di hadapan Allah SWT. Bila ada yang melanggar perjanjian itu, seperti Bani Israil, Allah Swt akan mengutuk menjadi kera yang hina dina. Bila mampu memikul perjanjian ini dengan tulus, Allah Swt pasti akan memuliakan dan membuat kedua pasangan halal itu dalam lingkungan para kekasihNya, sebagaimana Allah Swt memuliakan para Rasul as dan mencintai mereka.
“Dan di antara tanda-tanda keagungan Allah ialah Dia menciptakan untuk kalian dari jenis kalian juga pasangan-pasangan kamu supaya kamu hidup tentram bersamanya dan Tuhan menjadikan di antara kamu cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada hal yang demikian itu ada tanda-tanda bagi orang-orang yang berpikir.” (QS. Ar-Rum: 21)
Hari ini menjadi hari yang sangat istimewa dan luar biasa dalam lembar catatan kehidupan seorang Keisya Avicenna. Banyak sekali ilmu dan hikmah yang bisa didapat. Segala Puji bagi Allah atas kala yang kaya rasa cinta.
Dan untuk semuanya yang masih saja bertanya “KAPAN” kepada saya pasti akan saya jawab: “Insya Allah, di masa yang TEPAT dan TERBAIK menurut-Nya... Ia takkan datang terlalu cepat hingga kita harus terburu-buru, tapi juga takkan terlalu lama hingga kita lelah menunggu. SIAPA YANG AKAN MENJADI PEMILIK TULANG RUSUK SAYA TIDAK AKAN TERTUKAR!" Allah knows BEST! :D”
Buat para jejaka thing-thing dan para single bahagia di Pelangi tak perlulah kita risau apalagi galau (jangan tiru-tiru papah kita yaa. haha): “Kalau telah kuat tekad kita dan Allah Swt menganggap kita telah ‘pantas’, mudah-mudahan Allah Swt menyegerakan terlaksananya pernikahan yang barakah dan dipenuhi ridha-Nya. Aamiiin... Karena MENIKAH itu IBADAH dan MENIKAH itu AMANAH! Maka, BERJUANGLAH!”
Menikah adalah pondasi awal membangun sebuah peradaban madani. Bagaimana dua potensi yang Allah Swt satukan untuk saling menguatkan satu sama lain. Jika belum sampai kepada peradaban madani, ya setidaknya, menikah merupakan salah satu sarana perbaikan diri. Saling mengingatkan. Karena dari pernikahan itu yang diinginkan adalah keberkahan dan Allah Swt kumpulkan dalam kebaikan.
Bagaimanapun, menikah berarti siap membangun sebuah peradaban. Karena sangat sempit rasanya jika sebuah pernikahan hanya dimaknai dengan menyatunya cinta, hal-hal romantis, dsb. Dan dalam membangun peradaban itu, pasti diperlukan pondasi yang kuat agar bangunannya tak goyah. Apa pondasi yang kuat itu? Tauhid. Di dalam Al-Quran banyak sekali tercantum kisah penanaman tauhid oleh seorang bapak kepada anaknya. Simaklah kisah Ibrahim. Simaklah kisah Yaqub. Simaklah kisah Luqman. Maka, ketika kita ingin peradaban yang akan kita bangun tak goyah, pondasi tauhid penyusunnya sungguh tak boleh sembarang. Ya, maka dari itu, perhatikan dengan siapa kita akan membangun pondasi itu. Maka, sungguh indah sang Nabi bersabda: “Pilihlah karena agamanya, maka kau akan bahagia.” Rupawan, kaya dan dari keturunan terpandang hanyalah pelengkap.
Hm… dan ketika masih dalam masa penantian, teruslah perbaiki diri agar “pantas” di mata Allah Swt dan bukan di mata makhluk-Nya. Senantiasa LURUSKAN NIAT!
“Dan jika menikah adalah menggenapi jiwa, semoga Allah Swt pertautkan jiwa-jiwa yang haus akan cinta-Nya untuk bertemu dalam ketaatan, bersetia dalam kebaikan, genap-menggenapkan: dua menjadi satu, satu menjadi lompatan tak berhingga…”
[Pesan ini disampaikan penuh cinta oleh Humas FLP Pelangi ^^b_dari berbagai sumber inspirasi]
Buat Mbak Avisa Guritna (Anik Setyowati) semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, warohmah dan segera dikaruniai momongan yang sholeh dan sholihah… Aamiin Yaa Rabbal’alamiin…
[Keisya Avicenna, 10 September 2012 *reportasesanghumas. Dan ingatlah jargon kita: “PENULIS ADALAH MANTU IDAMAN SEPANJANG MASA” hihihi]